Topic
Home / Berita / Nasional / Ironis, Gudang Bulog Dipenuhi Beras Impor!

Ironis, Gudang Bulog Dipenuhi Beras Impor!

Ilustrasi (tribunnews)

dakwatuna.com – Menjelang lebaran, Komisi IV DPR RI melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke gudang beras milik Badan Urusan Logistik (Bulog) di Sidoarjo, Jawa Timur. Sangat ironis, dari total 290.000 ton beras yang tersimpan di gudang Bulog itu beras lokal hanya sebesar 1.000 ton, sedangkan kurang lebih 289.000 ton beras yang tersimpan merupakan beras impor.

Anggota Komisi IV DPR dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Rofi Munawar yang ikut dalam sidak langsung punya kesimpulan terkait hasil sidak itu. Yakni, bahwa keamanan dan ketahanan pangan nasional benar-benar tergantung dari impor.

“Temuan ini cukup ironis, impor beras yang dilakukan oleh Bulog ternyata dilakukan hanya untuk memenuhi gudang-gudang dengan beras dari negara lain,” ulas Rofi melalui rilis yang diterima redaksi (Kamis, 25/8).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat selama Januari-Juni 2011 impor pangan Indonesia mencapai 5,36 miliar dolar AS atau kurang lebih Rp sebesar Rp45 triliun. Tahun 2011 Pemerintah memberikan kuota impor beras sekitar 1,5 juta ton. Realisasi impor beras akan dilakukan hingga Februari tahun 2012. Saat ini sekitar 3.850 ton beras telah masuk. Dan jika dihitung, setidaknya 800.000 ton beras diproyeksikan masuk selama 2011.

Padahal, dalam catatan Rofi, Pemerintah telah memastikan penghentian impor beras terhitung 31 Maret 2011. Ketika itu alasannya masa panen raya padi sedang berlangsung, stok beras secara nasional juga cukup memadai atau bisa untuk lima hingga enam bulan ke depan. Namun kondisi itu tidak bertahan lama, empat bulan berselang ternyata pertengahan Agustus Bulog telah melakukan impor beras dari Vietnam sebesar 500.000 ton beras yang masuk dari 20 pelabuhan di seluruh indonesia. Kemudian dilanjutkan di bulan September direncanakan impor beras dari Thailand sebesar 300.000 ton.

“Bulog saat ini sudah dibekali Inpres No.8/2011. Seharusnya Bulog tidak mengalami kesulitan menyerap gabah dan beras petani karena harga pembelian akan mengikuti harga di pasar sesuai dengan pantauan BPS. Tetapi kenyataan di lapangan sebaliknya, ini menunjukkan pelaksanaan Inpres tersebut tidak efektif,” katanya.

“Seharusnya gudang Bulog dipenuhi dengan beras dari petani lokal, adapun beras impor hanya pelengkap. Namun apa yang terjadi justru berbeda 180 derajat, beras lokal terpuruk sedangkan beras impor mendominasi,” tukasnya.

Temuan ini bukan tidak mungkin terjadi di gudang-gudang Bulog lainnya diseluruh Indonesia. Jika ini terjadi tentu menjadi sebuah gambaran rendahnya kesungguhan Bulog dalam menyerap beras dari petani lokal. Seharusnya dengan infrastruktur yang dimiliki Bulog tidak sulit untuk menyerap gabah dari petani. (dem/RMOL)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (5 votes, average: 10.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Tim dakwatuna adalah tim redaksi yang mengelola dakwatuna.com. Mereka terdiri dari dewan redaksi dan redaktur pelaksana dakwatuna.com

Lihat Juga

Buah Impor

Cina Masih Jadi Sumber Impor Nonmigas Pemerintah

Figure
Organization