Topic
Home / Berita / Mana Solidaritas untuk Muslim Cina?

Mana Solidaritas untuk Muslim Cina?

Penduduk Urumqi (ibukota Xinjiang) dikepung pasukan keamanan bersenjata Cina (AP Photo/Ng Han Guan)
Penduduk Urumqi (ibukota Xinjiang) dikepung pasukan keamanan bersenjata Cina (AP Photo/Ng Han Guan)

dakwatuna.com – Turki, Kerusuhan di wilayah Xinjiang, Cina, dan penyerangan terus-menerus terhadap minoritas Muslim Uighur hanya memicu respon bisu dari negara-negara muslim. Negara-negara Muslim lebih khawatir merusak ikatan dagang yang menguntungkan dengan Beijing atau khawatir mengundang perhatian yang bakal mengganggu stabilitas politik antar negara.

Cina telah menempatkan puluhan ribu tentara ke wilayah Xinjiang barat dalam beberapa hari terakhir, memberlakukan kontrol ketat di ibukota Urumqi dan mengepung area tersebut setelah kerusuhan etnis menyebabkan 180 orang terbunuh dan 1.680 orang terluka pekan lalu.

Muslim Uighur, yang berpopulasi sekitar 9 juta di Xinjiang telah lama mengeluhkah gelombang etnis Han yang memasuki kawasan dan pembatasan ketat pemerintah terhadap praktek keagamaan Muslim. Mereka menuduh komunitas Han melakukan diskriminasi dan Partai Komunis mencoba menghapus bahasa dan budaya mereka.

Telah menjadi pengetahuan umum, Cina adalah partner dagang banyak negara Arab, termasuk Sudan, Arab Saudi, dan negara-negara kaya minyak lain. Negara itu juga partner dagang terbesar Jordania, setelah Arab Saudi dan Amerika Serika. Jordania saat ini tengah menarik perhatian investor Cina dalam proyek-proyek seperti penghasil energi baru, kereta api, dan penyulingan air laut.

Iran adalah satu dari sedikit negara Muslim yang berbicara keras terhadap kekerasan tersebut.  Pada Hari Minggu (12/7) lalu, kantor berita resmi Iran, IRNA melaporkan, Menteri Luar Negeri, Manouchehr Mottaki telah mendiskusikan bentrok antar etnis dengan koleganya dari Cina melalui telepon. Dalam pembicaraan tersebut Menlu Iran menyampaikan perhatian dalam sekaligus mengkritik penyerangan.

Respon paling keras datang dari Turki, dengan 5.000 orang pengunjuk rasa di Istanbul pada Minggu (12/7) lalu. Demonstran menuntut penghentian kekerasan etnis dan menyeru pemerintahan mereka ikut turun tangan

Turki memang memiliki berbagi ikatan budaya dan etnis Uighur yang berbahasa Turki. Kekerasan di Cina telah menyulut protes hampir tiap hari di Turki. Sebagian besar protes ditujukan ke Kedutaan Besar Cina dan kantor-kantor diplomat di Istanbul dan Ankara yang dijaga ketat. Demonstran bahkan membakar bendera Cina dan juga barang-barang buatan Negeri Tirai Bambu tersebut.

Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan, membandingkan situasi Xinjiang layaknya genosida, Menlu Turki telah menyampaikan kepedulian pada Cina, dan Menteri Perindustrian Turki mendesak Turki menghentikan pembelian barang-barang Cina. Hanya saja pemerintah belum berencana melakukan boikot resmi.

Sementara Menteri Luar Negeri Ahmed Youssed, dari kelompok Hamas di Gaza mengatakan atas nama  organisasinya, jika tindakan kejam Cina akan melukai hubungan dengan dunia Muslim. “Kami harap pemerintah Cina meningkatkan hubungan dengan Muslim di wilayah Xinjiang dan tidak melukai hubungan dengan Muslim dengan cara melukai Uighur,” tegasnya. (ap/itz/rep)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (13 votes, average: 9.54 out of 5)
Loading...

Tentang

Tim dakwatuna adalah tim redaksi yang mengelola dakwatuna.com. Mereka terdiri dari dewan redaksi dan redaktur pelaksana dakwatuna.com

Lihat Juga

Ozil: Mushaf Dibakar, Masjid Ditutup, Umat Muhammad Bungkam Terhadap Derita Muslim Uighur

Figure
Organization