Topic
Home / Berita / Nasional / Pemerintah Didesak Tingkatkan Program PKBR sebagai Antisipasi Seks Bebas pada Remaja

Pemerintah Didesak Tingkatkan Program PKBR sebagai Antisipasi Seks Bebas pada Remaja

Anggota Komisi IX DPR RI Dapil Kepri Herlini Amran (Facebook)

dakwatuna.com – Jakarta. Anggota Komisi IX DPR RI Herlini Amran menyatakan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) perlu meningkatkan sosialisasi program penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja (PKBR) sebagai antisipasi meningkatnya perilaku Seks Bebas pada remaja yang saat ini sudah sangat mengkhawatirkan.

“Pemerintah harus meningkatkan program sosialisasi yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja. Untuk itu, pemerintah perlu meningkatkan adanya Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK – Remaja) di daerah-daerah dan harus terus dipantau,” ujar Herlini.

Legislator FPKS asal Kepulauan Riau melanjutkan, “Perilaku pergaulan bebas di kalangan remaja saat ini sudah sangat mengkhawatirkan. Apabila tidak segera diantisipasi, akan berisiko besar bagi pengelolaan kependudukan Indonesia yang akan dampak memicu rendahnya kualitas generasi bangsa Indonesia selanjutnya”.

Data BKKBN menunjukkan, Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia 2002-2003 menyebutkan, remaja yang mengaku memiliki teman yang pernah berhubungan seksual sebelum menikah pada usia 14-19 tahun mencapai 34,7 persen untuk perempuan dan 30,9 persen untuk laki-laki. Mereka yang berumur 20-24 tahun yang pernah melakukan hal serupa ada 48,6 persen untuk perempuan dan 46,5 persen untuk laki-laki.

Hal serupa didapat dari data Komisi Nasional Perlindungan Anak tahun 2008. Dari 4.726 responden siswa SMP dan SMA di 17 kota besar diperoleh hasil, 97 persen remaja pernah menonton film porno serta 93,7 persen pernah melakukan ciuman, meraba kemaluan, ataupun melakukan seks oral. Sebanyak 62,7 persen remaja SMP tidak perawan dan 21,2 persen remaja mengaku pernah aborsi. Perilaku seks bebas pada remaja terjadi di kota dan desa pada tingkat ekonomi kaya dan miskin.

“Pemerintah harus mengutamakan Program terobosan yang dilakukan melalui pendekatan dua arah yaitu remaja itu sendiri dan keluarganya. Pendekatan pada remaja dilakukan dengan mengembangkan PIK-remaja, sedangkan pendekatan kepada keluarga yang mempunyai remaja dilakukan dengan mengembangkan Kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR),” kata Herlini.

Secara Nasional jumlah PIK- Remaja yang harus terbentuk berdasarkan KKP 2011 adalah sebanyak 13/169 kelompok yang terdiri dari klasifikasi tumbuh 10.043, Tegak 2.013, dan Tegar 1.113. Hingga Desember 2011 telah terbentuk PIK-Remaja kategori Tumbuh sebanyak 11.089 kelompok (110,45), kategori Tegak 2.371 kelompok (117,8%) dan kategori Tegak 1.229 kelompok (110,4%).

“Apabila Kesehatan Reproduksi terus diabaikan oleh BKKBN, maka diakui atau tidak, akan berkorelasi dengan tingginya kasus free seks remaja dan juga tingginya infeksi HIV/AIDS via hubungan heteroseksual. Sehingga Indonesia semakin terlambat mencapai tujuan MDGs memerangi HIV/AIDS, dan semakin tingginya kasus2 pernikahan dini dengan segala problematika yang malah justru jauh dari dari visi BKKBN itu sendiri,” pungkas Herlini. (ist)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (5 votes, average: 8.60 out of 5)
Loading...

Tentang

Tim dakwatuna adalah tim redaksi yang mengelola dakwatuna.com. Mereka terdiri dari dewan redaksi dan redaktur pelaksana dakwatuna.com

Lihat Juga

Buah Impor

Cina Masih Jadi Sumber Impor Nonmigas Pemerintah

Figure
Organization