Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Rumah: Agar tak Sekedar Jadi Tempat Selonjor

Rumah: Agar tak Sekedar Jadi Tempat Selonjor

Ilustrasi (nydailyrecord.com/Dawn DeHollander)

dakwatuna.com – Rumahku adalah syurgaku! Setiap pasangan suami istri ingin memiliki rumah yang nyaman, asri, cantik dan hommie. Rumah yang nyaman memang dapat memberikan inspirasi-inspirasi dalam berkarya. Tak heran, Rasulullah SAW menganjurkan kita, umatnya, untuk berdoa: Berikanlah kami rezeki yang halal, kendaraan yang cepat dan rumah yang lapang.

Setelah rumah kita miliki, seringkali kita menjadikannya tak lebih dari tempat tidur. Bahkan, jadi mirip tempat kos. Kita sudah pergi meninggalkan rumah saat fajar belum menyingsing, dan datang kembali setelah bulan hendak beradu mimpi. Jadilah ia ranjang tidur kita yang luas, tempat dimana kita melampiaskan semua kepenatan dan tak lebih dari itu! Padahal, untuk memilikinya kita telah menghabiskan biaya yang tak sedikit, bahkan dengan mencicil hingga puluhan tahun.

Sejak awal-awal dakwah Rasulullah SAW, perhatian tentang rumah sangatlah besar. Hal ini dapat dilihat dari firman Allah SWT berikut ini:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (٢٧)

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.” (QS. An-Nur: 27)

Secara tersurat, ayat ini mengisyaratkan kepada kita bahwa rumah adalah ruang privasi, tempat dimana rahasia keluarga disimpan rapat-rapat. Rumah adalah istana tempat seluruh keluh kesah diceritakan, segala cita-cita dibincangkan, semua keinginan diutarakan tanpa perlu merasa canggung sebab semua terikat dalam garis keluarga.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari diceritakan bahwa suatu hari Rasulullah SAW tengah berada di rumahnya, beliau SAW tengah menyisir rambutnya, ada seorang laki-laki yang mengintip dari balik pintu. Manakala mengetahui hal itu, Rasulullah SAW berkata,

لو علمت أنك تنتظرني لطعنت به عينيك، أنما جعل الإذن من قبل البصر

“Sekiranya aku tahu engkau memandangiku, niscaya aku tusuk matamu. Sesungguhnya, diperlukan izin karena adanya mata.”

Dari ayat dan hadits di atas, jelaslah bahwa rumah mendapat perhatian yang sangat besar dalam Islam. Padanya, ada rahasia keluarga yang wajib dijaga. Sehingga, rumah is not only a house, but a home.

Dalam perjalanan sejarah Rasulullah SAW, rumah adalah markaz dakwah utama. Ingatlah kisah dakwah beliau SAW di rumah Arqam bin Abi Arqam. Dari rumah sederhana di pinggiran kota Mekah itu, Rasulullah SAW memulai dakwah sirriah (sembunyi) – nya hingga akhirnya para sahabat satu per satu masuk Islam.

Dalam tulisan singkat ini, saya ingin kita sama-sama berbagi cerita tentang manfaat rumah kita, agar ia tak sekedar jadi tempat selonjor. Sebab, betapa ruginya kita jika rumah yang dibangun dengan biaya puluhan bahkan ratusan  juta itu tidak memberikan nilai tambah bagi amal dakwah kita di hadapan Allah SWT.

Ruang Ibadah di Rumah.

Ketika merencanakan membangun rumah, kita acap kali menyiapkan ruang makan, keluarga, tamu, tidur dan ruangan lainnya. Tapi, kadang kita tidak menyiapkan ruang khusus untuk ibadah, misalnya shalat dan pengajian. Padahal, dalam salah satu haditsnya, Rasulullah SAW mengatakan,

اجعلوا في بيوتكم من صلاتكم، ولا تجعلوها قبورا

Dirikanlah di rumah kalian shalat (sunnah) kalian, dan jangan engkau jadikan rumahmu (seperti) kuburan. (Hadits Riwayat Bukhari – Muslim).

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda,

أفضل الصلاة صلاة المرء في بيته إلا المكتوبة

Sebaik-baik shalat seseorang adalah di rumahnya, kecuali shalat fardhu.

Hadits-hadits di atas menunjukkan pentingnya menyediakan ruang khusus untuk ibadah di rumah terutama untuk shalat. Sebab, seseorang yang menunaikan ibadahnya dalam senyap dan sepi lebih terjaga dari kemungkinan terjangkit penyakit riya dan sombong.

Rumah sebagai Markaz Dakwah.

Untuk itu, tak ada pilihan lain, mari segera jadikan rumah kita sebagai markaz dakwah. Pusat informasi perkembangan pengetahuan umat dan kesempatan untuk mencari ridha Allah SWT. Mari jadikan rumah sebagai markaz pendidikan keluarga, pertama dan utama. Allah SWT berfirman,

فَلا تَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ فَتَكُونَ مِنَ الْمُعَذَّبِينَ (٢١٣)وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِينَ (٢١٤)

Maka janganlah kamu menyeru (menyembah) Tuhan yang lain di samping Allah, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang di’azab. Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat… (QS As-syuara: 213 – 214)

Ayat di atas mempertegas kepada kita bahwa, mula-mula ajak sanak keluarga dalam rumah untuk menjadikannya markaz dakwah. Dimulai dari hal yang kecil, misalnya, menyediakan perpustakaan keluarga yang menyediakan koleksi buku-buku bacaan Islami dan bermanfaat. Terutama buku-buku cerita anak-anak dan remaja putra-putri, agar mereka betah di rumah.

Memperhatikan semua kebutuhan penghuni rumah

Jika kita sebagai ayah, tentu peran dan tugas utama kita adalah mengayomi seluruh penghuni rumah: istri, anak-anak dan pembantu (jika ada!). Sebagai ayah, Anda berkewajiban mencukupi nafkah mereka. Jangan pula Anda bangun istana, sementara penghuninya meringis kelaparan! Saat genteng rumah Anda bocor, janganlah meminta istrimu naik ke atap. Itu bukan tugasnya.

Demikian halnya dengan istri. Sebagai ibu bagi anak-anak (dan ibu bagi rumah, maka dikenal ibu rumah tangga!), Anda dituntut untuk membuat suasana rumah nyaman, adorable dan hommie. Pandailah memasak meski sekedar cemilan iseng buat lihat berita di teve. Pandailah memilih warna gorden, sofa, seprei dan pengaturan vast bunga. Ibarat istana presiden, Andalah kepala protocol keistanaannya. You think and decide!

Anak-anak tentu permata hati di rumah. Melihat perkembangan anak adalah hal paling mahal dalam kehidupan berumah tangga. Children are angel from the heaven! To see them is adorable and amazing. Mereka membuat para orang tua terheran-heran. Celetuk dan ocehan anak-anak adalah keceriaan yang tak berkesudahan. Semakin besar mereka, semakin terasa kebutuhannya yang harus tercukupi di rumah.

Bertetangga dengan semua.

Persoalan yang perlu mendapat perhatian kita selanjutnya adalah tetangga. Kita tahu, di tengah kehidupan yang makin hedonis dan egoistic ini, banyak di antara kita yang tak lagi kenal tetangganya. Padahal, kita sudah hidup berdampingan lebih dari sepuluh tahun! Jangan sampai, kita baru tersadar bahwa si fulan adalah tetangga kita setelah ada bendera kuning di depan rumahnya. Sungguh tragis!

Tetangga adalah kerabat terdekat saat senang dan susah. Sesekali kirimkanlah hadiah. Rasulullah SAW mengingatkan, “Saling bertukar hadiahlah kalian (dengan tetangga), niscaya akan menambah kecintaan kalian”. Jika suatu hari pulang kampung, dan tetangga tak pulang, bolehlah dibawakan oleh-oleh khas daerah. Telur asin di Brebes hanya dua ribu rupiah per-butir. Sepuluh butir baru dua puluh ribu. Begitu kita berikan ke tetangga, perhatian tetangga pada rumah kita saat kosong lebih dari kita membayar satpam dua ratus ribu! Imagine.

Sedemikian pentingnya bertetangga, hingga dalam satu hadits, diriwayatkan berikut ini.

عن ابن عمر رضي الله عنهما قال، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: مازال جبريل يوصينى بالجار حتى ظننت أنه سيورثه، (متفق عليه)

Dari Ibn Umar radhiallahu anhuma berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Jibril senantiasa mengingatkan aku (untuk berbuat baik) dengan tetangga hingga aku mengira bahwa tetangga adalah (kelak) menerima warisan” (Hadits riwayat Bukhari – Muslim).

Sebagai muslim tentu kita lebih nyaman jika tetangga kita pun seiman dan seaqidah. Namun tak tertutup kemungkinan bahwa tetangga kita berbeda agama. Tetaplah berbuat baik pada mereka. Sehingga, ada ungkapan, jika engkau masak sup, perbanyaklah kuahnya! Semata agar semua tetangga mendapatkan keberkahan dari keberadaan kita.

Rumah di Syurga.

Terakhir, setelah kita mendapatkan semua kenyamanan rumah di dunia yang fana ini, pastilah kita berharap rumah di syurga. Sebab itulah sebaik-baik rumah kelak. Allah SWT menjanjikan:

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُبَوِّئَنَّهُمْ مِنَ الْجَنَّةِ غُرَفًا تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا نِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ (٥٨)

Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, Sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat-tempat yang tinggi (rumah) di dalam syurga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah Sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal, (QS Al-Ankabut: 58)

Demikian tulisan singkat ini, semoga kita bisa menjadikan rumah kita di dunia ini menuju rumah yang abadi di syurga nanti. Amin.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (11 votes, average: 7.73 out of 5)
Loading...
Menyelesaikan pendidikan dasar di Pondok Pesantren Attaqwa, Bekasi. Lalu melanjutkan studi ke International Islamic University, Pakistan. Kini, dosen di Fakultas Hukum Universitas Djuanda, Bogor. Email: [email protected] Salam Inayatullah Hasyim

Lihat Juga

Ada Dakwah di Dalam Film End Game?

Figure
Organization