Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Kemenangan yang Hakiki

Kemenangan yang Hakiki

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (paksi.net)

dakwatuna.com – Secara ilmiah dan realistis, kita terlahir ke dunia ini sebagai pemenang. Karena sebelum lahir, masing-masing kita telah mengikuti sebuah kompetisi luar biasa, konon dengan jumlah peserta hampir 700 juta banyaknya, bukankah itu sangat dahsyat dan luar biasa? Iya. Kita memang luar biasa, kita adalah sang jawara. Itulah realita yang ada, kita terlahir sebagai pemenang.

Allah SWT telah menciptakan kita melalui perantara seorang ayah dan ibu, dari ratusan juta (100-700 juta) sel sperma sang ayah yang kemudian menuju ke satu tujuan, yakni sel telor ibu. Dari perjalanan menuju sel telor sang ibu itulah dimulainya sebuah kompetisi dahsyat yang sangat luar biasa itu. Bersama ratusan juta peserta yang lain kita berlomba untuk menentukan siapa yang tercepat dan mampu bertahan sampai finish untuk membuahi sel telor. Saat itu hanya satu akan jadi pemenang, dan Allah menakdirkan kita sebagai pemenang dalam kompetisi itu. Dengan tropi diberikan hak untuk menatap dunia ini, serta menyandang amanah sebagai khalifah di muka bumi-Nya

“Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Aku hendak menjadikan khalifah di bumi”….. (QS.al-Baqaroh: 30)

Jika sejak lahir kita sudah ditakdirkan sebagai pemenang, kenapa sekarang kita harus jadi pecundang. Bukankah dalam sehari setidaknya lima kali kita diseru oleh sang muadzin untuk meraih kemenangan. Subuh ketika sang fajar shadik terbit, siang ketika sang surya tepat di ubun-ubun, dan petang ketika bayang-bayang benda berbentuk sama dengan aslinya; sore ketika sang matahari kembali ke peraduan, dan malam ketika mega merah menghilang.

“Hayya ‘Alal Falah” (mari meraih kemenangan) itulah seruan sang muadzin yang mengajak kita untuk selalu meraih kemenangan. Iya, dengan mendirikan shalat kita berarti menuju sebuah kemenangan atau kejayaan. Menang yang tak hanya di dunia. Namun, di akhirat juga nantinya.

“Yang pertama-tama dipertanyakan (diperhitungkan) terhadap seorang hamba pada hari kiamat dari amal perbuatannya adalah tentang shalatnya. Apabila shalatnya baik maka dia beruntung dan sukses dan apabila shalatnya buruk maka dia kecewa dan merugi. (HR. An-Nasaa’i dan Tirmidzi)”

Itulah konsep kemenangan dalam Islam, menang ketika di dunia fana, menang ketika di alam Baqa. Sebuah kemenangan yang selalu dipinta hamba muslim dalam setiap do’anya.

Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami kebaikan di dunia ini dan kebaikan di akhirat kelak dan hindarkanlah kami dari azab api neraka.”(QS. Al-Baqorah: 201).

Itulah kemenangan hakiki. Dunia-akhirat berjaya. Apalah arti kemenangan di dunia kalau di akhirat sengsara.

Tentu kemenangan besar ini tak bisa kita raih dengan instan saudaraku. Di sana banyak jalan terjal dengan jurang-jurang yang dalam di setiap sisinya. Sedikit saja kaki salah melangkah, jurang-jurang dalam itu siap menerkam kita.

Iblis laknatullah dan laskar-laskarnya, baik dari golongan jin dan manusia tak tinggal diam. Mereka selalu setia merintangi jalan menuju kemenangan besar itu saudaraku. Mereka takkan pernah berhenti memalingkan langkah kita kearah kekalahan dan kerugian besar itu. Mereka selalu beraksi mencari titik lemah kekuatan kita. Depan belakang, kiri kanan, atas-bawah. Dari seluruh penjuru arah.

Mereka akan bersorak kegirangan kala kaki kita tergelincir ke dalam lembah kemaksiatan. Mereka akan selalu mengipasi kita agar bertahan di lembah itu untuk selamanya, sampai nyawa  lepas dari raga kita, dan kita mati dalam seburuk-buruk kematian (suul khatimah). Na’udzubillah min dzaalik.

Jalan ke Neraka (yang merupakan buah kemurkaan-Nya) selalu ditemani oleh kenikmatan-kenikmatan syahwat. Sedangkan jalan ke Surga (yang merupakan buah keridhaan-Nya) selalu ditemani oleh hal-hal yang berlawanan dengan keinginan dan kecenderungan syahwat, Penuh duri, dan pasti tak semulus jalan ke Neraka.

“Neraka diselubungi (dikelilingi) oleh syahwat, dan surga oleh kesulitan-kesulitan”. (HR. Bukhari-Muslim)

Oleh karena itu, tentu dibutuhkan sebuah keistiqamahan yang luar biasa juga dalam meraih kemenangan besar itu. Istiqamah dalam ketakwaan, dengan bersabar dalam mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

Semoga kita mampu menjadi pemenang hakiki itu, kemenangan di dunia dan kemenangan di akhirat. Semoga Allah SWT selalu membimbing langkah kita menuju ridha-Nya, jalan ke surga yang dijanjikan-Nya. Amiin Yaa Rabbal ‘Alamiin.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (7 votes, average: 9.00 out of 5)
Loading...
Mahasiswa S1 Tahun Akhir Jurusan Studi Islam (Spesialisasi Fiqh-Ushul) Universitas Hassan Tsani, Mohammedia, Casablanca, Maroko.

Lihat Juga

Segudang Prestasi Muhamad Fathan Mubin

Figure
Organization