Topic
Home / Berita / Profil / Oki Setiana Dewi: Kesuksesannya Diawali Kegagalan

Oki Setiana Dewi: Kesuksesannya Diawali Kegagalan

Oki Setiana Dewi (TEMPO/Yosep Arkian)

dakwatuna.com – Jakarta. Pada bulan puasa kali ini, kesibukan Oki Setiana Dewi bertambah. Setelah sukses di film Ketika Cinta Bertasbih dan Ketika Cinta Bertasbih 2 tahun lalu, aksi peran Oki berlanjut ke versi sinetronnya, yang disiarkan stasiun RCTI selama Ramadan. Saban hari dara cantik kelahiran Batam, 21 tahun lalu, itu harus melakoni syuting selama 13 jam.

Meski lelah, Oki tetap menikmati kariernya. Bagi Oki, setiap keinginan harus diraih dengan kerja keras dan tak mudah menyerah. Kariernya sebagai artis tak diraih dengan mudah. “Semua berawal dari kegagalan,” katanya saat ditemui di sela-sela syuting sinetron di Pondok Pesantren Al-Hikmah, Ciawi, Bogor, Rabu lalu.

Sejak sekolah dasar, Oki gagal menjuarai puluhan lomba peragaan busana dari tingkat kelurahan hingga provinsi. “Saya tak pandai bicara di depan juri,” katanya memberi alasan. Ia tak kecewa.

Selain suka bergaya, Oki memiliki hobi membaca dan menulis. Hobi ini dimanfaatkan untuk mencari uang. Oki membuka penyewaan buku dan berjualan informasi kepada teman sekolah. Saban hari dia menulis informasi tentang kelompok musik Westlife yang kesohor kala itu. Hasil karyanya dibanderol seribu rupiah per lembar. “Ini menguntungkan,” katanya.

Saat masuk sekolah menengah pertama, Oki menghentikan dagangannya. Putri sulung dari tiga bersaudara ini berusaha menemukan bakatnya lewat sekolah kepribadian Silhoutee. Kepercayaan dirinya terkerek. Ia pun mulai memanen kemenangan hingga puluhan lomba peragaan busana. “Saya langganan juara.”

Tak hanya itu, kemampuan bicaranya makin luwes. Oki menerima banyak tawaran sebagai pembawa acara. Mulai pameran perumahan, ulang tahun perusahaan, hingga festival musik. Setiap bulan pendapatannya berbilang jutaan rupiah. “Bisa bayar sekolah sendiri,” ucapnya. Tak hanya sukses di karier, ia juga berprestasi di sekolah. Kesuksesan ganda ini melambungkan nama Oki.

Begitu masuk sekolah menengah atas, Oki dilarang ikut lomba lantaran sudah langganan juara. Ia naik level menjadi juri perlombaan.

Merasa di atas angin, jiwa petualang Oki berontak. Diam-diam, ia mengikuti perlombaan kecantikan di Jakarta. Rupanya dia berhasil menyabet juara. Kesuksesan ini menjadi modal untuk merayu ayah, Sulyanto, agar memberinya izin pindah ke Jakarta. “Saya tak akan berkembang jika hidup di Batam,” ujarnya.

Sulyanto menolak. Oki tak surut merayu ayahnya selama setahun. Akhirnya hati sang ayah luluh. Saat kelas II, Oki pindah ke Depok, Jawa Barat. Di sana Oki hidup sendirian di rumah indekos. Setiap hari Oki tak pernah melewatkan membaca lowongan kerja. Meski bersekolah, Oki bertekad bekerja. “Saya harus mendapatkan uang,” katanya.

Malangnya, tak ada satu pun tawaran yang datang. Sosoknya yang dinilai unggul di Batam tak banyak berarti di Jakarta. Oki tak menyerah. Setiap Ahad, dia berkirim biodata ke pusat belanja di Jakarta dan Depok. Dia berharap ada tawaran menjadi pembawa acara. Usaha keras ini pun tetap mentok.

Seusai sekolah, Oki mondar-mandir Depok-Jakarta. Dia banyak mengikuti audisi bermain film televisi di Jakarta. Usahanya tak sia-sia. Kesempatan bermain di layar kaca datang juga meski tampil dalam hitungan detik. Upahnya pun tak seberapa, Rp 300 ribu. “Itu pun dipotong agensi,” ujarnya.

Kesibukan ini membuat Oki sering pulang subuh. Prestasi akademiknya jeblok. Lalu datang kabar buruk dari keluarganya. Ibunya, Yunifah Lismawati, sakit pemfigus vulgaris. Penyakit ini menyebabkan sebagian besar kulit Yunifah melepuh, bernanah, dan menempel pada baju. Jika baju ditarik, kulit bisa terkelupas. Agar sembuh, ibunya dikirim ke Jakarta. Selama dua tahun Oki merawat ibunya.

Melihat ibunya tak berdaya, hati Oki tercabik-cabik. Apalagi biaya perawatan yang mahal membuat ibunya hanya dirawat di ruangan kelas rendah. Karena penyakitnya menimbulkan bau tak sedap, pasien tetangga memprotesnya. “Saya ingin menangis,” ujarnya. Namun air matanya ia tahan saat berada di depan ibunya. “Saya ingin terlihat tegar.”

Ia mulai lupa akan tekadnya bermain film. Setiap hari dia memilih merawat ibunya dan mendaras doa mengharapkan kesembuhan. Suatu hari dia memutuskan berjilbab. Tujuannya agar lebih dekat dengan Tuhan dan doanya lebih banyak didengar. Doa Oki manjur, meski tak sembuh total, ibunya berangsur membaik.

Setelah Oki mengenakan jilbab, tawaran bermain film mulai sering datang. Namun tawaran itu memintanya melepas jilbab. Oki menolak. Ia dihujat tak akan sukses di dunia seni peran.

Sembari merawat ibu, Oki banyak memenangi lomba debat bahasa Inggris. Ia juga mulai gemar membaca novel-novel Islam, salah satunya novel trilogi Ketika Cinta Bertasbih.

Saat Oki tamat SMA, Yunifah pulang ke Batam. Adapun Oki diterima di Jurusan Sastra Belanda Universitas Indonesia tiga tahun lalu. “Saya pilih agar bisa mendapatkan beasiswa ke Eropa,” ujarnya. Indeks prestasinya amat memuaskan. Ia juga dikenal sebagai aktivis dakwah kampus. Lambat laun ia melupakan obsesinya bermain film.
Rekannya membujuk Oki agar mengikuti audisi film Ketika Cinta Bertasbih. Semula ia ogah karena mulai teguh di jalur akademisi. Namun ia tertantang saat melihat para seniman di balik film itu merupakan tokoh yang dikaguminya. Tujuan lainnya, “Saya ingin membuktikan perempuan berjilbab bisa sukses main film.”

Oki diterima. Dia berperan sebagai Anna Althofunnisa. Padahal, saat audisi, dia memilih peran lain, Husna. Bermain film membawa dampak besar bagi Oki. Dia kerap diundang mengisi seminar dan diskusi bertema kemuslimahan. Bahkan, meski lajang, dia kerap diundang menjadi pembicara tema pernikahan. “Saya dikira sudah menikah dan punya anak,” katanya tertawa.

Kondisi ekonomi pun membaik. Oki bahkan telah memberangkatkan ibunya umrah ke Mekkah. Pendapatan sampai jutaan rupiah? “Amin,” katanya tersenyum.

AKBAR TRI KURNIAWAN

Biodata

Nama: Oki Setiana Dewi
Lahir: Batam, 13 Januari 1989
Orang Tua: Sulyanto dan Yunifah Lismawati
Status: Sulung dari tiga bersaudara
Saudara: Sindy Kurnia Putri dan Ria Yunita
Pekerjaan: Pembawa Acara dan Pemain Film

Pendidikan
SMA 1 Depok Jawa Barat
Sastra Belanda Universitas Indonesia

Penghargaan
Artis wanita pendatang terbaik Indonesia Movie Awards 2010
Artis wanita pendatang terfavorit Indonesia Movie Awards 2010

Filmografi
Film Ketika Cinta Bertasbih 1 dan Ketika Cinta Bertasbih 2

Sinetron Ketika Cinta Bertasbih

(tempointeraktif)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (55 votes, average: 8.89 out of 5)
Loading...

Tentang

Tim dakwatuna adalah tim redaksi yang mengelola dakwatuna.com. Mereka terdiri dari dewan redaksi dan redaktur pelaksana dakwatuna.com

Lihat Juga

Meraih Kesuksesan Dengan Kejujuran (Refleksi Nilai Kehidupan)

Figure
Organization