Topic
Home / Dasar-Dasar Islam / Al-Quran / Tafsir Ayat / Tafsir Surat ‘Abasa, Bagian ke-5 (Selesai): Keadaan Manusia Setelah Bangkit dari Kubur

Tafsir Surat ‘Abasa, Bagian ke-5 (Selesai): Keadaan Manusia Setelah Bangkit dari Kubur

فَإِذَا جَاءَتِ الصَّاخَّةُ ﴿٣٣﴾يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ ﴿٣٤﴾ وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ ﴿٣٥﴾ وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ ﴿٣٦﴾ لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ ﴿٣٧﴾ وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ مُّسْفِرَةٌ ﴿٣٨﴾ ضَاحِكَةٌ مُّسْتَبْشِرَةٌ ﴿٣٩﴾ وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ عَلَيْهَا غَبَرَةٌ ﴿٤٠﴾ تَرْهَقُهَا قَتَرَةٌ ﴿٤١﴾ أُولَٰئِكَ هُمُ الْكَفَرَةُ الْفَجَرَةُ ﴿٤٢﴾

”Apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua), pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, ibu dan bapaknya, serta istri dan anak­-anaknya; maka setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya. Banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa, dan gembira ria. Banyak (pula) muka pada hari itu tertutup debu, dan ditutup lagi oleh kegelapan. Mereka itulah orang-orang kafir lagi durhaka.” (QS. ‘Abasa: 33-42)

Inilah penutup kesenangan itu. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang panjang, dan pengaturan yang meliputi semua langkah dan tahapan urusan manusia. Dalam pemandangan ini, terdapat ke­serasian antara penutup dan permulaan surah ini, bersama orang yang datang dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran) sedang ia takut kepada Allah, dan orang merasa kaya yang tidak membutuhkan sesuatu dan berpaling dari petunjuk. Lalu, kedua tipe manusia ini kini berada dalam timbangan Allah.

Kata “as-shaakhkhah” (الصَّاخَّةُ) adalah lafal yang memiliki bunyi yang keras dan menembus, hampir memekakkan gendang telinga. Ia membelah angkasa, hingga sampai di telinga sebagai teriakan yang sangat keras dan bertubi-tubi.

Bunyi yang sangat keras ini sebagai pendahuluan bagi pemandangan berikutnya, yaitu pemandangan yang melukiskan orang yang lari dari manusia yang paling dekat dengannya,

”Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, ibu dun bapaknya, serta istri dan anak­anaknya.”

Padahal, mereka saling terikat dengan jalinan-jalinan dan ikatan-ikatan yang tak terpisahkan, tetapi suara yang sangat keras itu merobek-robek ikatan-ikatan tersebut dan memutuskan jalinan­-jalinannya.

Ketakutan dan kengerian dalam pemandangan ini bersifat individual, nafsi-nafsi’ terfokus pada dirinya sendiri’, menakutkan diri yang bersangkutan, me­misahkannya dari segala sesuatu yang melingkupi­nya, dan menekannya dengan tekanan yang berat. Maka, setiap orang hanya sibuk memikirkan dirinya dan urusannya. Ia merasakan kesedihan yang khusus, yang tidak meninggalkan orang yang memiliki ke­lebihan dalam pemikiran dan usaha,

“Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.” (QS. ‘Abasa: 37)

Di balik kalimat ini, terdapat bayang-bayang yang tersembunyi, dan di dalam lipatannya terdapat bayang-bayang yang dalam dan jauh. Maka, tidak ada kalimat yang lebih singkat tetapi lebih luas cakupan­nya daripada kalimat yang diungkapkan ini, untuk menggambarkan kesusahan dan kesedihan yang menyibukkan dan menyita perasaan dan hati nurani,

“Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya. “[1]

Begitulah keadaan semua makhluk pada hari yang sangat menakutkan itu, ketika telah tiba suara yang memekakkan.

Kemudian dilukiskanlah keadaan orang-orang yang beriman dan keadaan orang-orang kafir, sesudah mereka dinilai dan ditimbang dengan tim­bangan Allah di sana,

‘Banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa, dan gembira ria.” (QS. ‘Abasa: 38-39)

Inilah wajah-wajah yang cerah ceria, berbinar-­binar, tertawa-tawa, bergembira-ria, penuh harapan kepada Tuhannya, dan merasa tenang karena me­rasakan keridhaan Tuhannya kepadanya. Maka, mereka selamat dari bencana suara yang meme­kakkan dan membingungkan. Atau, karena mereka sudah mengetahui tempat kembalinya, dan sudah jelas baginya tempat tinggalnya, lalu wajahnya ceria dan bergembira ria sesudah terjadinya peristiwa yang menakutkan dan membingungkan.

”Banyak (pula) muka pada hari itu tertutup debu, dan ditutupi lagi oleh kegelapan. Mereka itulah orang-orang kafir lagi durhaka.” (QS. ‘Abasa: 40-42)

Wajah-wajah ini diliputi oleh debu-debu kesedihan.

Dengan demikian, terdapat keserasian antara permulaan dan akhir surah. Bagian permulaan me­netapkan hakikat timbangan, dan bagian akhir me­netapkan basil timbangan. Terasa pulalah keman­dirian surah yang pendek ini dengan muatan dan cakupannya terhadap hakikat-hakikat yang besar, pemandangan-pemandangan, dan kesan-kesannya Dengan semua ini, sempurnalah keindahan dan kebagusannya yang halus lembut dan penyesalan, dan ditutupi oleh hitamnya kehinaan dan kerendahan. Mereka sudah mengetahui apa yang telah mereka kerjakan, karena itu mereka yakin akan pembalasan yang dinantikannya.

”Mereka itulah orang-orang kafir lagi durhaka “.

Yang tidak mau beriman kepada Allah dan risalah-risalah-­Nya, melanggar batas-batas-Nya, dan merusak apa-­apa yang diperintahkan-Nya untuk dihormati.

Pada wajah setiap orang itu sudah terlukis tempat kembalinya masing-masing. Terlukis sifat-sifat dan identitas mereka dari celah-celah lafal dan kalimat Al­-Qur’an yang diungkapkan ini. Seakan-akan wajah­-wajah tersebut berupa sosok yang bersangkutan, karena kuatnya pengungkapan Al-Qur’an dan lem­butnya sentuhannya.


Catatan Kaki:

[1] Dari buku al-Insan Laa Yaquumu Wahdahu karya Crosby Morison, dan diterjemahkan oleh Mahmud Shalih al-Falaki dengan judul Al-Ilmu Yad’uu dal-Iman.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (6 votes, average: 6.33 out of 5)
Loading...
Lembaga Kajian Manhaj Tarbiyah (LKMT) adalah wadah para aktivis dan pemerhati pendidikan Islam yang memiliki perhatian besar terhadap proses tarbiyah islamiyah di Indonesia. Para penggagas lembaga ini meyakini bahwa ajaran Islam yang lengkap dan sempurna ini adalah satu-satunya solusi bagi kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat. Al-Qur�an dan Sunnah Rasulullah saw adalah sumber ajaran Islam yang dijamin orisinalitasnya oleh Allah Taala. Yang harus dilakukan oleh para murabbi (pendidik) adalah bagaimana memahamkan Al-Qur�an dan Sunnah Rasulullah saw dengan bahasa yang mudah dipahami oleh mutarabbi (peserta didik) dan dengan menggunakan sarana-sarana modern yang sesuai dengan tuntutan zaman.

Lihat Juga

Perlunya Belajar Tafsir Al-Qur’an Bagi Setiap Muslim

Figure
Organization