Topic
Home / Berita / Internasional / Amerika / Masjid Al-Hikmah, Perekat Silaturahim Umat Islam Indonesia di New York

Masjid Al-Hikmah, Perekat Silaturahim Umat Islam Indonesia di New York

Masjid Al-Hikmah New York (masjidalhikmahnewyork.org)

Jamaah Membeludak, Salad Id Dua Gelombang

dakwatuna.com – Umat Islam Indonesia yang tinggal di New York memiliki kebanggaan khusus. Mereka memiliki masjid sendiri yang disebut-sebut sebagai satu-satunya masjid umat Islam Indonesia di luar negeri. Masjid Al-Hikmah, di situlah berbagai kegiatan dan silaturahmi warga dilakukan.

Ridlwan, New York

“ALLAHU Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.” Alunan takbir menggema dengan lembut di dalam sebuah gedung model persegi panjang. Takbir itu hanya bisa didengar di dalam ruangan karena tak ada speaker yang dipasang di luar atau tepi jalan.

Pagi itu (6/11), sejak pukul 07.00, jamaah berdatangan dari berbagai sudut Kota New York. Sebagian besar membawa anak-anak. Mereka memarkir mobil di jalan yang sempit di perempatan Long Island Avenue.

Jawa Pos dan rombongan Outstanding Student For The World Kementerian Luar Negeri 2011 yang datang pagi itu, disambut ramah oleh takmir masjid, ustad Muhammad Syamsi Ali. Setiap jamaah yang datang diberi tas plastik untuk sepatu dan hanger untuk menggantung jaket. Maklum, suhu udara pagi itu 5 derajat Celsius, sehingga hampir semua yang datang mengenakan jaket tebal atau overcoat.

“My dear brother, please stand up and move shoulder to shoulder,” kata Syamsi meminta jamaah mengisi saf paling depan. Kapasitas ruangan sekitar 400 jamaah. Namun, pagi itu yang datang membeludak. Sampai-sampai harus diadakan dua sesi salat. Itulah salad Idul Adha di Masjid Al-Hikmah, masjid yang didirikan umat Islam Indonesia yang tinggal di New York.

Tepat pukul 09.00, salat Id ditunaikan. Arah kiblatnya menghadap ke tenggara. Itu karena hitungan posisi New York dan Makkah Al Mukaromah berada di antara arah timur dan selatan.

Seusai salat, khotbah dibawakan Syamsi. Ustad kelahiran Sulawesi Selatan, 5 Oktober 1967 itu adalah salah seorang tokoh agama di New York. Dia termasuk anggota tim rekonsiliasi yang dibentuk untuk menjaga toleransi antarumat beragama setelah tragedi WTC pada 11 September 2001 atau satu dekade lalu.

Syamsi adalah alumnus International Islamic University Islamabad, Pakistan, yang masuk ke New York pada 1997. Dia kini juga bekerja sebagai staf lokal di Kantor Perutusan Tetap RI (PTRI) untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Di New York inilah kiprahnya semakin luas. Selain menjadi pengasuh masyarakat muslim di New York dan Amerika, dengan menghadiri berbagai undangan ke berbagai kota di AS, Syamsi juga aktif berceramah ke berbagai kalangan lainnya.

Termasuk mewakili umat Islam dalam Memorial Service dengan tema: Pray for America bersama seluruh pemimpin agama se-Amerika. Syamsi juga mewakili umat Islam AS mendampingi Presiden George W. Bush saat kunjungan setelah tragedi 11 September 2001 lalu.

Syamsi Ali juga aktif mengoordinasi berbagai kegiatan antarkomunitas muslim. Sebagai contoh, mendirikan Imams Council of NYC bersama tokoh-tokoh muslim di New York pada 1998. Syamsi beristrikan Muthiah Malik, dan kini dikaruniai tiga anak; Maryam Zakiyah (lahir di Pakistan), Utsman Afifi (lahir di Saudi), dan Adnan Osama (lahir di New York).

Ceramah disampaikan secara padat dan ringkas. Temanya: For Better Generation. “Mari kita didik anak kita seperti Ibrahim mendidik Ismail yang rela memenuhi permintaan ayahnya untuk dikorbankan,” kata Syamsi.

Anak muda, kata dia, dapat menjadi tabungan amal kedua orang tuanya. “Apalagi, bagi kita yang hidup di AS, banyak kebebasan, banyak pergaulan yang jika kita tak cerdas mendidik anak, bisa memengaruhi iman,” katanya.

Syamsi hanya berbicara sekitar 15 menit, karena sif salat kedua segera dimulai. Dia mengingatkan juga agar jamaah mendonasikan uang untuk masjid. “Karena jumlah jamaah makin banyak, kami berencana melakukan perluasan. Kita butuh USD 250 ribu,” katanya.

Masjid Al-Hikmah disebut-sebut sebagai satu-satunya masjid milik warga Indonesia di luar negeri. Awalnya, warga Indonesia yang tinggal di New York mengadakan pengajian secara berkeliling dari apartemen ke apartemen. “Itu sudah sejak 1980-an, keliling dari rumah-rumah,” kata Fuad, staf Konsulat Jenderal RI di New York yang menemani Jawa Pos.

Kebutuhan akan adanya masjid sendiri membuat para jamaah berinisiatif mengedarkan kotak amal di setiap pengajian. Menyadari bahwa cara seperti ini akan memakan waktu lama, akhirnya pada 22 Desember 1989, mereka mendirikan organisasi bebas pajak, yang diberi nama Indonesian Muslim Community Inc (IMCI).

Dengan aktivitas pengumpulan dana ini, IMCI akhirnya dapat membeli sebuah bangunan di Queens New York seharga USD 385 ribu. Untuk renovasi awal, dikeluarkan dana USD 125 ribu, sehingga sebulan setengah setelah dibeli, bangunan yang dulumerupakan sebuah gudang itu menjadi masjid.

Pada Oktober 1995, delegasi IMCI menemui Presiden Soeharto yang menghadiri sidang PBB. Mereka menjelaskan rencana pengembangan masjid. Presiden Soeharto, sebagai ketua Yayasan Amalbakti Muslim Pancasila, memberikan bantuan USD 150 ribu. Renovasi pun terus dilakukan sampai sekarang, walaupun masih terlihat bentuk awalnya.

Pada 17 Agustus 1995, bersamaan dengan peringatan ke-50 HUT Kemerdekaan RI, Masjid Al Hikmah diresmikan dan langsung dipergunakan untuk berbagai kegiatan. Mulai Saturday School (semacam taman pendidikan Alquran) untuk anak-anak, Youth Recital untuk pemuda, dan halaqah pengajian umum.

Bagaimana dengan penyembelihan hewan kurban” Agus Supriyanto, salah seorang pengurus Keluarga Pengajian Indonesia menjelaskan, di AS aturan penyembelihan sangat ketat. “Kalau nekat menyembelih sendiri, apalagi ada darah berceceran dan tetangga melihatnya, kami bisa ditangkap polisi dan dipenjara,” katanya.

Hukum di AS mensyaratkan penyembelihan hewan harus dilakukan di slaughter house atau rumah potong hewan. Petugas penggorok leher sapinya pun harus bersertifikat khusus dari Departemen Peternakan AS. “Karena itu, kami transfer uang kurban ke lembaga seperti halal meat atau lembaga lain di sini,” ujar Agus.

Mereka tinggal terima beres. Bahkan, mereka yang kurban juga bisa memesan daging mentah atau matang. “Kita tinggal tunggu laporan pengiriman, daging atau sate datang sendiri ke rumah. Praktis, aman, tapi tetap sesuai dengan syariat,” katanya. (c2/nw/jppn)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (6 votes, average: 8.33 out of 5)
Loading...

Tentang

Tim dakwatuna adalah tim redaksi yang mengelola dakwatuna.com. Mereka terdiri dari dewan redaksi dan redaktur pelaksana dakwatuna.com

Lihat Juga

Semusim Cinta, Ajang Menambah Ilmu dan Silaturahim Akbar WNI Muslimah Se-Korea Selatan

Figure
Organization