Topic
Home / Narasi Islam / Dakwah / Perang Pemikiran (Ghazwul Fikri), Bagian ke-2

Perang Pemikiran (Ghazwul Fikri), Bagian ke-2

dakwatuna.com – Jika kita melihat pada kehebatan umat Islam saat itu, lalu mengapa saat ini umat Islam justru mengalami anti klimaks yang sangat merugikan umat Islam itu sendiri. Ini bukan sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba, apalagi mempermasalahkan Allah SWT dengan mengatakan bahwa ini adalah takdir. Oleh karena itu penting sekali kita mencoba mengevaluasi, merenungkan, mencari sebab-sebab apa sajakah yang mengakibatkan kemunduran kaum muslimin ini. Para ulama berhasil menemukan dan merumuskan sebab-sebab kemunduran kaum muslimin ini ditinjau dari 2 faktor.

2. Faktor Eksternal

a. Berasal dari musuh utama umat manusia yaitu syaitan dan iblis.

Kecemburuan iblis terhadap Adam sangat besar sekali dan dia tidak suka dengan prestasi dan kelebihan yang telah Allah berikan kepada Adam as. Ketika Adam dan istrinya diperintahkan oleh Allah untuk menempati surga dengan fasilitas yang mewah dan sempurna. Makanlah sesuai dengan kehendakmu tetapi Allah menguji Adam dan janganlah engkau dekati pohon ini, lalu kamu nanti termasuk orang-orang yang zhalim. Saat itulah kesempatan syaitan masuk untuk melakukan sebuah proses untuk menyesatkan Adam dengan cara was-was memberikan ide yang membuat Adam ragu dengan targetnya adalah agar kehormatan keduanya itu terlepas.

Di antara bentuk penyesatan yang dilakukan oleh syaitan juga adalah pembentukan opini. Kata syaitan, tidaklah Tuhan kamu berdua melarang kamu dari pohon ini kecuali kamu bakal menjadi malaikat atau kamu akan termasuk orang-orang yang kekal. Keduanya akhirnya terjebak tertipu oleh rayuan iblis itu. Target yang dikehendaki iblis itupun terwujud.  Kemudian nabi Adam dan istrinya memetiki dedaunan surga untuk dibuat pakaian untuk menutupi kehormatan. Saat itulah Allah memanggil keduanya, bukanlah Aku larang kalian berdua dari pohon itu dan Aku katakan bahwa syaitan adalah musuh yang nyata. Ini merupakan akar ghazwul fikri, bahwa syaitan itu merupakan pengganggu pertama untuk senantiasa menciptakan opini yang menyesatkan dan dia pun mencoba mendidik syaitan-syaitan di kalangan manusia untuk menyesatkan manusia dengan cara seperti itu. Dan perlu dipastikan bahwa kemampuan syaitan hanya sebatas memberikan ide dan gagasan, mengajak dan propaganda, tidak lebih dari itu. Seperti dalam surat 14 ayat 22, bagaimana pengakuan syaitan kelak di hari kiamat, syaitan hanya mengajak dan Allah telah memberikan peringatan.

b. Adanya pertempuran antara haq dan bathil yaitu  keimanan dan kekufuran.

Salah satu pelajaran berharga bagi umat Islam adalah “Perang Salib”, yang menggunakan berbagai dimensi pertempuran, politik, ekonomi, dan perang di tataran  keagamaan. Musuh-musuh Islam menggunakan berbagai macam cara, mereka itu dari berbagai macam kelompok yaitu orang-orang yang tidak beragama, atheis, Yahudi, musyrikin, nasrani dan munafik. Ulama menyatakan: apapun jenisnya kekufuran itu merupakan satu pokok ajaran. Mereka bersatu padu untuk membangun satu kesepakatan dan konspirasi yang selanjutnya mereka menggunakan berbagai macam sarana:

  • Sarana informasi, ide, dan gagasan pemikiran sampai kepada tingkat pemojokan, istilah saja yang memojokkan umat Islam sudah cukup banyak, contoh: fundamentalisme.
  • Berbagai macam cetakan, buku, majalah, media cetak, dikuasai oleh mereka.
  • Berusaha membangun image yang mewah dalam kehidupan ini, berbagai kemewahan senantiasa ditawarkan dalam kehidupan manusia sehingga kita semakin cinta dunia dan melupakan akhirat.
  • Berbagai klub, organisasi, kelompok-kelompok, diciptakan dengan berbagai aspek dan dimensi terutama dalam bidang entertainment, termasuk juga olahraga yang seharusnya untuk menyehatkan fisik, kini telah disulap menjadi komoditi yang menyita berbagai macam perhatian manusia. Bahkan banyak di antara manusia yang berani mengorbankan puluhan juta, ratusan bahkan milyaran rupiah demi hobi dalam olahraga, contoh: golf, automotif. Walau semua olahraga, tetapi kalau hampir menyita kekayaan manusia sementara meninggalkan aspek-aspek yang sangat prioritas dalam kehidupan manusia yaitu membantu kesejahteraan orang-orang yang miskin yang sudah dilupakan.

Pada akhirnya dengan seluruh sarana itu umat Islam digiring menjadi kelompok yang tertindas, kelompok yang selanjutnya mereka dengan sangat gampang dijadikan sebagai kelompok bawah. Pada saat umat ini merasakan titik bawah dalam kehidupan, kehilangan kepercayaan diri, saat itulah mereka punya peluang untuk dimurtadkan sehingga untuk menjadi orang-orang yang murtad. Perang pemikiran ternyata merupakan langkah pertama yang utama dalam pertempuran antara haq dan bathil. Oleh karena itu umat Islam penting untuk mengantisipasi yang pertama kali dengan kecerdasan intelektual. Banyak teori-teori sekarang ini yang menjauh dari nilai-nilai Islam, teori yang terkait dengan kemanusiaan, seperti ekonomi politik, sosial budaya atau psikologi. Karena kita tidak memiliki kekuatan prinsip nilai-nilai Islam, tidak memiliki paradigma teori yang bersumberkan dari Al Quran dan Sunnah Rasulullah saw, pada akhirnya kita semua mengikuti seluruh teori-teori itu tanpa sedikit pun kita menyeleksi, akibatnya persepsi kita berubah. Cara berfikir kita juga berubah, umat Islam tidak lagi mencerminkan cara berfikir yang islami, sehingga emosi umat Islam pun tidak memiliki emosi yang islami.

Al Ghazwul fikri banyak sekali aspeknya dan itu bisa dibaca dan dikembangkan nanti dalam sejumlah buku. Karena orang-orang sangat menekuni aspek ini sehingga lahirlah apa yang disebut Al Musytasyrikun (kelompok orientalis) sampai di antara mereka dalam proses ghazwul fikri menghafal Al Qur’an, mempelajari sejumlah hadits-hadits nabi saw, bahkan menghafal ribuan hadits. Mereka bukan saja menghafal Al Qur’an juga menguasai tafsir-tafsir Al Qur’anul karim. Bertahun-tahun mereka belajar, kursus bahasa Arab, hanya karena untuk melicinkan kemenangan mereka di tataran pemikiran ini. Kalau sudah itu yang terjadi apalagi alasan umat Islam untuk tidak mendalami nilai-nilai Islam.

Seharusnya kitalah yang memiliki kemampuan serta keinginan kuat seperti itu. Semakin kita memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalam Al Qur’an, semakin kita dekat dengan Kitabullah dan sunnah Rasul saw, untuk prinsip-prinsip itu akan kembali kita kuasai. Pada akhirnya kepercayaan diri umat ini akan mengangkat diri kita tidak lagi merasa menjadi orang-orang yang lemah. Tetapi kita berhasil bangkit dengan keunggulan dan kompetensi yang kita miliki. Kelebihan-kelebihan yang telah Allah anugerahi dengan anugerah Al Qur’an dan sunnah Rasulullah saw, pada saat itulah kita akan menghadapi berbagai jenis pertempuran apapun yang direkayasa dan direncanakan orang lain. Umat ini akan siap menghadapi dengan sebenar-benar siap. Insya Allah. []

— Tamat

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (30 votes, average: 9.83 out of 5)
Loading...
Lahir di Sukabumi, 4 Juni 1964.� Mengenyam pendidikan di Fakultas Syari�ah, LIPIA (Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab) Jakarta, yang berafiliasi ke Universitas Islam Muhammad Imam Ibnu Su�ud, Saudi Arabia,1990, di Fakultas Agama Islam STAI At-Taqwa Bekasi, 1999, dan di Program Pasca Sarjana Psikologi Pendidikan Universitas Indonesia, 2000. Saat ini aktif sebagai pengajar di Jurusan Syari�ah Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Qudwah (STAIQ) Depok. Selain itu juga aktif sebagai seorang Peneliti IDRIS (Institute for Development and Research in Islamic Studies) Al-Qudwah, Depok.

Lihat Juga

Iran Sebut 50 Ribu Pasukan AS Berada dalam Jangkauan Serangnya

Figure
Organization