Topic
Home / Narasi Islam / Dakwah / Perang Pemikiran (Ghazwul Fikri), Bagian ke-1

Perang Pemikiran (Ghazwul Fikri), Bagian ke-1

dakwatuna.com – Kesadaran terhadap adanya musuh membuat kita semakin peka terhadap apa yang sebenarnya terjadi dan saat itulah kita akan terbebas dari tipu daya atau paling tidak kita mampu mengantisipasi tipu daya yang mungkin terjadi pada diri kita yang akan mencelakakan kita. Salah satu di antara permasalahan yang paling penting untuk disadari oleh umat Islam khususnya pada saat sekarang ini adalah tentang ghazwul fikri (perang pemikiran) yakni suatu inovasi pemikiran atau suatu gerakan yang sangat hebat dalam persoalan pemikiran.

Perang pemikiran menyangkut berbagai aspek kehidupan manusia. Tidak hanya mengenai masalah-masalah ilmu pengetahuan, tapi juga seluruh dimensi kehidupan diawali dengan pemikiran itu sendiri. Terutama persepsi yang seringkali kita munculkan, seringkali kita dengar dari orang-orang, itu jelas merupakan bagian dari proses yang sedang digarap dalam proses Al Ghazwul Fikri.

Penting kita melihat bagaimana sebenarnya kondisi umat Islam sekarang ini. Banyak sekali kemunduran-kemunduran, khususnya pada abad-abad terakhir ini. Setelah umat Islam di masa-masa kejayaannya pertama di masa Rasulullah saw, kemudian masa para sahabatnya. Dilanjutkan para tabiin dan tabiin sampai 7 abad berikutnya. Sampai kemudian dilanjutkan lagi dengan peradaban di Andalus sebagai inspirasi dari renaissance yang terjadi di barat. Renaissance dalam Islam ada 2 yaitu:

  1. Renaissance di timur yang seringkali oleh sejarawan muslim dilihat dengan kebangkitan Islam, peradaban dan ilmu pengetahuan di Baghdad.
  2. Renaissance di barat yaitu dengan peradaban yang pernah dimiliki oleh Islam yang berada di Andalus, sebagai inspirator bagi berkembangnya ilmu pengetahuan bahkan lahirnya pencerahan atau renaissance di Eropa.

Jika kita melihat pada kehebatan umat Islam saat itu, lalu mengapa saat ini umat Islam justru mengalami anti klimaks yang sangat merugikan umat Islam itu sendiri. Ini bukan sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba, apalagi mempermasalahkan Allah SWT dengan mengatakan bahwa ini adalah takdir. Oleh karena itu penting sekali kita mencoba mengevaluasi, merenungkan, mencari sebab-sebab apa sajakah yang mengakibatkan kemunduran kaum muslimin ini. Para ulama berhasil menemukan dan merumuskan sebab-sebab kemunduran kaum muslimin ini ditinjau dari 2 faktor.

1. Faktor Internal

a. Akibat jauhnya umat Islam dari Kitabullah dan As Sunnah .

Kitabullah yang dulu pertama kali diajarkan oleh Allah SWT kepada Rasul-Nya, yang kemudian Rasulullah SAW mengajarkan kepada umatnya dengan sebaik-baik pengajaran. Kitabullah yang telah mengangkat harkat derajat manusia dari ke-jahiliyah-an yakni masyarakat yang diliput dengan kebodohan. Dengan Kitabullah mereka bangkit dengan memiliki persepsi yang baru tentang kehidupan. Rasul membacakan ayat-ayat Allah kepada para sahabatnya, sehingga membentuk skema berfikir dan konsep diri yang mengakibatkan  cara melihat para sahabat kepada dirinya berbeda dengan cara melihat waktu dulu sebelum mereka menjadi muslim. Mereka tidak pernah berfikir akan mampu mengalahkan Romawi dan Persia, tetapi dengan Islam mereka memiliki konsep diri yang baru dan kepercayaan diri yang tinggi bahwa mereka akan menjadi bangsa besar bahkan mampu menenggelamkan Romawi dan Persia  dan itu sudah terbukti.

Jauhnya umat Islam dari Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya merupakan salah satu yang mengakibatkan umat Islam kini mempunyai konsep diri yang buruk sekali. Seringkali kita menghambat diri kita dari kemajuan yang seharusnya kita capai dengan misalnya mengatakan tidak mungkin menyaingi mereka (musuh-musuh Islam). Menjauhkan umat Islam dari bahasa Al Qur’an adalah akibat yang timbul dari perang pemikiran ini. Seringkali kita mempunyai persepsi bahwa belajar bahasa Al Qur’an (bahasa Arab) itu sulit.

b. Adanya ketidakpercayaan umat kepada Islam.

Akibat persepsi umat Islam sendiri tentang Islam yang tidak jelas karena bukan Islam yang dipelajari dan dipahami dari Al Qur’an dan Hadits. Dan orang-orang yang benar-benar menguasai tentang itu sangat sedikit akibatnya adalah ketika nilai-nilai yang sesungguhnya cukup kaya dalam Qur’an dan Sunnah tidak lagi dimiliki oleh umat Islam, pada saat itulah umat Islam kekurangan dan kehilangan nilai. Maka yang terjadi adalah munculnya kekalahan internal.

c. Taklid (ikut-ikutan).

Karena umat tidak punya nilai, tidak memiliki prinsip-prinsip yang sangat berharga sebagaimana yang ada di dalam Al Qur’an dan As Sunnah, akhirnya yang mereka lakukan adalah mencari nilai dari orang lain. Kalau sudah demikian yang terjadi, maka mereka akan mengikuti apa saja sesuai dengan kebiasaan orang lain. Akibatnya adalah ikut-ikutan. Ini yang pernah diantisipasi oleh Rasulullah SAW, dalam haditsnya “Sungguh kalian akan mengikuti cara-cara Sunan, gaya-gaya orang-orang sebelum kalian satu jengkal, satu hasta, satu depa, secara bertahap sehingga sampai mereka memasuki lubang biawak sekalipun kalian akan mengikutinya”. Para sahabat bertanya, ”Yahudi dan Nasrani?”. Jawab Rasul, ”Siapa lagi kalau bukan mereka”.

Antisipasi ini nampaknya sudah terasa di masa sekarang. Penyebabnya adalah umat ini telah kehilangan nilai, prinsip dan tidak punya paradigma dalam hidup serta konsep hidup tidak jelas. Padahal dalam Qur’an dan Sunnah sangat kaya dengan seluruh prinsip kehidupan manusia.

d. Tafriqoh (terjadinya perpecahan di kalangan umat).

Banyaknya organisasi-organisasi dan partai-partai umat Islam yang diakibatkan karena umat sekarang ini tidak punya nilai konsep persatuan dan kesatuan fikrah pemikiran, dan aqidah. Semua terpecah dengan mengikuti pahamnya masing-masing. Akibatnya mereka pun tertinggal dari berbagai macam gelombang kontemporer yang terus berkembang. Seringkali umat Islam tertinggal dalam perkembangan dunia.

– bersambung

Redaktur: Samin Barkah, Lc. M.E

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (72 votes, average: 9.47 out of 5)
Loading...
Lahir di Sukabumi, 4 Juni 1964.� Mengenyam pendidikan di Fakultas Syari�ah, LIPIA (Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab) Jakarta, yang berafiliasi ke Universitas Islam Muhammad Imam Ibnu Su�ud, Saudi Arabia,1990, di Fakultas Agama Islam STAI At-Taqwa Bekasi, 1999, dan di Program Pasca Sarjana Psikologi Pendidikan Universitas Indonesia, 2000. Saat ini aktif sebagai pengajar di Jurusan Syari�ah Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Qudwah (STAIQ) Depok. Selain itu juga aktif sebagai seorang Peneliti IDRIS (Institute for Development and Research in Islamic Studies) Al-Qudwah, Depok.

Lihat Juga

Iran Sebut 50 Ribu Pasukan AS Berada dalam Jangkauan Serangnya

Figure
Organization