Topic
Home / Berita / Ramadhan di Al Quds dan Masjid Al Aqsha

Ramadhan di Al Quds dan Masjid Al Aqsha

dakwatuna.com – Ramadhan di Al Quds begitu istimewa. Utamanya di waktu malam, deretan lampu hias terangi jalan-jalan kota yang hingga kini masih terancam diusir oleh Israel. Para penduduk sengaja memasangi hiasan indah di rumah dan di jalan-jalan desa dan kota.

Sementara suara adzan dari Masjid Al Aqsha, tempat di Isra kannya Rasulullah saw, berkumandang indah di langit. Seolah mendeklarasikan kebangkitan Al Aqsha yang akan selalu menjadi milik umat Islam seluruh dunia. Suasana malam, juga diramaikan dengan keberadaan para pedagang buah,sayur mayur, serta beragam kebutuhan yang dicari penduduk di bulan Ramadhan. Mereka berteriak menjajakan barangnya pada para pejalan kaki di sekitar Masjid.

Masjid Al Aqsha di bulan Ramadhan, dihiasi oleh para hamba Allah yang datang dari berbagai tempat di tanah Palestina. Menurut Syaikh Azam Khatib, Direktur Wakaf Islam di Al Quds, pihaknya telah berkoordinasi dengan berbagai lembaga di Al Quds dan kelompok pandu Al Quds untuk menggelar acara setiap hari di Masjid Al Aqsha. Berbagai acara seperti ceramah, dan kajian tematik diadakan setiap hari. Begitu juga pelayanan kesehatan untuk umat Islam yang datang ke masjid untuk memberi kenyamanan dan ketenangan pada mereka yang ingin melakukan ibadah dan beritikaf di dalam masjid. Makanan berbuka dan sahur juga tersedia setiap hari. Diperkirakan jumlah jamaah masjid akan terus meningkat hingga puncaknya di sepuluh malam terakhir, bisa berjumlah lebih dari 100 ribu paket makanan setiap harinya.

Adapun pelaksanaan tarawih, diikuti oleh ribuan jamaah dari orang tua, dewasa hingga anak-anak. Mereka biasanya berlomba untuk bisa masuk ke shaff terdepan, atau paling tidak bisa mendekati pintu masjid. Tidak jarang, pelaksanaan shalat tarawih itu menjadi ajang pertemuan keluarga dan teman-teman yang juga ikut hadir di masjid dan area masjid, dalam suasana iman dan kegembiraan.

Ada pula yang unik di Al Quds. Azan maghrib tanda berbuka puasa selain dikumandangkan suara azan, juga diiringi lebih dahulu bunyi meriam. Ini merupakan tradisi yang sudah berlangsung bertahun tahun di Al Quds. Penduduk menyebutnya “Midfa’ Ramadhan”. Meriam itu berasal dari pemakaman Islam yang terletak di jalan Salahiddin di pusat kota.

Si penyuluh meriam Ramadhan, adalah seorang penduduk Al Quds bernama Rajai Shanduka. Menurutnya ia harus mendapat izin terlebih dahulu dari pemerintah kota Al Quds, pakar bahan peledak dan keamanan serta polisi Israel, dua bulan sebelum datanganya bulan Ramadhan, agar bisa membunyikan meriam setiap hari di bulan Ramadhan. Dahulu, sebelum meletusnya Intifadhah pertama, ia bisa menggunakan bahan mesiu untuk membunyikan meriam. Tapi kini ia hanya diizinkan membunyikan meriam dengan bahan baku, yang bisa mengeluarkan bunyi, tapi tanpa mesiu. “Saya menganggap membunyikan meriam ini sebagai kekayaan yang mahal. Meski saya kelelahan sepanjang bulan suci hari Ramadhan untuk membunyikannya, dan sangat ingin berbuka puasa bersama keluarga sebagaimana penduduk yang lain. Tapi saya tetap pergi ke tempat meriam ini, setengah jam sebelum waktu berbuka. Lalu waktu pagi, sebelum subuh saya juga pergi ke tempat ini untuk membunyikan meriam pagi. Di hari raya idul fitri, saya membunyikan meriam ini sebanyak tujuh kali setelah shalat idul fitri.” (mln/palestine information center/knrp)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (10 votes, average: 8.60 out of 5)
Loading...

Tentang

Tim dakwatuna adalah tim redaksi yang mengelola dakwatuna.com. Mereka terdiri dari dewan redaksi dan redaktur pelaksana dakwatuna.com

Lihat Juga

Opick: Jangan Berhenti Bantu Rakyat Palestina!

Figure
Organization