Topic
Home / Berita / Analisa / Gaza Menuju Kematian

Gaza Menuju Kematian

Susan Barghutsi

dakwatuna.com – Implikasi rezim Mesir dalam mengadopsi proyek penjajahan Zionis terutama pada kasus blokade rakyat Palestina di Gaza, berujung pada penghukuman rakyat Palestina. Satu-satunya dosa atau kesalahan rakyat Palestina di Gaza adalah karena mereka menolak menyerah.

Pemerintah Mesir pun membangun tembok baja yang tujuan akhirnya untuk melindungi keamanan regional Mesir. Sebuah pertanyaan, apakah mungkin rakyat Palestina menjadi ancaman bagi Mesir, padahal sering kali rakyat Palestina menghadang gerilyawan Zionis yang dengan kemampuannya yang sederhana dapat mengobok-obok keamanan Mesir. Masalahnya tidak hanya sampai di sini, bahkan rezim Mesir berupaya mencuci otak sejumlah orang, bahwa Israel ingin menjadikan wilayah Sinai untuk relokasi warga Palestina. Inilah rencana musuh Zionis sebenarnya yang tentu siapapun di antara kita tidak ada yang terima ide negara alternative bagi Palestina.

Pemerintah Mesir melakukan penangkapan terhadap warga Palestina, pembunuhan atau penyiksaan. Mereka menerapkan hukuman khusus bagi warga Palestina, hingga tidak bisa naik banding atau peninjauan ulang terhadap vonis tersebut. sebagai pra-kondisi untuk vonis hukuman politik. Namun, pada saat yang sama, pemerintah Mesir rajin menggembar-gemborkan bahwa mereka para pelindung Palestina. Mereka adalah bangsa yang realistis dan moderat.

Akan tetapi, terkait dengan para pendukung perlawanan, satu-satunya cara untuk menghadapi pembunuhan sadis dan biadab oleh Zionis, pemerintah Mesir justru menangkapinya, menyiksanya dan menghukum para pahlawan perlawanan, karena mereka telah membantu perlawanan di Palestina. Sering kali Abu Gaith, menteri luar negeri Mesir, secara terang-terangan mengatakan, dirinya akan mematahkan setiap kaki rakyat Palestina yang berani menyeberangi garis perbatasan, walau hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Akhir-akhir ini, dan bukan yang terakhir, pemerintah Mesi melalui pasukan keamananya menyemprotkan gas beracun dan mematikan ke lubang terowongan yang biasa dilakukan rakyat untuk membeli kebutuhan pokoknya. Akibatnya, empat warga Palestina dikabarkan meninggal. Mereka juga menghancurkan sejumlah terowongan padahal di dalamnya masih ada beberapa orang manusia Gaza.

Pertanyaanya, kenapa rezim Mesir memperlakukan rakyat Palestina seolah-olah musuh yang mengancam keamanan?. Sementara musuh sebenarnya, bebas mengobok-obok keamanan dan mengancam rakyat Mesir. Mereka berkonspirasi untuk mengambil hak rakyat Mesir terkait pengairan sungai Nil. Seperti Lieberman yang sebelumnya mengancam akan menghancurkan bendungan Al-Ali. Akan tetapi, masih saja mereka sambut dengan hangat dan dihormati setinggi-tingginya oleh pemerintah Mesir.

Perlawanan Palestina suatu ketika masuk dalam arena pertempuran pemilu internal di Mesir. Sejumlah calon kuat dan mumpuni yang berpeluang menang ternyata melakukan sejumlah kejahatan demi kepentinganya untuk memantapkan kedudukanya sebagai orang yang paling dekat dengan Amerika atau Israel. Dan untuk menambahkan kepercayaan ini, mereka akan melumuri tangan mereka dengan membasmi rakyat Palestina di Gaza. Seolah hal tersebut merupakan prioritas utama untuk menduduki tahta kemenangan di masa yang akan datang.

Tampaknya KTT di Sirte Libya kemarin, seolah menutup mata dari semua tindakan rezim Mesir dan menganggapnya sebagai urusan internal. Dari semua peserta KTT, tidak ada satupun yang walau dengan malu-malu mengungkapkan masalah tersebut. Mereka bahkan tak mau menghentikan normalisasinya dengan Zionis atau berhenti menekan tetangganya sesama bangsa Arab yang dianggapnya akan menghancurkan Mesir, sebagai imbalan atas tuntutan perdamaian yang mustahil terwujud.

Sesuatu yang harus diingat bangsa Arab, Gaza adalah bagian dalam perjanjian dengan Mesir. Artinya Gaza mengikuti Mesir dalam perjanjianya dengan Israel, hingga negara tersebut kembali menjajahnya pada tahun 1967. Dengan demikian seharusnya kemerdekaan Gaza harus dimulai dari Mesir. Tetapi ketika Mesir malah berperan dalam menekan pihak yang selama ini membela Mesir, maka tindakan tersebut merupakan kejahatan besar.

Para syuhada yang meninggal kemarin akibat semprotan gas mematikan oleh keamanan Mesir. Sementara ia memberikan gasnya untuk kehidupan di Israel. Sangat kontras dan menyakitkan. Bukan karena persaksian dusta Arab atas kejahatan nazi terbaru yang memakai baju Arab. Namun untuk generasi yang akan datang yang akan merasakan terhina, akibat dikirimkanya bau kematian ke Gaza dan kehidupan bagi musuh Zionis. Bagaimana dunia akan menghormati, siapa pembunuh satu setengah juta manusia yang hidup di Gaza dan ditahan hak-hak makan maupun obat-obatannya ?.

Jika tiba masanya para sekutu menodai tempat suci kita dan ketika mereka memejam matanya dari kerusakan fondasi Masjid Al-Aqsha. Ketika mereka menghancurkan pemerintahan dengan darah rakyat musuhnya, karena mereka memilih untuk melawan. Apakah mereka telah melalaikan tanah Mesir untuk Mossad dan pasukan koalisi serta menyerahkan kemuliaan rakyatnya ?.

Telah tiba saatnya rakyat Mesir menyadari, bangkit dari aib, dan membuang ilusi keamanan regional. Tidak ada keamanan bagi Mesir, tidak ada pula kepercayaan, kedaulatan, kesejahteraan ketika system dirampas hingga sesuap makanan untuk hidup, termasuk sungai Nil. Seolah, penjajahan internal lebih dahsyat bagi kita di negara Kinanah (Mesir). Kita berharap pemerintah Mesir melupakan Palestina dan rakyat Palestina dan membebaskan mereka dari belenggu hitam. Akan tetapi pada saat yang sama, kami menyerukan rakyat Mesir ini agar tidak lupa dengan masalah kita semua, untuk membebaskan tanah airnya sendiri dari belenggu penjajahan yang mengangkangi kemulian Mesir dan hatinya. (asy/ip/ut)

Redaktur: Ulis Tofa, Lc

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (26 votes, average: 9.81 out of 5)
Loading...

Tentang

Tim dakwatuna adalah tim redaksi yang mengelola dakwatuna.com. Mereka terdiri dari dewan redaksi dan redaktur pelaksana dakwatuna.com

Lihat Juga

Konflik Air Antara Ethiopia, Sudan, dan Mesir

Figure
Organization