Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Sedikit Tentang Ukhuwah

Sedikit Tentang Ukhuwah

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi (w4hyud1.wordpress.com)

dakwatuna.com – Dakwah seperti telah kita ketahui akan selalu ada di bumi ini, tinggal diri kita yang menentukan apakah akan bergabung di dalamnya atau tidak. Dakwah kampus juga demikian, namun lebih ditekankan pada proses belajar tentang dakwah pasca kampus. Dakwah kampus ibaratnya prototipe dari dakwah setelah di kampus. Masalah-masalah yang dihadapi, tantangan dan ujian di dalam dakwah kampus menjadi kawah candradimuka bagi kader-kadernya. Sehingga setelah pasca kampus akan lebih siap menghadapi rintangan dan ujian yang lebih besar lagi.

Dalam dakwah kampus juga terdapat sistem yang mengatur di dalamnya, terdapat qiyadah, jundi, dan manhaj. Lalu, kita mengenal kerja-kerja dakwah yang disebut dengan amal jama’i. Sesederhana itukah dakwah kita? Ternyata tidak, ada hal-hal lain yang menjadi penopang amalan dakwah dan amal jama’i. Ruhiyah kita mesti terjaga, ukhuwah kita mesti terjalin dengan erat. Ketika amalan dakwah terasa hambar atau kurang ada perkembangannya, maka yang pertama dilihat adalah ruhiyahnya dan yang kedua adalah ukhuwah.

Ruhiyah mungkin sudah banyak kita mengetahuinya, oleh karena itu tulisan ini ingin berbagi tentang ukhuwah, suatu hal yang terasa dekat dan mudah namun ternyata kita masih gamang dalam melaksanakannya. Tulisan ini sedikit refleksi bagi kita, mungkin ukhuwah kita selama ini belumlah ukhuwah terbaik yang kita berikan kepada saudara kita.

Kita mengenal tingkatan-tingkatan dalam ukhuwah. Ternyata, untuk menuju itsar itu tidak mudah, bahkan sering kita merasa sudah sampai tahap saling tolong menolong, padahal kita belum mengenal siapa saudara seperjuangan kita dengan baik dan mendalam. Boleh jadi kita merasa telah membantu saudara kita, ternyata sesungguhnya saudara kita itu tidak membutuhkan bantuan yang kita berikan. Sederhananya kita salah memberi bantuan.

Banyak kader dakwah yang beraktivitas tetapi juga berkutat dengan permasalahan dirinya, seperti masalah keluarga, keuangan, dan akademis banyak ditemui di kalangan aktivis dakwah kampus. Bahkan, termasuk diri kita yang sedang menghadapi masalah tersebut. Kondisi ini terkadang membuat amalan dakwah menjadi kurang maksimal, beberapa kader mampu menghadapi masalahnya sehingga amalan dakwah tetap berjalan dengan profesional, namun yang lain tidak demikian. Pada keadaan seperti itulah ukhuwah seharusnya tampak.

Tak mudah untuk memberi perhatian ketika diri kita pun memiliki permasalahan yang harus diselesaikan. Namun, menjadi egois ketika saudara seperjuangan tidak kita coba bantu menyelesaikan permasalahannya. Pada saat seperti itulah ukhuwah menjadi sebuah ujian.

Ikhwah fillah, sesungguhnya dalam berukhuwah ada pelajaran lain yang bisa kita ambil. Pelajaran tentang empati yang membuat kita mampu lebih memahami saudara kita dan mampu memberikan bantuan yang terbaik bagi saudara kita. Empati itu hadir ketika kita mau belajar untuk mendengarkan tentang kabar saudara kita. Bukan sekedar mendengarkan biasa, tetapi memaknai setiap kabar yang diceritakan oleh saudara kita. Bukan pula mendengarkan secara basa-basi dimana telinga kita mendengarkan tetapi pikiran kita jauh ke hal lain. Empati akan muncul dari diri kita yang mampu mendengar dengan hati dan pikiran yang berada di sini dan saat ini.

Kita juga belajar tentang pengorbanan dalam berukhuwah, membantu seorang saudara terkadang harus mengorbankan sesuatu hal yang pada diri kita. Ikhlas adalah kunci untuk kita dapat menikmati pengorbanan itu. Berkorban tanpa menuntut adanya balasan terhadap apa yang kita lakukan. Berkorban karena kita ingin mengungkapkan rasa cinta kita pada sahabat seperjuangan.

Ikhwah fillah, adakalanya dalam berukhuwah kita menjadi sedikit lebih feminin. Bukan berarti mengubah perilaku kita, tetapi mencoba menggunakan sifat-sifat feminin dalam berinteraksi membangun ukhuwah dengan saudara kita. Maskulin identik dengan superioritas, ingin menonjol, dan ambisi yang besar. Sedangkan feminin identik dengan sifat mengalah, tidak menonjol atau setara dengan yang lain, dan mampu menutupi ambisinya. Dalam membangun ukhuwah juga demikian, kita mencoba lebih feminin dengan mau menjadi pendengar yang baik, tidak meremehkan permasalahan, dan mampu menunjukkan empati terhadap kondisi yang dihadapi saudara kita.

Ikhwah fillah, ketika kita menginginkan ukhuwah yang terjalin dengan erat, maka senantiasa kita coba hadirkan wajah-wajah saudara seperjuangan kita, wajah-wajah keluarga kita dalam lantunan doa rabithah kita. Tak lupa pula kita sekedar menyapa saudara-saudara kita dengan senyum dan perkataan yang baik. Semoga Allah mempertemukan kita di surgaNya kelak.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (11 votes, average: 9.55 out of 5)
Loading...
pernah tinggal di Timor Leste, menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah di Padangpanjang SUmatra Barat, melanjutkan Studi S1 di Psikologi UGM. dan sekarang guru BK di SMA Ihsanul FIkri Kabupaten Magelang

Lihat Juga

Ada Dakwah di Dalam Film End Game?

Figure
Organization