Topic
Home / Dasar-Dasar Islam / Aqidah / Tawakkal Dengan Sebenarnya (Bag. I)

Tawakkal Dengan Sebenarnya (Bag. I)

dakwatuna.com – Tawakkal adalah salah satu ibadah hati dan akhlaq keimanan yang paling afdhal. Ibnul Qayyim menyebutkan bahwa tawakkal merupakan separuh din, karena din itu adalah ibadah dan isti’anah sedangkan tawakkal itu sendiri adalah isti’anah, Allah swt berfirman:

“Hanya Engkaulah yang Kami ibadahi, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan.” Al-Fatihah:5.

Secara etimologis tawakkal bermakna istislam (berserah diri). Sedangkan definisinya disebutkan oleh para ulama dengan redaksi yang berbeda-beda. Diantaranya definisi yang disebutkan oleh Al-Ghazali rahimahullah dalam Ihya-nya:

اِعْتِمَادُ القَلْبِ عَلَى الوَكِيْلِ وَحْدَهُ

“Tawakkal adalah ketergantungan hati hanya kepada Al-Wakil subhanahuwata’ala semata.”

Abu Said Al-Kharraz berkata bahwa tawakkal ialah:

ِاضْطِرَابٌ بِلاَ سُكُونٍ وَسُكُونٌ بِلاَ اضْطِرَابٍ

“Gerakan anggota tubuh dalam berusaha tanpa perasaan bergantung kepada usaha, dan ketenangan hati hanya kepada Allah tanpa sedikitpun keraguan dengan-Nya.”

Keutamaan Tawakkal

Keutamaan tawakkal dapat kita lihat dalam sekian banyak ayat Al-Quran dan hadits-hadits Rasulullah saw. Diantaranya adalah:

Pertama, Tawakkal merupakan salah satu ciri mu’min sejati

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.” Al-Anfal:2-4.

Atau dengan kata lain tawakkal adalah syarat keimanan yang benar:

Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: “Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, Maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman.”

Kedua, Tawakkal adalah akhlak seluruh nabi dan rasul alaihimussalam

“Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka: “Kami tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, akan tetapi Allah memberi karunia kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dan tidak patut bagi kami mendatangkan suatu bukti kepada kamu melainkan dengan izin Allah. Dan hanya kepada Allah sajalah hendaknya orang-orang mukmin bertawakkal. Mengapa kami tidak akan bertawakkal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu, berserah diri.” Ibrahim:11-12

Ketiga, Banyaknya ayat Al-Quran yang menyebutkan tawakkal

Al-Quran cukup banyak menyebutkan tawakkal sebagai bukti urgensi dan kedudukan tawakkal yang amat mulia di sisi Allah swt. Diantaranya ada 10 ayat yang memerintahkan Rasulullah saw untuk bertawakkal (10 ayat yang dimaksud adalah Hud:123, Al-Furqan: 58, Asy-Syuara: 217-220, An-Naml: 79, Ali Imran: 159, An-Nisa: 81, Al-Anfal: 61, Al-Ahzab: 3, Al-Ahzab: 48, dan Al-Muzzammil: 9.)

Juga ayat-ayat yang memerintahkan orang-orang yang beriman secara umum untuk bertawakkal (Ibrahim: 11, Al-Maidah: 23,)

Keempat, Salah satu sebab masuk surga tanpa hisab

Dalam riwayat Bukhari dan Muslim dari Imran bin Hushain ra, Rasulullah saw. menyebutkan tujuh puluh ribu orang dari ummatnya yang akan masuk surga tanpa hisab. Beliau menjelaskan sifat-sifat mereka:

هُمُ الَّذِينَ لَا يَسْتَرْقُونَ وَلَا يَتَطَيَّرُونَ وَلَا يَكْتَوُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

Mereka adalah orang-orang yang tidak minta diruqyah, tidak tathayyur (merasa sial karena kejadian tertentu), tidak melakukan pengobatan dengan api, dan hanya kepada Rabb mereka, mereka bertawakkal.

Orang yang bertawakkal berarti mendapat hidayah (petunjuk), kifayah (pencukupan), dan wiqayah (perlindungan)

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا خَرَجَ الرَّجُلُ مِنْ بَيْتِهِ فَقَالَ بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ قَالَ: يُقَالُ حِينَئِذٍ هُدِيْتَ وَكُفِيْتَ وَوُقِيْتَ فَتَتَنَحَّى لَهُ الشَّيَاطِينُ فَيَقُولُ لَهُ شَيْطَانٌ آخَرُ كَيْفَ لَكَ بِرَجُلٍ قَدْ هُدِيَ وَكُفِيَ وَوُقِيَ (رواه أبو داود)

Dari Anas bin Malik ra bahwa Nabi Muhammad saw bersabda: “Jika seseorang keluar dari rumahnya lalu membaca (doa, yang artinya): Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tidak ada daya dan upaya selain dengan Allah swt.. maka dikatakan kepadanya: Engkau telah mendapat petunjuk, dicukupi dan dilindungi, lalu syetan pun menyingkir darinya. Setan berkata (kepada kawannya): Bagaimana (engkau bisa memperdaya) seseorang yang telah diberi petunjuk, dicukupi dan dilindungi? (HR. Abu Dawud).

“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” At-Thalaq:3. Allahu a’lam (bersambung)

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (10 votes, average: 8.50 out of 5)
Loading...
Lahir di Jakarta dan saat ini dianugerahi 4 orang putra-putri. Memiliki latar belakang pendidikan dari Madrasah Tarbiyah Al-Mushlihin, SMPN 56 Jakarta, SMAN 70 Jakarta, dan LIPIA Jakarta Fakultas Syariah. Saat ini bekerja sebagai Dosen di STEI SEBI dan STIU Al-Hikmah. Aktif di berbagai organisasi, antara lain pernah di amanahkan sebagai Ketua Majelis Syura pada LKI LIPIA Jakarta, Yayasan Bina Amal Islami, dan Staf Kaderisasi pada Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Pusat. Beberapa karya ilmiah pernah dihasilkannya, antara lain "Ilmu Ushul Fiqh, metode Penulisan Para Ulama Ushul Fiqh", "Tauhid dalam Surat Al-Ikhlash", dan "Menutup Aurat dan Pandangan Fiqh Ulama Tentangnya". Hobi utamanya adalah nasyid.

Lihat Juga

Keimanan Adalah Keberpihakan

Figure
Organization