Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Waktu dan Kehidupan

Waktu dan Kehidupan

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

dakwatuna.com – Bismillah…

(inet)

Hidup… Begitulah kita menamakannya. Seperti gelombang laut yang terhampar luas di samudera, Hidup selalu akan berjalan, berarus, bergerak, dalam bentuk dan rupa yang selalu tak sama. Dan perjalanannya, selalu akan memberikan energi dan kehidupan bagi mereka yang ada bersamanya. Meski melelahkan melewatinya, gelombang yang ada takkan pernah mau berhenti, sebab kepemilikannya adalah waktu. Mereka yang menghargainya, pastilah akan memenangkannya. Waktu, adalah nyawanya hidup. Bagi yang menjiwai kehadiran waktu dalam hidupmu, maka dialah yang akan mampu bertahan dalam segala tantangan. Jika ingin menaklukkan kehidupanmu, maka cintailah waktu.

Jejak-jejakku pun seperti itu. Kucoba menerawang jauh semua langkah yang telah tercipta di penghujung usia 22 tahunku. Yang kudapatkan adalah banyaknya catatan kelalaian yang terselip bersama ribuan hari yang berlalu. Waktu, yang kusebut sebagai nyawanya kehidupan seperti berlalu bagai angin lalu. Betapa banyaknya kekecewaan yang terlanjur tercipta, betapa banyaknya kekurangan yang terlampaui batas, betapa banyaknya kelemahan yang melompati kewajaran, hingga kemudian ketika kuraba hati dan jiwa, maka yang tersisa adalah penyesalan, sebab belum banyak laku yang benar, belum banyak karya yang tercipta, justru sebaliknya, yang tertuang di bilik hati adalah kertas buram yang belum bercahaya.

Jika saja, waktu yang memberi makna tentang hidup ini akan pergi, apakah yang akan kita ceritakan pada sejarah ? akankah kita punya catatan yang manis untuk terekam, atau justru sebaliknya, di akhir cerita kita, banyak yang akan senang karena kepergian waktu dalam hidup kita, pada akhirnya membawa mereka kelegaan. Atau, ketika kita bertanya kepada jiwa kita yang akan menghadap-Nya ? maka jawaban yang akan selalu pasti hadir adalah getar-getar ketakutan karena selama ini tak pernah memiliki waktu yang diberikan dari-Nya.

Dengan berlalunya malam, langit pagi yang cerah akan menemanimu. Dan tulisan di kemegahan duniamu, akan selalu ditentukan dengan seberapa banyak engkau mencintai waktumu. Dia akan cerah, selagi kau menuliskannya dengan petikan-petikan yang lahir karena keringatmu, namun dia juga akan berkabut jika kau sajikan lakumu dalam tinta-tinta hitam yang terhempas tak teratur di kertas putihmu. Hingga benarlah kata Sang Nabi, bagi yang mengingat hari kemudian (kematian), merekalah yang paling cerdas di antara kalian. Sederhana saja, sebab orang yang mengingat waktu kepulangannya, orang yang mendamba kehadiran-Nya, orang yang mengerahkan harinya untuk mengejar cinta-Nya, selalu akan mencerahkan kemegahan langit mereka. Lalu… Di manakah posisi kita ?

Maka di akhir catatan sederhana ini. Sengaja kutuangkan secarik keinginan hati untuk lebih memiliki hidup. Menghidupkan hidupku dengan memuliakan waktuku. Dunia takkan pernah butuh pengakuanmu, sebab yang akan selalu menjadi akhir dari setiap pertanyaanmu adalah ketenangan hati dan jiwamu. Selagi ia masih berkabut, selagi awan hitam masih setia menyelimutinya, maka yakinlah, ada kekeliruan dalam mencintai hidupmu, ada kesalahan dalam menghargai waktumu. Biarlah waktu, yang menjawab semuanya. Semoga tarian purnama di bilangan hari ke depan, akan memberi warna cerah bagi langit harimu.

Langit…

Jika kembaramu selama ini terhempas karena kelalaianku

Maka berilah waktu untuk mewarnaimu kembali..

Hanya ingin cerah yang menemanimu

Hanya ingin putih yang membersamaimu..

Hadirkan birumu, menjadi kekuatan bagiku..

Semoga di kemudian waktu, kemegahanmu yang akan selalu menemaniku..

 

Taipei. 12 September 2010

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (30 votes, average: 9.23 out of 5)
Loading...

Tentang

Terlahir dengan nama Ario Muhammad tanggal 14 September 1987, di pelosok utara Halmahera. Sampai sekarang orang mengenal kecamatan tersebut sebagai salah satu lokasi awal terjadinya kerusahan SARA diawal tahun 2000-an. Malifut, sebuah kecamatan kecil di Halmahera Utara. Sudah hampir 2 tahun saya belum sempat menginjakkan kaki lagi di tanah kelahiran. Ingin sejenak mengenang sungai kecil tempat men...ceburkan diri dan belajar berenang ketika masih berseragam merah putih. Ingin sejenak bercerita pada sungai-sungai jernih yang sering menemani soreku bersama para sahabat untuk menangkap udang, ikan atau sejenisnya, kemudian diperlihara secara sederhana dirumah. Meski akhirnya, selang beberapa hari, peliharaan-peliharaan itu harus mati karena tak cukup oksigen. Buatku, masa kecil hingga remaja akan sangat mempengaruhi pola hidupmu dalam tahun-tahun mendatang. Kenangan hidup didaerah pelosok adalah wangi harum bumi yang merasuk erat di dalam tubuhku. Menghabiskan hari dengan memancing ikan, meski dengan itu harus sedikit nakal karena tak menuruti perintah ayah-ibu untuk tidur, adalah kenangan-kenangan hidup yang terlalu sulit untuk sekedar kulupakan. Juga menghabiskan malam di surau kecil dengan terang lampu yang tidak sebercahaya di kota, membuatku duduk menyepi sambil menghafal ayat demi ayat di Juz Amma, kemudian melaporkan kepada Ustad-ku yang sudah siap dengan rotan bambu-nya yang cukup membuat betis pedia jika salah dalam berbuat. Sungai, bukit, hutan, mengaji, bermain sepuasnya, adalah hari-hari yang mengagumkan dan menjadi kenangan terindah dalam hidupku.

Sayangnya, alam tak mau menempatkanku berlama-lama dengannya. Tahun 1999, di akhir tahun seingatku. Semua penghuni rumah dibangunkan karena kerusuhan SARA baru saja bergolak. Memasuki fase baru dalam hidup yang jauh berbeda dengan sebelumnya, tentu membuatmu tegang. Dulu, yang biasanya kuhabiskan sore dengan memanen sayur atau tanaman di kebun luas milik kakakku, kini harus berganti dengan deruan pukulan tiang listrik, membuat bom, hingga berita-berita tentang kematian demi kematian. 2 tahun masa itu kulewati hingga rasanya sangat kebal ketika menyaksikan perang, melihat mayat, hingga termenung memandang puing-puing rumah yang terbakar.

Memasuki awal 2000, akirnya semua harta keluarga ludes, terbakar, dan hanya meninggalkan puing sejarah yang terlalu kelam untuk sekedar di kenang.

Kujejakkan kakiku di Ibu kota Provinsi Maluku Utara kala itu. Ternate namanya� Cukup prestisius dimataku. Karena setidaknya, aku bisa menyaksikan mobil yang banyak lalu lalang, menyaksikan teriakan orang-orang di pasar-pasar yang cukup ramai. Semuanya mengingatkanku dengan kebiasaan menghitung jumlah kendaraan yang lewat di depan warung kecil keluargaku. Sering sekali kuhitung berapa jumlah motor yang lalu lalang dalam 3 atau 4 jam, kemudian membayangkan, kapan kira-kira tempat kelahiranku ini menjadi ramai seperti kota-kota yang ada di tayangan televisi yang kusaksikan. Mungkin semegah Surabaya, ketika kukunjungi dalam usiaku yang ke 11. Atau seluas Bau-bau yang kecil namun berkesan bersama penjual madu yang melimpah. Itu impian sederhana dari seorang Ario kecil. Terlihat aneh jika kuingat-ingat sekarang :)

Ternate, buatku adalah awal gerbang kompetisi. Menikmati masa SMP di SMP N. 4 Ternate, kemudian menamatkan SMA di SMA N. 1 Ternate, adalah bagian dari cerita hidup yang selalu dahsyat untuk di kenang. Menghabiskan masa remaja bersama berbagai aktivitas dan banyaknya karakter menumbuhkan semangat tersendiri buat saya untuk sekedar memahami lebih dalam tentang kehidupan itu sendiri. Hingga ketika berumur 17 tahun, sebuah musibah kecil menimpa keluargaku, yang kemudian, akhirnya menyatukan kepingan-kepingan kerapuhan dalam diriku untuk mengajaknya bertahan, terus berirama dan beresonansi bersama nyanyian hidup yang mau tidak mau harus ku teruskan. Setidaknya, episode kecil itu membuatku lebih memahami siapa kekuatan Maha Dahsyat dibalik takdir yang terjadi dalam kehidupan seseorang. Peristiwa kecil ini juga mempererat tali cinta antara aku bersama bidadari-bidadari-ku dalam keluarga kami. Mungkin jarang terucap, namun kami punya cara untuk sekedar saling merasa tentang keadaan kami yang masih sama-sama belajar. Mereka, saudara-saudariku, adalah sosok pemberi sejuta inspirasi, juga sosok-sosok hangat yang selalu mengerti siapa aku dan bagaimana aku dengan segala keterbatasannya. Mereka pula yang akhirnya mampu menafsirkan, bagaimana seharusnya hidup itu bertransformasi, bagaimana seharusnya sebuah hubungan darah mampu terbangun dan menjadikan istana kehidupan kita berseinergi bersama keinginan alam yang matu tidak mau harus kita hadapi. Merekalah guruku.. Merekalah inspirasi yang takkan pernah kendur, dan takkan pernah habis dimakan zaman.

Dan akhirnya, 4 tahun adalah waktu yang cukup untuk sekedar menghabiskan hariku di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pilihan menjadi seorang Insinyur adalah takdir yang harus kutulis dan kujalani. Hingga dalam perjalananku, aku menemukan mereka-mereka yang menggetarkan. Meski hanya lewat ucap, lewat laku, atau bahkan hanya dari buku-buku. 4 tahun bersama Yogyakarta, membuat karakterku tumbuh dengan segala �warna� yang ada padanya. Mengenal pribadi-pribadi Al-qur�an di kota ini telah menyihir segala pemahamanku tentang hidup dan orientasi dalam menjalaninya. Mungkin saya tidak merasa, namun sejatinya, pengaruh-pengaruh mereka telah membentuk karakter dan idealisme yang baru. Semuanya kudefenisikan sebagai proses perubahan. Hidup sangat dinamis, jika karaktermu tetap sama dalam bilangan tahun yang terus terlewati, maka ada yang salah dengan ke-dinamis-anmu. Maka dinamisasi jugalah yang membuat karakter siapapun ikut berubah. Satu hal penting yang tak boleh hilang. Proses transformasi ini harus senantiasa kembali kepada-Nya, berjalan dalam jalur-Nya, dan berkembang sesuai dengan titah-Nya.

2 September 2009. Kumulai menuliskan episode baru dalam hidupku. Sebuah transformasi hidup yang juga baru akan kujalani. Di negeri formosa, akan kulukis cerita, kucatatkan pelangi pada langit-langitnya hingga nanti semua kumpulan episode ini menjadi berharga dimata-Nya. Taiwan Technology atau National Taiwan University of Science and Technology adalah tempat dimana kutitahkan semua perjalanan ini. Membuat cerita baru di tempat yang baru tentu perlu adaptasi yang keras juga membutuhkan proses dan waktu yang memadai. Semoga cerita di formosa, menjadi kenangan indah, seperti kenangan masa kecilku, remajaku, hingga menjemput tranformasi hidup di bumi Yogyakarta.

2 Tahun, akan kujalani cerita bersama tumpukan paper, tugas kuliah, dan tentunya bermacam aktivitas yang akan menemaniku untuk membentuk karakter yang lebih utuh. Anggap saja ini adalah �jalan-jalan�. cerita �jalan-jalan� untuk merebut �jalan� panjang menuju syurga-Nya, jalan sederhana yang sengaja tergariskan oleh-Nya untuk menguji apakah sosok Ario akan terlindas oleh zaman atau akan kokoh bersama waktu. Semoga proses ini menumbuhkan siapapun yang melewatinya, menumbuhkan sakura hingga bersemi, mencairkan salju hingga datang panas, dan mengeringkan suhu yang sering membuatku menggigil ketika musim dingin tiba.

Alhamdulillah, sebelum menggenapi cita-cita untuk lulus master dari Taiwan Technology, aku meminang seorang gadis Trenggalek, Ratih Nur Esti Anggraini dengan mengcuapkan mitsaqan Ghaliza pada tanggal 2 Juli 2011. Dan 17 hari kemudian, Allah memberikan hadiah indah yang lain, di hadapan Prof. Yang CC (NTOU), Dr. Wang H. (China Consultant Inc.), Prof. Chun, Tao Chen (Taiwan Tech), dan Advisor saya, Prof. Chang Ta Peng, saya berhasil mempertahankan Thesis saya dan mendapatkan gelar M.Sc.(Eng) atau MSE.

Saat ini, saya bersama Istri sedang menikmati episode baru menjadi sepasang suami-istri yang semoga dapat saling mencintai karena Allah satu sama lain.

teruslah berjuang kawan, karena episode hidup selalu akan bertransformasi mengikuti usahamu.

Lihat Juga

Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Figure
Organization