dakwatuna.com Menuju Kesatuan Umat
dakwatuna.com – Jakarta. Tindakan kekerasan yang dilakukan masyarakat di Tarakan, Kalimantan Timur dan Jl Ampera Raya, Jakarta Selatan, membuat MUI prihatin. MUI pun meminta agar tokoh ulama, tokoh masyarakat, dan tokoh adat diikutsertakan dalam penanganan masalah kekerasan.
“MUI sangat prihatin atas berkembangnya konflik terbuka di masyarakat yang melakukan kekerasan dalam berbagai bentuk. Pemerintah dan penegak hukum mengikutsertakan para ulama dan tokoh masyarakat,” jelas Ketua MUI Ma’ruf Amin dalam keterangan pers di Jl Proklamasi, Jakarta, Kamis (30/9/2010).
Menurut Ma’ruf, dengan adanya tokoh ulama maka penanganan dapat dilakukan secara komprehensif dan lebih mencapai sasaran. Pemerintah khususnya aparat keamanan pun diminta agar aktif di dalam mencegah berkembangnya konflik sosial yang dipicu oleh berbagai situasi dan kondisi.
“Polisi dan aparat penegak hukum hendaknya tegas dan adil,” pintanya.
Ma’ruf mengimbau masyarakat agar senantiasa mengembang pola kehidupan yang saling menghormati, saling mencintai, dan saling mengasihi. Sehingga akan tercipta kehidupan sosial kemasyarakatan yang harmonis, selaras, dan seimbang.
Sebelumnya, sejumlah kasus bentrok warga dipicu dari kemarahan masyarakat. Dua kasus terbaru yakni konflik di Tarakan yang dipicu dari masalah pribadi serta tawuran dua kubu di Jl Ampera Raya, Jakarta Selatan.
Tawuran dua kubu di Jl Ampera Raya, yang terjadi pada Rabu 29 September bahkan menewaskan 3 orang. Dua kelompok orang tawuran dan membawa sejumlah senjata tajam hingga senjata api di hadapan aparat keamanan.
Sedangkan kasus Tarakan bermula pada kasus pemukulan terhadap seseorang yang berakhir dengan pembalasan dendam yang menewaskan Abdullah. Dendam pun berlanjut hingga menjadi konflik antara etnis Dayak dan Bugis. (gus/fay/dtc)
Redaktur: Ardne
Beri Nilai:
(1 votes, average: 8.00 out of 5)
Loading...Tentang Tim dakwatuna
