Topic
Home / Berita / Opini / Isu Gender dan Fenomena Kereta Khusus Wanita

Isu Gender dan Fenomena Kereta Khusus Wanita

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (edisikrl.com)

dakwatuna.com – Berkendara dengan jenis transportasi kereta memang banyak diminati sebagian besar masyarakat kita. Selain perjalanan relatif cepat, tarif pun terjangkau serta tersedia untuk beberapa kelas tertentu. Namun segala sesuatu memang ada sisi positif dan negatifnya. Di samping kepraktisan dalam penggunaan jasanya, ternyata kereta juga memiliki kelemahan dari sisi keamanan, baik secara materiil maupun moril, terutama bagi kaum hawa.

Yang menjadi tren dalam penggunaan KRL saat ini adalah adanya gerbong kereta khusus wanita di daerah Jabodetabek. Gerbong ini terletak pada dua posisi ujung, yakni di gerbong 1 dan 8. Mungkin saja penempatan gerbong ini ditujukan agar menjadi ciri khas gerbong pada kereta, sehingga mempermudah pengguna untuk menaikinya.

Secara tidak langsung, diadakannya gerbong kereta khusus wanita berawal dari isu gender yang berada dalam pembangunan. Di sini gender berbeda dari seks atau jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang bersifat biologis. Yang termasuk isu gender antara lain stereotipe terhadap perempuan, beban kerja, marjinalisasi, subordinasi, dan kekerasan (violence). Kekerasan di sini tidak hanya dilakukan melalui serangan fisik, tetapi juga terhadap integritas mental psikologis seseorang sehingga dapat berdampak pada trauma. Dan salah satu dari sekian yang tergolong ke dalam bentuk kekerasan gender menurut Ratna Saptari, adalah pelecehan seksual, baik yang tergambar secara tindakan maupun hanya komentar (ucapan verbal). Hal inilah yang menjadi awal permasalahan dari dibentuknya gerbong khusus wanita.

Jika dibandingkan dengan gerbong atau jenis kereta lain, gerbong khusus wanita memang tergolong aman dan nyaman. Sayangnya, gerbong khusus ini hanya ada pada jenis KRL commuter line yang tarifnya pun lebih tinggi dari yang lain. Sebagai perempuan, terutama perempuan muslim, memang sebaiknya jika dalam perjalanan memilih posisi yang aman dibanding harus berdesakan dan bercampur baur dengan yang lain. Ini berlaku di jenis transportasi apapun. Dan menggunakan jasa kereta dengan gerbong khusus ini bisa disebut pilihan yang cukup tepat. Namun yang menjadi pertanyaan, bagaimana jika tidak semua orang yang mampu menggunakan jasa ini tetap menghendaki keamanan dan kenyamanan untuk dirinya? Apakah perlu dibuat sistem gerbong khusus ini untuk semua jenis kereta, walaupun pengawasannya kurang?

Sebelum sistem ini futuh, sebaiknya memang penjagaan atas keamanan pribadi ditanggungjawabkan kepada diri kita sendiri, itu menurut pendapat saya. Kita tidak perlu menunggu sampai seluruh kendaraan umum menyediakan tempat tertentu untuk perempuan agar keamanan lebih terjamin.

Saya pun sempat melakukan pengamatan dan perbandingan saat menaiki KRL commuter line khusus wanita dan KRL ekonomi. Dari segi kenyamanan, saya akui memang jauh berbeda. Tapi keamanan? Seperti di bahas di awal, penjagaan lebih kepada diri kita pribadi. Sebelum kereta diberangkatkan, biasanya banyak pedagang berseliweran di gerbong ini, dan tak jarang komentar atau ucapan lain berkonotasi miring ditujukan pada pengguna jasa yang notabene ‘menarik’. Sedangkan kondisinya di KRL ekonomi memang cukup padat dan faktor keamanannya kurang, tetapi bukan tidak mungkin jika ada penjagaan lebih kepada diri kita sendiri di samping mencari posisi nyaman dalam kereta, kita pun dapat mencegah segala kemungkinan negatif yang ada. Penjagaan itu bisa berupa pakaian yang dikenakan ataupun perilaku.

Ya, sebenarnya itu semua adalah pilihan. Memang akan lebih baik jika selain memilih kereta khusus wanita, penjagaan diri pribadi juga tetap ada. Semoga Allah selalu melimpahkan hikmah dan berkah di setiap perjalanan hamba-hambaNya. Amin.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (13 votes, average: 9.92 out of 5)
Loading...
Mahasiswi Gizi Masyarakat IPB,�asal Depok, Jawa Barat.

Lihat Juga

Kemuliaan Wanita, Sang Pengukir Peradaban

Figure
Organization