Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Ujian Seorang Aktivis

Ujian Seorang Aktivis

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Bertambah kegalauan kaum musyrikin Mekah kala itu, saat mengetahui masuknya kedua pembesar Quraisy yaitu Umar bin Khathab dan Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam. Tawaran diplomasi dari kalangan elit Mekah saat itu ditolak oleh Muhammad Saw, yaitu menukar kegigihannya dalam menyebarkan Islam dengan tiga hal (Harta, wanita dan tahta), yang dapat memukau semua mata namun tidak bagi sosok Al-AminMuhammad Saw. Setelah kebingungan menyelimuti kaum muslimin. Mereka pun mengadakan pertemuan di Darun Nadwah untuk merumuskan strategi pembunuhan Muhammad Saw, namun mereka mengetahui jika hal itu terjadi maka Bani Hasyim dan Bani Muthalib akan menuntut balas, mengingat paham kesukuan pada saat itu sangat kental. Jelas lah hal ini membuat kaum musyrikin Mekah memutar otak dan menyusun rencana yang jitu dalam memutus rantai pergerakan dakwah Rasulullah Saw yang saat itu mulai dianut oleh berbagai kalangan.

Maka disusunlah strategi yang akan digencarkan kepada kaum muslimin agar membuat gentar dakwah Rasulullah Saw. Di sebuah lembah yang subur, di wilayah Bani Kinanah, musyrikin Mekah berkumpul dan menyepakati sebuah perjanjian. Di antara isi perjanjian itu adalah mereka bersekongkol untuk tidak menikah dengan wanita Bani Hasyim dan Bani Muthalib (yang sebagian besar adalah muslim), tidak melakukan jual beli dengan mereka, tidak masuk ke rumah mereka dan tidak juga berbicara dengan mereka, hingga kedua suku tersebut menyerahkan Rasulullah saw untuk dibunuh. Kesepakatan yang menurut Ibnul Qayyim al-Jauziyyah dalam Zaadul Maad-nya itu, ditulis oleh Baghid bin Amir bin Hasyim, dia lah yang di doakan Rasulullah saw hingga tangannya lumpuh.

Dengan adanya perjanjian ini maka kaum muslimin diembargo dari sisi ekonomi dan sosial jelas hal ini tidak mudah, mengingat embargo ini berlangsung selama tiga tahun lamanya. Bayi-bayi menangis kelaparan, bahkan penderitaan mereka tergambar dengan kisah Sa’ad bin Waqash yang ketika itu hendak buang air kecil, saat mendengar gemericik air kencingnya yang sepertinya banyak dia begitu gembira. Setelah selesai ternyata suara gemericik itu berasal dari kulit yang dia biarkan terpanggang di atas api supaya kering dan dapat dimakan. Dan ternyata kulitnya menjadi sangat kering, sehingga terpaksa dia memakannya bersama-sama air.

Namun dibalik kerasnya penderitaan muslim masa itu, Allah pun menurunkan pertolongan-Nya dengan menggerakkan hati sebagian orang Quraisy yang tidak menyetujui pemboikotan. Mereka ‘menyelundupkan’ makanan untuk kaum muslimin. Di antaranya Hisyam bin Umar, Zuhair bin Umayyah, Muth’am bin Adi, Abul Bukhturi bin Hisyam dan Zam’ah al-Aswad. Lima tokoh Quraisy ini memelopori pembatalan pemboikotan. Sampai Akhirnya terjadi keajaiban dengan hancurnya perjanjian yang ditempel di depan pintu Ka’bah itu yang hanya menyisakan lafazh Allah saja.

Penderitaan itu tidak begitu saja hilang, para sahabat seperti Bilal bin Rabah di tindih batu besar di tengah panasnya udara padang pasir, keluarga Yasir pun menerima penyiksaan yang tidak kalah pedih, sehingga menyampaikan sumayyah pada kematian dan menjadikannya syahidah pertama dalam Islam. Penyiksaan itu pun terjadi pada masa orde baru dimana dengan mudahnya orang-orang diculik dan bahkan dibunuh. Tak hanya di Indonesia, penyiksaan pun terjadi pada para aktivis Islam di belahan dunia lain seperti Sayyid Qutb yang dipenjara dan dieksekusi mati,  Zainab al-Ghazali yang dipenjara dan disiksa karena keteguhannya dalam menyampaikan dakwah, dan tanpa terkecuali para muslimah yang berjuang mempertahankan hijab mereka tak sedikit mendapat banyak intimidasi, seperti kisah Marwa al-Sharbini yang dibunuh di hadapan pengadilan yang disaksikan oleh anak dan suaminya.

Para penentang dakwah ini, tidak pernah berhenti menghalangi langkah para penyeru kebenaran, serangan itu dilakukan dengan mengintimidasi secara dzahir maupun sirriy, dari menyebarkan propaganda serta stigma terorisme terhadap jihad hingga menyebarkan paham Sepilis (Sekuler, pluralis dan liberal). Hal ini lah yang menuntut kejelian para pelaku dakwah agar mampu terus bertahan.

“Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci.” (As-Shaf: 8)

Jika kita mengukur sebuah kemuliaan dengan adanya kenikmatan hidup, kecukupan, kelapangan dan bergelimangan harta. Jelas hal ini adalah kesalahan besar, terlebih bagi para aktivis dakwah yang mengikrarkan dirinya untuk memperjuangkan kalimah Allah, mengingat para pendahulu kita begitu dekat dengan kemiskinan dan penderitaan, mereka menolak menggadai aqidahnya demi keridhaan Rabbnya. Sudah takdirnya jika perjuangan itu begitu bersahabat dengan penderitaan sebagai sebuah ujian akan kesungguhan dan membangun militansi dakwah. “Laa rohata illa fil jannah” (tidak ada istirahat kecuali kelak di syurga). Dan semestinya ujian itu dapat menambah keimanan seorang aktivis mengingat tugasnya begitu panjang dan penuh dengan duri namun imbalan yang akan menggantinya jauh lebih berharga dari dunia dan seisinya.

Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga Adn. Itulah keberuntungan yang besar. (As-shaf: 10-12)

Selain itu terkadang pertolongan Allah dalam dakwah ini pun dapat dijemput dengan berbagai strategi dakwah. Salah satunya berdiplomasi dengan pihak non muslim selama dibutuhkan, serta selama tidak berdiplomasi dalam urusan yang mungkar dan jelas hal tersebut bertujuan demi kemashlahatan dakwah dan kaum muslimin secara umum. Dimana sabda Rasulullah saw, yaitu:

عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم وإن الله يؤيد هذا الدين بالرجل الفاجر

Dari Abi Hurairah radliyallaahu ‘anhu ia berkata: Telah bersabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam: “Sesungguhnya Allah (bisa jadi) menolong agama ini melalui perantaraan orang fajir” [HR. Bukhari nomor 2897 dan Muslim nomor 111]

Dalam kaitannya dengan upaya musuh-musuh Islam untuk menyerang umat Islam dan menyingkirkan da’i-da’inya dari muka bumi ini, maka Islam mewajibkan kepada umatnya melalui nash-nash syar’i dan hukum-hukum fiqih untuk menyatukan barisan kaum muslimin walaupun berada di wilayah yang berbeda. Ujian seorang aktivis adalah sebuah konsumsi sehari-hari yang akan menjadi pupuk terhadap suburnya keimanannya. Begitulah cara Allah Swt mendidik para pejuangnya agar mampu menjadi orang-orang terpilih dalam mengemban amanah yang bernilai investasi dunia akhirat.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (9 votes, average: 9.11 out of 5)
Loading...
Mahasiswi S2, Pasca Sarjana Hukum Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Aktif sebagai ketua bidang kemuslimahan KAMMI Daerah Bandung.

Lihat Juga

Keikhlasan Dalan Kerja Dakwah

Figure
Organization