Topic
Home / Suara Redaksi / Editorial / Rapuhnya Materialisme

Rapuhnya Materialisme

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

dakwatuna.com – Kemarin sore aku sedang menyampaikan kuliah tafsir di Sekolah Tinggi Al-Hikmah Banka, Jakarta. Judulnya Surah Al-Fiil (Gajah). Surah ini secara khusus menceritakan pasukan gajah di bawah pimpinan Abrahah yang berangkat menuju lembah kota Mekah untuk menghancurkan Ka’bah. Sebelum masuk kepada penjelasan tafsirnya aku –sebagaimana biasa- menjelaskan korelasi antara surah Al-Fiil dengan surah sebelumnya: Al-Humazah.

Subhanallah, sungguh luar biasa aku mendapatkan makna yang sangat penting untuk kita renungkan dari rahasia urutan kedua surah tersebut. Dalam surah sebelumnya Allah swt. menggambarkan manusia-manusia humazah dan lumazah (pencela dan pengumpat). Di situ dijelaskan bahwa mereka adalah manusia yang mengagung-agungkan harta. Menganggap harta adalah segalanya. Meyakini bahwa dengan hartanya akan hidup kekal tanpa batas. Lalu seketika dalam surah Al Fiil Allah mencontohkan seorang manusia yang dihancurkan justru di saat-saat ia diselimuti tumpukan harta. Dimusnahkan justru di saat pasukannya berkumpul untuk membelanya. Dicelakakan justru oleh segerombolan burun-burung kecil yang tidak berdaya.

Para ulama tafsir menyebutkan bahwa jumlah gajah yang digiring Abrahah lebih dari seribu. Tujuan pokoknya adalah untuk menaklukkan kota Mekah tanpa perlawanan, sehingga ia dengan mudah bisa menghancurkan Ka’bah. Sebagai manusia materialistik Abrahah tidak pernah membayangkan bahwa di atas segalanya ada kekuatan immateri (ghaib). Demikianlah Abrahah dan pasukannya melenggang dengan penuh keyakinan bahwa ia pasti bisa menghancurkan Ka’bah. Di tengah jalan menuju Mekah, mereka merampas unta-unta penduduk yang sedang di gembala. Di antaranya seratus unta milik Abdul Muthalib (kakek Rasulullah saw). Karena itu Abdul Muthalib segera menemui Abrahah untuk menuntut untanya. Di sini terjadi dialog antara Abrahah dengan Abdul Mutahlib:

Abdul Muthalib berkata: ”Wahai Abrahah, kembalikan unta-untaku.”

Abrahah: ”Hanya urusan unta kau datang menghadapku. (Tadinya Abrahah mengira Abdul Muthalib datang untuk menyerahkan kota Mekah. Sebab dari raut mukanya yang penuh wibawa Abdul Muthalib terbaca di benak Abrahah sebagai pemuka Quraisy).”

Abdul Muthalib: ”Aku adalah pemilik unta, maka tugasku adalah menuntut unta-untaku dikembalikan. Adapun Ka’bah yang akan kau hancurkan itu, ia ada pemiliknya. Silahkan kau berhadapan langsung dengan Sang Pemiliknya.”

Mendengar itu Abrahah semakin yakin, bahwa keinginannya untuk menghancurkan Ka’bah akan segera tercapai. Lalu Abrahah minta agar tidak ada satupun dari penduduk Mekah yang menghalangi. Seketika Abdul Muthalib mengumumkan hal tersebut, dan mereka patuh, lalu semuanya menyingkir ke balik pegunungan sambil melihat apa yang akan terjadi. Dalam diri mereka tersimpan keyakinan bahwa Ka’bah ada yang punya. Karenanya mereka menunggu apa yang akan dibalaskan oleh Sang Pemilik Ka’bah.

Tak lama setelah itu, tiba-tiba datang barisan berwarna hitam dari arah Yaman. Secara perlahan barisan tersebut semakin banyak dan menutup langit. Abrahan dan pasukannya menyangka bahwa itu gumpalan awan pertanda akan turun hujan. Namun ternyata setelah kian mendekat, nampaklah bahwa itu barisan burung Ababil yang sangat rapi, mirip dengan barisan shaf shalat umat Islam di Masjidil haram. Masing-masing burung tersebut membawa tiga kerikil: satu di paruhnya dan dua di kakinya. Semua kerikil yang dilemparkan mengena langsung kepada sasaran. Dan begitu mereka terkena, seketika tubuh mereka menjadi rapuh, organ-organ dan persendian segera berjatuhan satu persatu. Lalu menumpuk seperti dedaunan yang di makan ulat. Allah menggambarkan kejadian ini dengan sangat jelas dalam surah Al-Fiil. Mari kita simak secara seksama kandungan surah ini:

“Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah?

Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka`bah) itu sia-sia?,

Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar,

lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).”

Perhatikan, apa lagi yang akan manusia banggakan dengan hartanya. Masihkan akan terlena dengan benda-benda yang tidak berdaya?.

Masihkah akan menjadikan dirinya sebagai hamba materi?.

Masihkan akan mewakafkan seluruh hidupnya untuk kesibukan mengurus benda-benda?.

Masihkah akan menganggap Allah sebagai sampingan?.

Masihkah akan melihat bahwa Allah bukan tujuan?.

Masihkan akan merendahkan Allah dan meninggikan dunia?.

Masihkah akan mengutamakan kebutukan fisiknya di atas kebutuhan ruhaninya?.

Sungguh bila sejenak manusia mau menggunakan akal sehatnya, ia akan segera tahu bahwa dirinya berada dalam posisi yang sangat rentan. Terjepit sedikit saja syaraf matanya, ia langsung tiba-tiba buta. Terjepit sedikit saja urat syaraf punggungnya ia tiba-tiba tidak bisa duduk dan tidak berbaring. Dicabut saja kepercayaan istrinya, ia segera kalang kabut dan bingung. Apalagi yang dicabut kepercayaan banyak orang, mau ke mana ia harus mempertahankan kedudukannya. Sungguh segala yang dimiliki sebenarnya hanyalah kesemuan. Tidak ada yang abadi. Pun tidak ada yang bisa membela dirinya. Benar, Allah menjelaskan bahwa dunia hanyalah tipu daya. Wallahu a’lam bishshawab.

Redaktur: Ulis Tofa, Lc

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (71 votes, average: 9.58 out of 5)
Loading...
Lahir di Madura,15 Februari 1967. Setelah tamat Pondok Pesantren Al Amien, belajar di International Islamic University Islamabad IIUI dari S1 sampai S3 jurusan Tafsir Al Qur�an. Pernah beberapa tahun menjadi dosen tafsir di IIUI. Juga pernah menjadi dosen pasca sarjana bidang tafsir Al Qur�an di Fatimah Jinah Women University Rawalpindi Pakistan. Akhir-akhir ini sekembalinya ke Indonesia, menjadi dosen sastra Arab di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatulah Jakarta. Lalu menjadi dosen Tafsir sampai sekarang di Sekolah Tinggi Al Hikmah Jakarta. Selebihnya beberapa kali di undang untuk mengisi Seminar, konfrensi dan ceramah di tengah komunitas muslim di beberapa kota besar Amerika Utara (Washington, New York, Houston, Los Angles, Chicago, Denver). Beberapa kajian tafisir rutin yang diasuh di perkantoran Jakarta antara laian di: Indosat, Conoco Philips, Elnusa, Indonesian Power, PLN Gambir. Agenda Kajian Tafsir Dzuhur: Senin (setiap pekan ) : Masjid Baitul Hikmah Elnusa Selasa 1 : Masjid Bank Syariah Manidiri Pusat Selasa 2&4: Masjid Indosat Pusat Selasa 3 : Masjid Hotel Sultan Rabu 1 : Masjid Indonesian Power Pusat Rabu 3 : Masjid PLN Gambir Kamis (setiap pekan) : Masjid Miftahul Jannah Ratu Prabu 2 (Conoco Philiphs) Agenda Pengajian Tafsir Dan Hadits lainnya: Sabtu 1&2 (Sesudah Subuh) : Masjid Az Zahra Gudang Peluru Ahad 2 (Sesudah Subuh) : Masjid An Nur (Perdatam) Senin ( Jam 14:30-20.00) :Sekolah Tinggi Al Hikmah Jakarta Selasa (Jam 14:00-15:30 : Majlis Ta�lim Amanah Dault (Kedian Menpora Adiaksa Dault, Belakang STEKPI, Kalibata). Rabu: 1&2 (Setelah Maghrib) : Masjid Az Zahra Gudang Peluru Kamis (Setiap Pekan, setelah Maghrib) : Masjid Bailtul Hakim, Diskum Kebon Nanas.

Lihat Juga

Al Fiil di Padang Pasir

Figure
Organization