Sabar menghadapi Cobaan
dakwatuna.com – Setiap Ikhwan harus mampu menghadapi berbagai cobaan dan ujian dengan penuh kesabaran. Karena kesabaran, sebagaimana sabda Rasulullah SAW adalah setengah iman. Hendaklah mereka belajar dari orang-orang sebelum mereka yang tertimpa cobaan dan penderitaan sehingga mereka nyaris putus asa, dan pertolongan Allah pun datang kepada mereka. Sebagian sahabat Rasullah saw datang kepadanya dan berkata, “Wahai Rasulullah, tidakkah engkau meminta pertolongan untuk kami, tidakkah engkau berdoa untuk kami?” beliau lalu berkata,
إِنَّ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ،كَانَ أَحَدُهُمْ يُوْضَعُ المِنْشَارُ عَلَى مفرقة فَيَخْلِصُ إِلىَ قَدَمَيْهِ، لاَيَصْرِفُهُ ذَلِكَ عَنْ دِيْنِهِ، وَيُمْشِطُ بِأَمْشَاطِ الحَدِيْدِ، مَا بَيْنَ لَحْمِهِ وَعِظَمِهِ، لاَيَصْرِفُهُ ذَلِكَ عَنْ دِيْنِهِ، وَاللهِ لَيَتَمَنَّ اللهُ هَذَا الأَمْرُ، حَتىَّ يَسِيْرَ الرَاكِبُ مِنْ صَنْعَاءِ إِلَى حَضَرِمَوْتِ لاَ يَخَافُ إِلاَّ اللهِ وَالذِئْبُ عَلَى غَنَمِهِ وَلَكِنَّكُمْ قَوْمٌ تَسْتَعْجِلُوْنَ رواه أحمد والبخاري والنساء وابن ماجه
“Sesungguhnya di antara orang-orang sebelum kalian, ada yang diletakkan gergaji di atas tubuhnya lalu digergaji hingga terbelah sampai kedua kakinya, namun itu tidak membuatnya berpaling dari agamanya. Ada pula yang tubuhnya disisir dengan sisir besi, sehingga terpisah antara daging dan tulangnya semua itu tidak membuatnya berpaling dari agamanya. Demi Allah, niscaya Allah akan sempurnakan perkara ini sehingga setiap musafir yang berjalan dari Shan’a ke Hadramaut tidak takut kepada apapun selain Allah dan terkaman srigala terhadap kambing miliknya, tapi kalian adalah kaum yang sangat tergesa-gesa”.[ HR.Ahmad, Bukhari, Nasai, dan Ibnu Majah]
Wahai Ikhwan, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Berbaik sangkalah kalian kepada-Nya. Karena sesungguhnya rahmat-Nya lebih dekat dari dugaan kalian, dan lebih cepat dari penantian kalian. Simaklah hadits yang diriwayatkan darinya,
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لَوْ يَعْلَمُ الْمُؤْمِنُ مَا عِنْدَ اللَّهِ مِنَ الْعُقُوبَةِ مَا طَمِعَ بِجَنَّتِهِ أَحَدٌ وَلَوْ يَعْلَمُ الْكَافِرُ مَا عِنْدَ اللَّهِ مِنَ الرَّحْمَةِ مَا قَنِطَ مِنْ جَنَّتِهِ أَحَدٌ ».رواه مسلم
Seandainya seorang mukmin tahu hukuman yang berada di sisi Allah dia tidak berfikir dia masuk surga dan seandainya orang kafir tahu rahmat yang berada di sisi Allah, dia tidak putus asa dari surga-Nya [HR. Muslim]
Nasehat terakhir untuk Ikhwan adalah, agar mereka memperbaiki hubungannya dengan Allah Ta’ala dan saudara-saudaranya, saling meneguhkan diri dalam ketaatan kepada-Nya, tolong menolong dalam kebaikan dan takwa, bersiap siaga dan saling menasehati dalam kesabaran. Mereka juga harus mengetahui bahwa sesungguhnya Jamaah Ikhwanul Muslimin tidak dapat dibubarkan karena kertas-kertas miliknya disita, atau kantornya ditutup. Tapi Jamaah ini bubar bila hubungan mereka runtuh, jiwa mereka kosong dari cinta kepada saudara-saudara dan kepada dakwah ini. Dakwah ini tidak akan pernah lenyap bila di dalam hati mereka tumbuh cinta kepadanya, jiwa mereka senantiasa berzikir kepada Allah, dan selama mereka mempersembahkan jiwa-jiwa mereka untuk dakwah; hidup di dalamnya, hidup dengannya dan untuknya, serta berkorban di atas jalannya.
Bukan sesuatu yang berbahaya bagi dakwah ini bila kantor atau mimbarnya ditutup, selama setiap orang di antara kalian menjadikan hatinya sebagai ruang bagi dakwah, jiwanya sebagai benteng pertahanan. Selama ia mampu berbicara, maka tempat yang ia tempati adalah mimbar baginya.
Dakwah ini akan tetap hidup dan kuat, dia tetap memiliki kehormatan dan kemuliaan selama kalian berpegang teguh, saling mengikat, saling mencintai, bersabar dan saling menasehati dalam kesabaran. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ﴿٢٠٠﴾
“Hai orang-orang yang beriman, Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS. Ali Imran, 3: 200)
Allah Maha Besar dan untuk-Nya segala pujian. (Saudara kalian, Abdul Qadir Audah, Wakil ketua Umum Ikhwanul Muslimin).
Dengan keyakinan penuh kepada Allah, senantiasa bersandar kepada-Nya, melalui nasehat mulia dan metode yang menarik, ustadz Abdul Qadir Audah berbicara kepada Ikhwan dan mengingatkan apa yang harus mereka lakukan menghadapi cobaan yang meliputi mereka oleh Fir’aun yang tiran, sebagai realisasi dari apa yang diperintahkah oleh majikan mereka; Yahudi, kaum Salib, Zionis dan para penjajah.
Dalam bukunya, “Fi Qafilatil Ikhwan”, Ustadz Abbas as-Siisi berkata, “Yang layak disebutkan di sini bahwa faktor utama diadilinya ustadz Abdul Qadir Audah karena balas dendam dan untuk melepaskan diri darinya, karena posisinya yang sangat menakutkan ketika ia berada di samping Presiden Muhammad Najib di balkon Istana Abidin. Saat itu, Presiden Muhammad Najib meminta ustadz Abdul Qadir Audah naik ke atas balkon untuk menyambut ribuan massa yang menyemut di lapangan yang sangat luas di depan istana kepresidenan, dan meminta mereka agar kembali ke rumah mereka masing-masing. Tidak lama kemudian setelah Ustadz Abdul Qadir Audah memerintahkan massa yang sangat banyak itu bubar, mereka segera membubarkan diri dengan tenang, tertib dan teratur. Apa yang diperlihatkan oleh ustadz Abdul Qadir ketika itu menciptakan amarah dan kebencian dalan diri Abdul Nasser, namun ia hanya menyembunyikannya dalam hati. Saat itu pula ia mengetahui betapa sangat berbahayanya lelaki yang kalimat dan perintahnya dipatuhi dan ditaati ribuan massa.”
— Bersambung
(hdn)
Redaktur: Ardne
Beri Nilai: