Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Jangan Jadi Aktivis

Jangan Jadi Aktivis

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (donialsiraj.wordpress.com)

dakwatuna.com – “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.”(QS. At Taubah: 111)

Janji Allah adalah sebuah keniscayaan yang akan terwujud. Hal inilah yang menjadi pelecut semangat para aktivis dakwah. Bahkan para pendahulu kita, rela meninggalkan dunia ini untuk menjemput surga yang telah dijanjikan. Sebut saja Hasan Al Banna, Sayyid Quthb, Ahmad Yasin, Abdul Aziz Rantisi, dan masih banyak para syuhada lain.

Jika kita tengok kembali sirah nabawiyah, amanah dakwah yang kita emban saat ini bukanlah apa-apa. Para sahabat saat itu untuk mempertahankan apa yang diyakini oleh mereka, harus disiksa atau mengungsi ke negeri lain. Lihat bagaimana ketika darah syahidah pertama dari keluarga Yasir tumpah ke bumi yang sebelumnya disiksa dengan keji oleh kafir Quraisy. Lalu bagaimana seorang Abu Dzar dapat mengislamkan seluruh penduduk kampungnya yang notabenenya adalah kampung penyamun dengan modal syahadat yang baru dipelajarinya. Bahkan Rasulullah yang mulia tidak hanya duduk berleha-leha di singgasana layaknya sang raja. Beliau rela berdarah-darah dilempari batu ketika berdakwah ke Thaif.

Lalu apa yang telah kita lakukan hingga saat ini. Adakah suatu hal yang bisa kita banggakan di hadapan Allah kelak. Dengan titel aktivis dakwah yang kita sandang, tidak sepatutnya kita bermanja-manja. Tugas dakwah yang diemban oleh manusia baik laki-laki atau pun perempuan amatlah penting, karena dakwah itu ibarat ruh dalam kehidupan ummat. Dakwahlah yang menggerakkan ummat untuk tetap berada dalam kebaikan risalah Islam. Jika dakwah ini ditinggalkan, maka bisa saja terjadi kehancuran dalam tubuh umat Islam karena hilangnya fikrah dan kepribadian Islam itu sendiri.

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At Taubah: 71)

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim” (QS. Fushshilat: 33)

Jangan Jadi Aktivis Ketika Ingin Tidur Nyenyak

Permasalahan umat ini sangatlah banyak. Bahkan jika kita berusaha untuk berpikir dan bertindak dalam waktu 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, maka waktu kita tidak akan cukup hanya untuk umat ini saja. Dari permasalahan di tingkat masyarakat, legislatif, bahkan sampai di tingkat eksekutif. Dan tugas kita adalah bekerja untuk menuntaskan permasalahan-permasalahan itu. Allah pun mengisyaratkan hal ini dalam firmannya,

“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (surga) dan mata air-mata air, sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur di waktu malam.” (QS. Adz Dzaariyaat: 15-17)

Hal ini ditegaskan Rasulullah dalam sabdanya, “Siapa saja yang bangun di pagi hari dan ia hanya memperhatikan masalah dunianya, maka orang tersebut tidak berguna apa-apa di sisi Allah. Dan barang siapa yang tidak memperhatikan urusan kaum muslimin, maka ia tidak termasuk golongan mereka. (HR. Thabrani)

Masihkah kita berdiam diri dan tidur nyenyak dengan apa yang terjadi di depan mata kita. Ataukah kita sudah tidak memiliki hati yang hanyalah dimiliki oleh orang-orang yang beriman dan bertaqwa.

“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati.” (QS. Qaaf: 37)

Jangan Jadi Aktivis Ketika Tak Ingin Terganggu

Turbulensi dalam dakwah adalah sebuah keniscayaan. Karena di sana ada pertarungan antara yang haq dan yang bathil. Dan hal itu akan terus berlangsung hingga kiamat tiba. Jangan pernah mengharapkan rasa aman, karena gangguan dalam dakwah itu pasti ada. Bahkan para nabi dan rasul pun mengalami gangguan dalam dakwahnya.

Rasulullah pun ketika berdakwah banyak mengalami gangguan. Saat beliau sedang bersujud dalam shalat, salah seorang kafir meletakkan kotoran unta di punggung beliau. Bukan hanya itu, Abu Lahab pun melempari beliau dengan batu hingga berdarah.  Sedangkan istrinya Abu Lahab pun tak mau kalah dengan memasang duri pada jalan yang dilewati oleh Rasulullah.

Gangguan adalah sebuah ujian dari Allah untuk orang-orang yang terpilih dalam jalan dakwah. Hal ini merupakan tempaan dari Allah agar kita semakin kuat. Ada sebuah kaidah Ilahiyah yang komprehensif bagi seluruh makhluk yang ada di dunia ini. Dalam haditsnya Rasulullah bersabda, “Apabila Allah mencintai seorang hamba maka Dia pasti mengujinya-mengapa?-apabila dia ridha, maka Allah memilihnya, sedangkan apabila dia bersabar, maka Allah juga memilihnya.” (HR. Al Baihaqi)

Dua sikap dalam menghadapi ujian dari Allah dan tidak ada sikap yang ketiga. Barang siapa yang menghadapi ujian Allah dengan ridha dan atau pun sabar, maka hasilnya adalah Allah akan menjadikannya sebagai salah satu di antara hamba-hamba-Nya yang terpilih dan terseleksi. Sebagaimana yang terdapat dalam firman-Nya,

“Allah memilih utusan-utusan-(Nya) dari malaikat dan dari manusia” (QS. Al Hajj: 75)

Jangan Jadi Aktivis Ketika Tak Ingin Sibuk

Tidaklah elok ketika seorang aktivis dakwah berkeluh kesah tentang kesibukannya dan membanding-bandingkannya dengan kesibukan teman sejawatnya yang lain. Karena hal ini sudah Allah tetapkan dengan adil.

“Rabbmu tidak akan zhalim terhadap seorang hamba pun.” (QS. Fushshilat: 46)

Allah menghendaki hambanya untuk tidak tersibukkan oleh apa pun kecuali oleh Islam, yaitu dakwah itu sendiri. Apabila hati seorang aktivis dakwah cenderung ke arah lain, maka Allah akan menimpakan ujian agar dia mau kembali kepada Allah dan kesibukan dakwahnya. Oleh karena itu, Rasulullah memerintahkan kita untuk membaca kisah para nabi, yaitu orang-orang shalih agar kita dapat belajar dan berjalan di atas manhaj serta petunjuk mereka.

”Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” (QS. Yusuf: 111)

Wallahu’alam bis Shawab…

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (18 votes, average: 9.39 out of 5)
Loading...

Tentang

Pengurus Wilayah KAMMI Megapolitan.

Lihat Juga

Ada Dakwah di Dalam Film End Game?

Figure
Organization