Topic
Home / Berita / Opini / Virus Hedonisme telah Menyerang Mahasiswa

Virus Hedonisme telah Menyerang Mahasiswa

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com –Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampong akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (QS. Al An’aam [6]: 32)

Sebuah kesenangan memiliki sifat yang relatif, karena setiap manusia memiliki tingkat kesenangan yang berbeda-beda. Ada orang yang sudah puas ketika mendapatkan suatu hal yang menyenangkannya tetapi ada juga yang belum merasa puas, sehingga ia akan berusaha untuk mencapai kepuasan itu. Penyimpangan yang terjadi saat ini adalah tidak pernah puasnya seseorang ketika mendapatkan kesenangan sehingga mengubah orientasi hidupnya hanya untuk mencari kesenangan semata. Apapun yang dilakukan harus memberikan manfaat bagi dirinya dan memuaskan keinginannya. Terkadang ia juga tidak peduli dengan keadaan lingkungannya. Sehingga perilaku ini telah berkembang menjadi virus baru yang siap untuk mengubah peradaban manusia masa depan di bumi nusantara ini.

Hedonisme, begitulah virus ini dinamakan. Virus ini memiliki sifat dan karakteristik yang tidak jauh beda dengan virus-virus lain, seperti tidak sadarnya seseorang bila terjangkit oleh virus ini dan penyebarannya yang sangat cepat. Virus ini sebenarnya adalah perilaku atau budaya yang menginginkan keseluruhan kehidupan ini penuh dengan kesenangan-kesenangan yang bisa dirasakan dan memuaskan keinginan, sehingga tujuan akhir dari kehidupan ini adalah kesenangan. Pernyataan ini diungkapkan jauh-jauh hari oleh filsuf Epicurus (341-270 SM). Kepuasannya akan sesuatu menjadi tolak ukur apa-apa yang akan dilakukan, sehingga terkadang menghilangkan tujuan yang lebih mulia dari pada hanya sekedar kesenangan.

Mahasiswa pada umumnya telah mempunyai kebebasan dalam menentukan suatu hal. Kebebasan ini didapatkan karena kebanyakan orang menganggap bahwa mereka sudah bisa menentukan suatu hal itu baik atau buruk. Konsep hidup ke depannya biasanya juga mereka yang menentukan sendiri. Tetapi faktanya, terkadang mereka masih belum mampu sehingga banyak sekali penyimpangan yang terjadi.

Dalam perkembangannya, hedonisme lebih cenderung menyerang remaja atau dalam konteks ini mahasiswa. Karena pada masa remaja, individu itu sedang dalam keadaan bingung mencari jati diri mereka yang sebenarnya. Hal ini sesuai dengan teori Erickson (1902-1994) tentang identity versus identity confuse. Ketika dalam masa pencarian itu, hedonisme datang dengan tawaran yang menggiurkan mahasiswa. Sehingga itu akan sangat mudah mempengaruhi mereka untuk ikut melestarikannya

Ketika seorang mahasiswa terjangkit hedonisme, maka akan timbul beberapa dampak negatif seperti akan terbentuk individu yang orientasi hidupnya hanya untuk bersenang-senang saja. Mereka akan sering menghabiskan waktu untuk hal-hal yang bisa memuaskan diri mereka sendiri. Lalu akan tercipta individu yang memiliki visi yang sangat rendah, karena orientasi hidup mereka cenderung untuk hal-hal yang saat ini bisa dirasakan tanpa memikirkan hal-hal yang jauh untuk masa depan. Lalu,  individu yang sulit untuk beraktivitas dan hidup santai tidak ada tujuan akan bermunculan seiring dengan perkembangan virus tersebut di dalam kepribadian individu itu sendiri.

Masalah yang kompleks akan timbul ketika banyak mahasiswa di negara ini terserang hedonisme. Karena mahasiswa adalah bentuk wajah negara ini di beberapa tahun yang akan datang. Ketika banyak mahasiswa yang bermalas-malasan dan tidak serius dalam menuntut ilmu, maka ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di negara ini juga akan sulit untuk berkembang. Negara kita akan selalu tertinggal dari negara-negara lain, dikarenakan kita kalah dalam hal IPTEK. Telah kita ketahui bahwa sekarang tiap Negara sedang berlomba-lomba untuk membuat hal-hal baru di bidang IPTEK. Selanjutnya di kemudian hari juga akan tercipta masyarakat yang berperilaku individualis yang hanya akan mementingkan dirinya sendiri dan kurang peka terhadap lingkungannya. Orang-orang yang akan memimpin negara ini untuk menjadi lebih baik pun akan semakin sedikit, sehingga jangan heran ketika negara ini nantinya akan dipimpin oleh presiden yang hedonisme. Ini dikarenakan mereka hanya mementingkan kesenangan pribadi mereka saja, dan terkadang melupakan individu-individu yang ada di sekitarnya. Apakah kita akan mengulangi lagi masa lalu yang suram itu? Lalu pada akhirnya akan semakin banyak individu-individu yang kurang bisa diandalkan di masa depan.

Untuk menyikapi semua ini, maka kepada seluruh mahasiswa , penolakan hedonisme dimulai dengan diri sendiri adalah suatu awalan yang baik. Kita tidak bisa menyerukan penolakan terhadap hedonisme ke masyarakat ketika kita sendiri masih dibayang-bayangi olehnya. Salah-salah malah kita yang menjadi agen penyebaran virus itu, maka pemurnian diri sendiri adalah langkah yang paling awal dan yang paling bijaksana.

Selanjutnya bagaimanakah cara penolakan yang harus dilakukan? Hedonisme menyerang visi hidup, sehingga penguatan tujuan hidup ke depannya adalah suatu hal yang sangat perlu dilakukan. Lalu pemilihan lingkungan pergaulan juga salah satu hal penting untuk penolakan itu. Karena sikap seseorang itu bisa terbentuk dari bagaimana sikapnya di lingkungannya. Aktivitas sosial yang dilakukan di masyarakat juga bentuk penolakan. Karena diharapkan sifat empati akan tumbuh seiring aktivitas sosial itu berlangsung sehingga menghilangkan keegoisan di dalam diri yang juga akan menjadi tameng penolakan hedonisme. Masih banyak hal-hal lain yang merupakan bentuk penolakan terhadap hedonisme. Karena perbedaan umur masyarakat dan kebudayaan suatu daerah juga memungkinkan terjadi perbedaan cara penolakan.

Ketika suatu individu bisa melepaskan dirinya dari cengkraman hedonisme dan memiliki kekuatan, maka di sini seruan untuk berubah mulai dilaksanakan. Prinsip yang diambil untuk menghentikan hedonisme adalah saling tolong menolong dan mengingatkan dalam kebaikan. Di sini yang diharapkan adalah ketika seorang individu bisa memurnikan kembali seseorang dari hedonisme, diharapkan orang tersebut juga membantu untuk melakukan penolakan dan perubahan terhadap hedonisme itu sendiri. Sehingga ketika proses ini dilakukan, penolakan dan perubahan yang dulunya hanya sebuah wacana, diharapkan menjadi sebuah kenyataan.

Tetapi sayangnya, ada orang yang beranggapan bahwa hedonisme adalah sesuatu yang wajar. Mereka beranggapan bahwa fitrah manusia itu adalah mencari kesenangan. Memang dampak yang terjadi pada hedonisme terkadang tidak nampak untuk saat ini, sehingga bagi mereka yang berfikir pendek akan terlihat seperti itu. Namun ketika mereka berfikir lebih mendalam dan jauh ke depan maka yakinlah wahai para penerus bangsa, kalian akan menemukan titik-titik hitam akibat hedonisme.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (12 votes, average: 9.33 out of 5)
Loading...

Tentang

Riyan Fajri adalah mahasiswa yang kuliah di salah satu perguruan tinggi Swasta di daerah Pancoran, Jakarta Selatan. Sekarang aktif berorganisasi di KAMMI dan saat ini mendapatkan amanah menjadi Ketua Umum KAMMI Madani Periode 2011 - 2012. Kritik dan saran buat penulis, bisa di kirim ke [email protected] atau FB : Riyan Fajri ([email protected])

Lihat Juga

Doa dan Munajat untuk Keselamatan Dalam Menghadapi Pandemi COVID-19

Figure
Organization