Topic
Home / Berita / Kramat Tunggak, Dari Surga Prostitusi Menjadi Pusat Kegiatan Islam

Kramat Tunggak, Dari Surga Prostitusi Menjadi Pusat Kegiatan Islam

Masjid Jakarta Islamic Centerdakwatuna.com – Jakarta. Berjalan menyusuri lorong-lorong seputar Jakarta Islamic Center, Sri Hartati menceritakan sedikit memorinya tentang sejarah lokasi tersebut dan hubungan dia dengannya.

“Saya masih bergidik ketika saya membayangkan kembali ke hari-hari itu,” ujar Sri, yang menjual kue di kompleks pusat kegiatan Islam, kepada Islamonline.net

Sepuluh tahun yang lalu, perempuan berusia 38 tahun ini adalah salah satu dari 1.615 pekerja seks di lampu merah terkenal dekat Kramat Tunggak, yang dikenal dengan desa prostitusi, di Jakarta Utara.

Mereka telah menjalani program rehabilitasi oleh pemerintah kota DKI Jakarta setelah penutupan Kramat Tunggak, kompleks perdagangan seks terbesar kedua di Asia Tenggara (pada masa itu, red.).

Selain pekerja seks, tiga ratus mucikari, tujuh ratus pelayan, delapan ratus PKL, dan lebih dari seratus pengendara sepada motor dan taxi, serta pihak-pihak terkait lainnya dari industri yang sekarang sudah tidak berfungsi itu juga mengambil bagian dari rangkaian konseling oleh Pemerintah.

Kompleks Kramat Tunggal, yang dibangun pada tahun 1972, digunakan untuk menjadi pusat kejahatan, perdagangan narkoba, dan pornografi.

Kompleks tersebut telah dihancurkan pada 31 Desember 1999 oleh pemerintah DKI Jakarta menyusul serangkaian protes dari kelompok Islam yang dipimpin oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Pada tahun 2003, Masjid Jakarta Islamic Center didirikan pada tujuh hektar area tanah, dengan sebuah menara menjulang yang menerangi langit.

Bangunan 6.000 meter persegi sekarang menjadi tujuan untuk para pencari studi Islam dan masjidnya memiliki kapasitas 20.000 jamaah.

Kompleks tersebut telah menjadi simbol tumbuhnya semangat keagamaan dan moralitas di negara yang paling besar jumlah penduduk muslimnya ini.

Indonesia memiliki penduduk lebih dari 220 juta; sekitar 85% nya adalah muslim.

Merubah Kehidupan

Sri mengatakan dia adalah salah satu dari ribuan orang yang hidupnya dipegaruhi oleh pembongkaran “desa” prostitusi tersebut.

“Kebanyakan dari kami mengganti profesinya menjadi pedagang, penata rambut, dan bahkan guru Taman Kanak-kanak.”

Selain pekerjaannya sebagai pedagang kue, Sri, yang sekarang sebagai seorang ibu dari dua orang anak setelah menikah dengan seorang mantan petugas keamanan kompleks masjid, dia juga penjahit profesional.

“Saya mengambil kursus menjahit”, kenangnya.

“Saya menerima pesanan untuk menjahit pakaian, tapi selama Ramadhan ini saya juga menjual makanan ringan untuk ifthar.”

Rina Uswatun Hasanah, sekretaris Jakarta Islamic Center, menegaskan kompleks masjid telah merubah struktur sosial masyarakat di daerah kumuh Jakarta Utara .

Dia mencatat bahwa beberapa eks pekerja seks bekerja di Islamic Center, sementara yang lainnya menjalankan bisnis kecil pribadi.

Banyak yang telah lebih akrab dengan ajaran Islam melakukan shalat secara teratur di masjid.

“Selama Ramadhan ini, mereka banyak mengadakan kegiatan Islam, seperti Nuzulul Qur’an,” katanya.

“Alhamdulillah, mereka telah berubah secara signifikan.” (iol/hdn)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (16 votes, average: 9.44 out of 5)
Loading...

Tentang

Tim dakwatuna adalah tim redaksi yang mengelola dakwatuna.com. Mereka terdiri dari dewan redaksi dan redaktur pelaksana dakwatuna.com

Lihat Juga

Lenyapnya Keimanan

Figure
Organization