Topic
Home / Narasi Islam / Hidayah / Pastor dan Rabbi Pun Mengucapkan Selamat

Pastor dan Rabbi Pun Mengucapkan Selamat

dakwatuna.com – Sejak tiga minggu terakhir ini saya disibukkan oleh berbagai kegiatan berkenaan dengan serangan teroris di kota Mumbai, India. Dari pertemuan dengan media (press conferences) di City Hall, memorialk service di Queen Borough Community College yang dihadiri oleh Walikota, hingga pernyataan bersama para pemimpin agama di Islamic Center pada hari Jum’at dan di Synagogue New York pada hari Sabtunya. Tapi barangkali yang paling berkesan bagi saya pribadi adalah ketika kami mengadakan pernyataan bersama dengan para pemimpin agama bersamaan dengan shalat Jum’atan, tgl 6 Desember, di Islamic Center New York. Saya katakan berkesan karena acara ini mendapat apresiasi dari kantor walikota, sampai-sampai Walikota Michel Bloomberg sendiri perlu menelpon untuk sekedar berterima kasih.

Akan tetapi, barangkali hal yang paling menjadikannya berkesan adalah kenyataan bahwa di saat kehadiran para pemimpin agama lain di Islamic Center itu, ada dua orang Amerika yang juga menyatakan keputusannya untuk memeluk agama Islam. Jordan dan Lynn, pada siang itu rupanya diam-diam hadir mendengarkan khutbah Jum’at yang sempat diliput oleh berbagai media massa itu, setelah selesai shalat meminta kepada security personal untuk menghubungi Imam karena ingin masuk Islam. Tentu, rencana untuk memberikan ‘pernyataan’ bersama itu tertunda sejenak. Jordan dan Lynn rupanya tidak punya hubungan dan tidak saling mengenal. Mereka berdua hanya secara kebetulan bersamaan untuk ‘iseng-iseng’ hadir mendengarkan khutbah Imam yang menurutnya ingin memastikan kalau Imam ini berani mengutuk serangan terorisme di Mumbai. Maklum, masih banyak yang meragukan hal ini.

Kehadiran Jordan dan Lynn justeru dari sebuah press release yang dikeluarkan oleh Foundation of Ethnic Understanding, pimpinan Rabbi March Scheneir, salah seorang Rabbi paling berpengaruh di AS. Dialah yang mengundang media massa untuk hadir di islamic Center mendengarkan khutbah dan sekaligus pernyataan bersama para pemimpin agama dalam menyikapi serangan teroris Mumbai.

Jordan adalah pria keturunan campuran Afrikan dan Irish. Sementara Lynn adalah gadis Amerika putih berasal dari Connecticutt. “Hello!” sapa saya ketika mereka berdua mendekat ke mihrab tempat saya berdiri. “Hi!” jawabnya serempak.

Oleh karena waktu tidak memungkinkan, saya tidak banyak bertanya kepada kedua hamba Allah ini. Saya hanya dengan sangat singkat menjelaskan tentang hakikat menjadi seorang Muslim. “Islam adalah agama yang didasarkan kepada keyakinan dan karya” (faith and action), kata saya. Karenanya untuk anda berdua menjadi Muslim, anda harus betul-betul yakin bahwa inilah jalan yang benar dan inilah jalan keselamatan bagi anda, dunia dan akhirat. Saya kemudian menjelaskan secara singkat kewajiban-kewajiban dasar bagi seorang Muslim.

Rupanya, keduanya telah lama mempelajari islam. Jordan adalah pegawai sebuah perusahaan dan kebetulan bersahabat dengan seorang Muslim dari Timur Tengah. Dialah yang banyak mengambil andil dalam proses belajar Islam sejak setahun lebih. Sementara Lynn adalah mahasiswi di Fordam University dan telah banyak mengukuti berbagai materi Islam, termasuk Syari’ah and International Law, yang justeru diajarkan oleh seorang professor beragama Kristen.

Namun demikian, untuk lebih memantapkan keduanya dan juga secara tidak langsung menyampaikan kepada tokoh-tokoh agama yang hadir pada siang itu, saya menanyakan kepada Jordan dan Lynn, “are you really certain of your decision?” Bahkan secara bercanda saya katakan “I never force you to do this!” Keduanya tersenyum dan serempak mengannguk.

Maka, dengan izin dan inayah Allah SWT, saya bimbing keduanya berikrar: ” Laa ilaah illa Allah-Muhammad Rasul Allah”. Nampak Lynn meneteskan airmata, sementara Jordan dengan sangat khusyuk mengikuti setiap kata dari syahadah.

Banyak hadirin yang ingin melompat mengucapkan selamat. Tapi saya meminta agar semua duduk di tempat masing-masing karena kita akan menyampaikan pernyataan bersama mengutuk serangan teroris di Mumbai. Tapi rupanya, Pendeta dan Rabbi yang hadir di hadapan keduanya mengucapkan syahadah terlebih dahulu mengulurkan tangan untuk menyampaikan selamat kepada mereka berdua. Saya hanya tersenyum, sedikit bangga, tapi juga agak risau memikirkan, apa gerangan di benak mereka menyaksikan Jordan dan Lynn masuk Islam?

Hanya Allah yang tahu. Selamat, Jordan! Selamat Lynn! Semoga anda berdua selalu dijaga di jalanNya.

New York, 14 Desember 2008.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (90 votes, average: 9.38 out of 5)
Loading...

Lahir 5 Oktober 1967. Setelah menyelesaikan SD di salah satu kampung terpencil di Sul-Sel, oleh orang tuanya dimasukkan ke Pondok Pesantren Muhammadiyah "Darul-Arqam" Makasar. Setelah Tamat dari pesantren 1987, Syamsi Ali mengabdikan diri sebagai staf pengajar di almamaternya hingga akhir 1988 di saat mendapat tawaran beasiswa dari Rabithah Alam Islami untuk melanjtkan studinya pada the International Islamic University, Islamabad, Pakistan. Tahun 1992 S1 dalam bidang Tafsir. Dilanjutkan pada universitas yang sama dan menyelesaikan S2 dalam bidang Perbandingan Agama pada tahnu 1994.

Selama studi S2 di Pakistan, Syamsi Ali juga bekerja sebagai staf pengajar pada sekolah Saudi Red Crescent Society di Islamabad. Dari sekolah itulah kemudian mendapat tawaran untuk mengajar pada the Islamic Education Foundation Jeddah, Saudi Arabia di awal 1995.

Pada musim haji tahun 1996, Syamsi Ali mendapat amanah untuk berceramah di Konsulat Jenderal RI Jeddah Saudi Arabia. Dari sanalah bertemu dengan beberapa haji luar negeri, termasuk Dubes RI untuk PBB, yang sekaligus menawarkan kepadanya untuk datang ke New York, AS. Tanpa menyia-nyiakan, Syamsi Ali berhasil ke New York di awal tahun 1997.

Di New York inilah kiprahnya semakin luas. Selain menjadi pengasuh masyarakat Muslim di New York dan di AS pada umumnya, dengan menghadiri berbagai undangan ke berbagai kota di AS, Syamsi juga aktif melakukan ceramah ke berbagai kalangan lainnya, Muslim maupun non Muslim. Setelah tragedy 11 September silam, Syamsi semakin sibuk memenuhi undangan untuk menjelaskan Islam ke berbagai kalangan, termasuk mewakili umat Islam dalam Memorial Service dengan tema: "Pray for America" bersama seluruh pemimpin agama se Amerika. Syamsi juga mewakili umat Islam AS mendampingi Bush pada saat kunjungannya setelah tragedy 11 September 2001 lalu.

Syamsi Ali juga aktif mengkoordinir berbagai kegiatan antar komunitas Muslim. Sebagai contoh, mendirikan Imams Council of NYC bersama tokoh-tokoh Muslim di kota New York tahun 1998 lalu. Syamsi juga mengetahui Muslim Parade di kota New York sejak tahun 1998 hingga kini.

Ditengah-tengah kesibukannya sebagai aktifis Muslim sekaligus staf Perwakilan RI untuk PBB New York, Syamsi Ali masih menyempatkan untuk melanjutkan studi pada the Graduate Center of NYU dalam bidang ilmu politik.

Syamsi beristerikan Muthiah Malik, dan kini dikarunia 3 anak; Maryam Zakiyah 9 tahun (lahir di Pakistan), Utsman Afifi 6 tahun (lahir di Saudi) dan Adnan Osama (lahir di New York)

Lihat Juga

Anggota DPR AS: Trump Picu Kebencian pada Islam di Amerika

Figure
Organization