Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Walimah Sukses

Walimah Sukses

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (aridudul.blogspot.com)

dakwatuna.com – Setiap aktivis dakwah, pada masa single-nya, tentu memimpikan kelak merayakan pernikahan dengan walimah yang syar’i: sederhana, khidmat, penuh berkah dan manfaat. Namun tidak sedikit dari kita yang akhirnya harus mengalah pada kebijakan keluarga besar, dengan alasan untuk menghindari mudharat.

Banyak perkara tak layak bermunculan ketika penyelenggaraan pesta pernikahan akan atau tengah digelar. Dari hidangan yang berlebihan, tata ruang yang menyebabkan tamu laki-laki dan perempuan bercampur, dan yang paling menonjol; ritual adat yang melangkahi akidah.

Untuk yang belum menikah, tentunya akan lebih baik jika peluang mudharat tersebut dihindari sejak jauh hari, agar tak menyesal nantinya.

Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan sebagai tindakan preventif sebelum walimah diselenggarakan:

1. Penuhi hak keluarga untuk didakwahi

Tidak sedikit dari kita yang sibuk di luar rumah. Asyik dengan target dakwah yang jauh, tapi lupa pada lingkungan terdekat. Waktu yang kita punya dipadati aktivitas dengan kawan kampus dan kantor, lalu pulang membawa lelah dengan sisa tenaga dan waktu yang tidak cukup untuk membagi ilmu pada anggota keluarga.

Sistem nikah islami yang tak mengenal ta’aruf (perkenalan) dalam waktu lama, akhirnya menjadi kambing hitam sulitnya menyamakan persepsi ‘nikah ideal’ antara calon pengantin dengan keluarganya. Padahal jelas, kekeliruan bukan pada syariatnya, tapi si da’i yang tak memperkenalkan tata cara walimah islami pada keluarganya jauh-jauh hari.

2. Jadilah ‘tokoh penting’ di rumah

Keluarga adalah kelompok yang paling sulit untuk didakwahi, karena mereka telanjur tahu siapa kita. Tetapi, dengan kenalnya mereka pada karakter kita, jadikan ini sebagai kekuatan. Jadilah orang yang diperhitungkan di rumah. Tonjolkan diri dengan prestasi, atau sikap positif di atas anggota keluarga yang lain. Dengan demikian, pendapat kita akan lebih didengar. Ucapan Ali k.w., ‘Lihatlah apa yang dikatakan, bukan siapa yang mengatakan,’ tidak berlaku di semua tempat. Makin kuat posisi seseorang, makin besar pengaruhnya.

3. Menabung

Dalam dunia bisnis, seorang investor berhak mengintervensi kebijakan perusahaan yang didanainya. Hal tersebut berlaku pula dalam kehidupan sehari-hari. Pada sebuah rencana walimatul ‘ursy yang dananya ditanggung total oleh orang tua, maka orang tua merasa berhak mengajukan konsep tunggal sesuai pemikirannya. Tak masalah jika orang tua mengerti dan patuh pada ketentuan agama, tapi prestise dan adat tak syar’i yang kadung dianut turun temurun, umumnya menjadi masalah yang tak terelakkan jika konsep walimah diserahkan bulat-bulat pada orang tua. Belum lagi jika orang tua berbagi beban dengan saudara-saudaranya, akan makin banyak agenda tak penting yang memadati tertib walimah.

Maka, bekerja dan menabunglah! Jika tak mampu semua, minimal lebih dari setengah biaya walimah ditanggung kedua mempelai, agar lebih aman.

4. Siapkan panitia

Ini jelas tak kalah penting, untuk mengantisipasi adanya opsi kedua dari konsep walimah yang telah diputuskan. Dalam keadaan duduk manis di pelaminan, pasangan pengantin tidak mungkin mengkoordinir panitia, atau memprotes berbagai hal yang keluar dari jalur seharusnya. Dengan menyiapkan panitia dari kawan-kawan terdekat yang sepemikiran, konsep walimah syar’i insya Allah akan terjaga hingga akhir acara.

5. Niatkan, tekadkan!

Jika pun, 4 langkah di atas telah dilakukan, sementara calon pengantin sendiri tidak berniat dan membulatkan tekad untuk menjaga walimatul ‘ursy-nya dari ritual syirik dan pemubaziran, maka dengan sendirinya, apa yang ia sampaikan sangat mudah tergoyahkan oleh pendapat lain yang kelihatan lebih kuat karena lebih ngotot. Maka dari sekarang, susunlah rencana, meski belum ada tanda-tanda menuju pernikahan. Karena nikah itu, tidak perlu tanda, tapi usaha.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (12 votes, average: 8.92 out of 5)
Loading...

Tentang

Penulis lepas.

Lihat Juga

Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Figure
Organization