Topic
Home / Narasi Islam / Wanita / Para Wanita Shalihah dan Mujahidah (bagian ke-5): Zaenab Al-Ghazali

Para Wanita Shalihah dan Mujahidah (bagian ke-5): Zaenab Al-Ghazali

Ilustrasi (inet)

5. Zaenab Al-Ghazali

dakwatuna.com – Nama lengkapnya adalah Zaenab Muhammad Al-Ghazali al-Jibili. la lahir pada tahun 1917 Masehi di desa Mayyet Ghamar di sebuah propinsi yang bernama Daqahliyah di Mesir. Ayahnya merupakan salah satu ulama Al-Azhar. la belajar di sebuah madrasah di kampung halamannya sendiri. la belajar ilmu-ilmu agama di bawah asuhan para ulama-ulama besar al Azhar. Di antara ilmu-ilmu yang ia pelajari adalah Ilmu Hadits, Tafsir, dan Fiqih.

la merupakan anggota termuda dari perkumpulan wanita-wanita Mesir di bawah pimpinan Hadi Sya’rawi. Namun, akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari perkumpulan tersebut di saat mengetahui adanya perilaku-perilaku yang tak selaras dengan ajaran Islam. Ia kemudian mendirikan komunitas wanita-wanita muslim pada tahun 1937 di Kairo. Umurnya pada saat itu masih sekitar 19 tahun.

Adapun tujuan mendirikan komunitas itu agar diterapkannya syariat Islam dan didirikannya kekhalifahan Islam. Pada tiap-tiap tahunnya ia selalu mengirim 340-400 delegasi untuk melakukan ibadah Haji. la sendiri yang memimpin delegasi-delegasi itu.

Tujuan pengiriman delegasi-delegasi itu adalah untuk menemui sejumlah jamaah haji yang berasal dari penjuru dunia. Delegasi-delegasi itu selalu membahas masalah-masalah pokok dalam Islam dengan para jamaah haji tersebut. Isu-isu yang selalu mereka kembangkan adalah seputar perbaikan umat Islam, mengembalikan kembali kekhalifahan Islam, dan sekaligus bagaimana membangkitkan kembali masa keemasan Islam.

la bertemu dengan imam Syahid Hasan Al-Banna pada tahun 1941 Masehi. Hasan Al-Banna membaiat Zaenab untuk turut serta melakukan perjuangan bersama Ikhwanul Muslimin. Sebab, tujuan dan landasan perjuangan mereka adalah sama. Dan pada tahun 1980, ia mendirikan majalah perkumpulan wanita-wanita muslim (Sayyidah Muslimah), dan dibubarkan pada tahun 1985. la juga memimpin salah satu divisi yang ada dalam organisasi Ikhwanul Muslimin. la serta merta membantu keluarga Ikhwanul Muslimin di saat kelompok ini diintimidasi oleh pemerintah pada tahun 1954. Dan pada tahun 1964, perkumpulannya tersebut dibubarkan oleh tentara dengan menyita harta dan kepemilikan mereka.

Pada tahun 1965, ia ditangkap oleh pemerintah dengan tuduhan terlibat dalam sebuah kasus yang ada pada Ikhwanul Muslimin di saat bersitegang dengan pemerintah. Pemerintah menuntut kepada parlemen menjatuhi hukuman mati kepada Zaenab. la sebelum dipastikan sebagai tawanan perang, telah menerima berbagai macam siksaan di penjara.

la akhirnya dijatuhi hukuman penjara selama 25 tahun, dan diharuskan melakukan kerja berat selama menjalani masa hukuman. la menulis kesengsaraannya itu dalam sebuah buku yang berjudul “Ayyam min Hayyati” (hari-hari dalam kehidupanku).

Zainab Al Ghazali (inet)

Melalui bantuan raja Faisal dari Arab Saudi, sekitar pada tahun tujuh puluhan, keluarlah ketetapan dari pemerintahan Anwar Sadat untuk membebaskan Zaenab dari penjara. la telah diampuni oleh pemerintah atas segala perbuatannya yang dianggap merugikan negara. Ini terjadi pada bulan Agustus tahun 1971, yaitu setelah menjalani masa-masa di penjara selama 6 tahun.

Setelah keluar dari penjara, ia dianjurkan untuk menghidupkan kembali majalah Sayyidat Muslimah dengan menjadikan dirinya sebagai direkturnya. la akan menerima kucuran dana sebanyak 300 Pounds perbulan, dengan catatan harus bersedia mengusung kepentingan-kepentingan pihak donatur. la serentak menolak, dan mengatakan bahwa mustahil baginya mendirikan sebuah penerbitan untuk mengusung pemikiran-pemikiran sekuler. la mengatakan pula bahwa penerbitan ini didirikan untuk kepentingan Islam dan bukan untuk kesesatan.

Setelah keluar dari penjara ia ingin meneruskan perannya dalam bidang dakwah. la melalui melakukan pengajian-pengajian dan seminar-seminar di Mesir sendiri maupun di luarnya.

Adapun negara-negara yang pernah ia kunjungi adalah Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, Yordania, Al-Jazair, Turki, Sudan, India, Francis, Amerika, Kanada, Spanyol, dan lain sebagainya.

Suaminya yang berperan sebagai seorang ekonom yang bernama Haji Muhammad Salim meninggal dunia pada tahun 1966 Masehi. Yaitu di saat Zaenab masih berada di dalam penjara. la tak dikaruniai seorang anak pun. Namun, ia menganggap bahwa semua anak-anak Islam merupakan anak-anaknya juga.

la sangat memfigurkan seorang Hasan al Banna. la menganggap bahwa di antara orang-orang yang telah mempengaruhi kehidupannya, semisal Hasan Al-Hudhaibi, Umar  Tilmisani, Hamid Abu Nasir, dan Hasan Al-Banna lah yang paling banyak berpengaruh pada pembentukan jiwa dan sikap hidupnya. Di antara karya-karya tulisnya yang terkenal adalah “Ayyam min Khayati”, Nahwa Ba ‘su Jadid, Maa Kitabullah, Muskilatu Sabab wa Fatayat.”

— Tamat

(hdn)

Redaktur: Samin Barkah, Lc. M.E

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (23 votes, average: 9.61 out of 5)
Loading...
Lembaga Kajian Manhaj Tarbiyah (LKMT) adalah wadah para aktivis dan pemerhati pendidikan Islam yang memiliki perhatian besar terhadap proses tarbiyah islamiyah di Indonesia. Para penggagas lembaga ini meyakini bahwa ajaran Islam yang lengkap dan sempurna ini adalah satu-satunya solusi bagi kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat. Al-Qur�an dan Sunnah Rasulullah saw adalah sumber ajaran Islam yang dijamin orisinalitasnya oleh Allah Taala. Yang harus dilakukan oleh para murabbi (pendidik) adalah bagaimana memahamkan Al-Qur�an dan Sunnah Rasulullah saw dengan bahasa yang mudah dipahami oleh mutarabbi (peserta didik) dan dengan menggunakan sarana-sarana modern yang sesuai dengan tuntutan zaman.

Lihat Juga

Kemuliaan Wanita, Sang Pengukir Peradaban

Figure
Organization