Topic
Home / Berita / Dunia Bereaksi atas Pembajakan Kapal Kemanusiaan oleh Israel

Dunia Bereaksi atas Pembajakan Kapal Kemanusiaan oleh Israel

dakwatuna.com – Pagi dini hari, Senin (31/5/2010) tepatnya pukul 04.15 (waktu perairan Laut Tengah) tentara Israel, dari pasukan khusus (commandos), menyerang kapal Mavi Marmara “Freedom Flotilla” membawa misi kemanusiaan untuk menyerahkan bantuan obat-obatan dan makanan bagi penduduk Gaza yang sudah lebih dari 3 tahun menderita akibat blokade. Akibat serangan itu, 19 orang syahid, kebanyakan dari Turki dan 50 lainnya luka-luka, termasuk relawan asal Indonesia. Kapal yang berangkat dari Turki, membawa 750 relawan dari 50 negara adalah kapal sipil yang tidak membawa alat-alat senjata, seperti yang dituduhkan oleh pihak Israel.

Kecaman, kutukan bahkan pemutusan hubungan dengan Israel, itulah reaksi dunia atas kebrutalan tentara Zionis Israel. Berikut sejumlah sikap negara-negara dunia tersebut:

Nicaragua Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel

Republik Nicaragua mengumumkan pihaknya sudah memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel sebagai reaksi atas serangan pasukan negara zionis itu terhadap “Armada Kebebasan” misi kemanusiaan menembus Jalur Gaza yang mengakibatkan sejumlah relawan meninggal dan puluhan lainnya luka-luka.

Dalam keterangan kepresidenan yang dibaca Presiden Daniel Ortega menjelaskan bahwa Nicaragua langsung memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel. pemerintah Nicaragua yang dekat dengan kiri radikal menegaskan bahwa serangan Israel itu tidak seimbang bila dibandingkan dengan delegasi kemanusiaan. Keterangan menegaskan, serangan Israel ini bertentangan secara jelas dengan hukum internasional dan HAM. Nicaragua menyampaikan solidaritas dan belasungkawanya yang sangat terhadap keluarga korban dan bersama negara-negara yang mengecam Israel.

Dalam keterangannya, Nicaragua meminta agar anggota relawan kemanusiaan yang sudah ditangkap Israel untuk dibebaskan. Negara ini juga menyampaikan dukungannya tanpa syarat kepada perjuangan bangsa Palestina dan meminta agar blokade atas Jalur Gaza dibebaskan.

Pada 2009, sejumlah negara; Venezuela dan Bolivia memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Israel setelah agresi terhadap Jalur Gaza. Kuba sendiri memutuskan hubungannya dengan Israel pada tahun 1973.

Gedung Putih Sesalkan Penyerangan

Saat menelepon PM Turki, Rajeb Tayeb Erdogan, Presiden Amerika Barak Obama menyampaikan sikap yang menyayangkan terjadinya penyerangan ke kapal Armada Kebebasan menuju ke Gaza, mengakibatkan jatuhnya korban meninggal dunia, sebagian besar dari warga Turki dan melukai puluhan lainnya.

Siaran pers yang dirilis Gedung Putih, Selasa (1/6) menyebutkan bahwa Obama menyampaikan belasungkawa “yang mendalam” kepada korban penyerangan itu. Obama kembali mengulangi dukungan negaranya untuk melakukan “investigasi obyektif transparan bersifat kredibel mengenai kejadian yang meliputi peristiwa penyerangan.”

Masih lanjut Obama, Washington dengan Israel terus bekerja secara intensif untuk membebaskan kapal dan relawan. Pada saat yang sama, Obama menegaskan akan “urgensinya mencari jalan yang paling tepat bagi penyaluran bantuan kemanusiaan ke penduduk Gaza tanpa mengganggu keamanan Israel.”

Masih menurut rilis, Obama menekankan akan pentingnya “kesepakatan damai integral yang isinya tentang berdirinya negara Palestina yang independen, bertetangga dan bebas untuk hidup.”

Yunani: Serangan Israel Tidak Dibenarkan

Perdana Menteri Yunani George Papandreou, mengutuk keras serangan yang dilakukan pasukan Zionis di kapal “Armada Kebebasan”, yang berlayar menuju Jalur Gaza untuk memberikan bantuan kemanusiaan. Aksi ini sendiri telah mengakibatkan puluhan orang tewas dan terluka. Dia menyatakan bahwa apa yang terjadi tidak dapat dibenarkan.

Papandreou mengatakan hal tersebut mengomentari jatuhnya puluhan korban tewas dan terluka dari para aktivis perdamaian di atas kapal “armada kebebasan” oleh serangan tentara Zionis. Dia menyatakan, “Peristiwa yang melibatkan intervensi militer Israel terhadap armada para aktivis kemanusiaan yang menuju ke Gaza; patut dikecam dan tidak bisa diterima.”

Ia menambahkan, “Kekerasan yang digunakan selama aksi penyerangan yang dilakukan pasukan Israel terhadap misi bantuan kemanusiaan untuk Gaza, tidak dapat dibenarkan. Aksi itu telah membuahkan hasil yang tragis hingga menyebabkan kita berduka yang mendalam.” Dia mendesak Israel menjamin kepulangan para aktivis kemanusiaan segera ke negara mereka.

Turki Kutuk Penyerangan

PM Turki Recep Teyeb Erdogan menyebut apa yang dilakukan pasukan Zionis Israel dengan menumpahkan darah orang-orang tidak bersalah, para aktivis kemanusiaan yang ada di atas armada kebebasan, merupakan perbuatan rendah dan tercela. Ia menegaskan pentingnya pembebasan blokade Jalur Gaza secepatnya.

Erdogan mengatakan, Selasa (1/6) serangan Israel terhadap armada kebebasan adalah pelanggaran hukum serta konvensi internasional dan kemanusiaan. Ia menyatakan bahwa kapal-kapal tersebut membawa bantuan kemanusiaan untuk orang-orang Palestina yang diblokade di Jalur Gaza, kapal-kapal tersebut membawa relawan dari berbagai negara dan agama yang datang untuk membela orang-orang lemah dan teraniaya.

Erdogan mengingatkan Zionis Israel atas ujian kesabatan Turki dan mengatakan agar tidak melakukan kesalahan seperti ini dengan Turki. Karena harga yang akan dibayar sangat mahal. Ia mengatakan, “Sebagaimana kuatnya persahabatan kami, permusuhan kami juga kuat. Turki tidak akan berpangku tangan. Harus ada hukuman terhadap para penjahat yang menumpahkan darah orang-orang yang tidak bersalah.” Erdogan juga menyerukan kepada semua pihak untuk tidak tinggal diam terhadap kejahatan biadab ini.

PM Turki ini menegaskan bahwa Turki tidak akan meninggalkan Gaza dan rakyatnya. “Jika semua komitmen untuk diam, maka Turki tidak akan memalingkan punggungnya membelakangi Gaza. Kami akan terus memberikan bantuan kepada rakyat Palestina,” tegasnya.

Dia menyerukan negara-negara yang warganya ikut dalam kafilah armada kebebasan untuk mengambil sikap tegas menghukum Israel atas serangan biadab yang dilakukan terhadap orang-orang yang tidak bersalah. Dia menegaskan bahwa kejahatan ini tidak bisa dibiarkan tanpa sanksi hukuman.

Erdogan juga mengecam keras kebohongan yang disampaikan Zionis Israel, mengenai klaim pasukannya bahwa para aktivis kemanusiaan yang menyerang pasukan Zionis Israel yang bersenjata lengkap. “Kami sudah jenuh dengan kebohongan kalian,” ungkapnya kepada Zionis Israel.

Ki-Moon Minta Israel Segera Akhiri Blokade Gaza

Sekjen PBB Ban Ki-Moon meminta kepada pemerintah Israel membebaskan blokade segera terhadap Jalur Gaza. Ia menyebut blokade Israel itu sebagai kesalahan yang tidak bisa dipertahankan lagi. “Israel dituntut memberikan penjelasan lengkap dan rinci soal serangannya terhadap kapal-kapal Armada Kebebasan “Freedom Flotilla” yang berusaha menembus blokade atas Jalur Gaza yang mengangkut puluhan ribu ton bantuan kemanusiaan.

Pernyataan Ki-Moon ini disampaikan di New York di depan para wartawan sesaat setelah pulang dari kunjungannya ke Brazil, Malawi dan Uganda kemarin sore, Rabu (2/6).

Sekjen PBB mengatakan, pihaknya membutuhkan beberapa waktu untuk mengambil keputusan membentuk tim investigasi independen soal serangan berdarah Israel terhadap kapal-kapal Armada Kebebasan dan ia menyerukan agar semua pihak menunaikan tanggungjawabnya sesuai dengan hukum internasional.

Dalam banyak kesempatan beberapa bulan lalu Ki-Moon mendorong pemerintah Israel agar membebaskan blokade dari Jalur Gaza dan memberikan izin kepada PBB dan pihak yang memberikan bantuan untuk memasuki Gaza. “Kalau izin ini diberikan, tragedi serangan itu bisa dihindari,” tuturnya menyesalkan tindakan Israel.

Media Israel Kecam Penyerangan dan Sebut Penyerangan “Dungu”

Media cetak Israel yang terbit hari ini, Selasa (1/6) mengritik penyerangan ke kapal Mavi Marmara berbendera Turki dan menilainya sebagai kegagalan total dalam menyikapi armada kebebasan yang membawa bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Koran-koranIsrael bahkan meminta Menhan Israel, Ehud Barak untuk segera mengundurkan diri. Diantara koran-koran itu meminta juga agar blokade Gaza segera diakhiri untuk tidak mengulangi kegagalan.

Headline koran-koran tersebut mengungkapkan kegagalan penyerangan itu dengan menulis kata-kata, “dimana otak?” “orang-orang dungu”. Koran-koran itu bahkan menyebut hari Senin (31/5) sebagai hari yang paling berdarah sejak pemerintah Netanyahu dibentuk.

Menurut Ha’aretz misalnya, menilai bahwa kegagalan ini dibarengi dengan kegagalan intelijen yang membawa kepada kegagalan politik.

Sedangkan harian Ma’ariv mengatakan operasi laut, pagi dini hari Senin (31/5) di depan pantai Gaza, sebagai hal yang mustahil bercampur kegagalan yang melahirkan pertunjukan memalukan.

Harian Ha’aretz dan Yedioth Ahronoth, keduanya menilai pihak yang paling menang adalah Gerakan Perlawanan Islam HAMAS, tanpa harus melepaskan satu rudal pun ke wilayah Israel. Sementara yang kalah adalah pemerintahan Netanyahu. Persoalannya bukan pada “Siapa yang menang dalam pertarungan itu, namun siapa mendapatkan dukungan opini dunia secara legitimasi dan pengertian.”

Dewan HAM PBB Kecam Penyerangan dan Bentuk TPF

Hari ini, Rabu (2/6) Dewan HAM PBB mengecam penyerangan Israel ke kapal armada kebebasan dan menilainya sebagai kekejaman. Dewan HAM PBB ini juga memutuskan pembentukan Tim Pencari Fakta (TPF) independen untuk menginvestigasi pelanggaran hukum internasional oleh pihak Israel.

Keputusan Dewan HAM PBB, yang berpusat di Genewa, salah satu isinya adalah menyerukan untuk mengakhiri blokade Gaza dan menjamin penggantian korban yang gugur dalam penyerangan tentara Israel.

Rancangan keputusan, yang diajukan oleh Pakistan, Sudan dan delegasi Palestina, ini mendapatkan suara mayoritas dukungan sebanyak 32 suara dari total anggota 47 negara. Sementara tiga negara yang menolak rancangan tersebut, yaitu Italia, Belanda dan Amerika. Sembilan negara lainnya menyatakan abstain dan tiga negara lagi menyatakan tidak berkomentar.

Israel Tolak Tim Investigasi Internasional

Israel menolak tim investigasi bentukan PBB terkait penyerangan tentara Israel ke kapal armada kebebasan yang menewaskan sekitar 19 orang dan melukai puluhan lainnya.

Para pejabat Israel mengatakan bahwa militer Israel telah melakukan investigasi internal terkait penyerangan tersebut. Menurut pejabat Israel, militer Israel mampu melakukan investigasi sendiri secara kredibel tanpa bantuan tim internasional.

Juru bicara pemerintah Israel, Mark Regev dalam siaran pers, mengatakan:”Kebiasaan kami, setelah ada operasi militer, khususnya jika ada jatuh korban, kami melakukan investiasi cepat profesional, transparan dan obyektif sesuai dengan standar hukum internasional,” demikian katanya berdalih. (ip/ut)

Redaktur: Ulis Tofa, Lc

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 10.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Tim dakwatuna adalah tim redaksi yang mengelola dakwatuna.com. Mereka terdiri dari dewan redaksi dan redaktur pelaksana dakwatuna.com

Lihat Juga

Palestina Tolak Rekonsiliasi Tanpa Kemerdekaan

Figure
Organization