Topic
Home / Berita / Dampak Blokade Gaza pada Sektor Pembangunan

Dampak Blokade Gaza pada Sektor Pembangunan

dakwatuna.com – Tulisan ini berusaha menggambarkan tentang politik terbaru Israel berupa penutupan semua perbatasan dan melarang orang-orang Palestina untuk keluar dan berpindah-pindah. Hal ini sudah dimulai sejak dahulu setiap kali Israel menguasai Jalur Gaza. Namun juga akan membicarakan secara khusus blokade Israel yang dilakukan sejak pemilihan umum legislatif tahun 2006, lengkap dengan dampaknya baik dalam bidang ekonomi, dan bidang-bidang lain. Blokade ini kemudian menguat dan bertambah parah pada pertengahan Juni 2007, yang seakan merubah Jalur Gara dari sebuah kota menjadi sebuah penjara terbesar di dunia.

Kemudian pembicaraan tulisan ini beralih kepada pembahasan masalah dampak blockade ini pada pembangunan di Jalur Gaza dalam berbagai bidang. Misalnya dalam bidang pertanian, industri, perdagangan, air, dan lain sebagainya. Kemudian, tulisan ini akan diakhiri dengan beberapa kesimpulan dan rekomendasi.

Beberapa Informasi yang Harus Diketahui

Sekilas Tentang Jalur Gaza

Jalur Gaza adalah sebuah wilayah di Palestina yang bentuknya memanjang dan sempit. Panjang wilayah ini adalah 45 Km, dan lebarnya 5,7 Km di beberapa bagian, dan 12 Km di bagian yang lain. Sehingga kalau dijumlah, luar Jalur Gaza adlah 365 Km. Wilayah ini dihuni oleh sekitar 1,5 juta penduduk yang sebagian besarnya merupakan pengungsi yang meninggalkan tempat tinggal mereka yang sebenarnya.

Israeil pernah mengumumkan telah meninggalkan wilayah ini secara sepihak, namun walupun demikian, sebenarnya Israel masih menguasai sepenuhnya atas semua pintu masuk darat, air, dan udara wilayah ini. Ditambah lagi, Israel seringkali mengadakan penyerangan terhadap beberapa bagian perbatasan, terutama melalui serangan udara dan berbagai pembunuhan.

Sejak mulai pendudukan Israel tahun 1967, penduduk Jalur Gaza sudah hidup dalam kondisi yang sangat menyedihkan. Semua itu disebabkan oleh tindakan-tindakan Israel sebagai penjajah, kebijakan-kebijakan yang mematikan pembangunan, dan usaha-usaha menghalangi kemajuan dalam hidup rakyat Palestina. Di samping itu, Israel juga tak henti-hentinya melakukan tindak-tindak kejahatan berupa perampasan tanah, penghancuran infra struktur dalam industri, dan pengawasan melekat pada segala gerakan dari penduduk Palestina. Yang memperparah kondisi ini adalah langkanya sumber daya alam, hilangnya kesempatan untuk komunikasi dengan dunia luar, dan buruknya manajemen yang dilakukan oleh pemerintah otoritas Palestina yang mulai ada sejak tahun 1994.

Pintu Masuk Jalur Gaza

Walaupun tentara Israel telah keluar dari Jalur Gaza pada 12 September 2005, namun tidak berarti Jalur Gaza sudah merdeka. Karena memang penduduk Jalur Gaza belum merasakan kedamaian dan ketenangan. Bahkan sebaliknya, Jalur Gaza seakan berubah menjadi sebuah penjara raksasa yang dikelilingi oleh kawat-kawat berduri dari segala arah. Penutupan Jalur Gaza dari dunia luar ini adalah politik Israel untuk bisa menghukum seluruh rakyat Palestina secara bersamaan. Sehingga dengan itu, sama sekali tidak ada yang dinamakan dengan kebebasan.

Jalur Gaza mempunyai 6 pintu. Satu di antaranya ditutup sama sekali. Sisanya lebih sering ditutup sepanjang tahun, sesuai dengan politik yang sedang dijalankan oleh Israel. Keenam pintu itu adalah:

1. Pintu Rafah. Pintu masuk ini adalah satu-satunya yang bisa digunakan untuk pergerakan rakyat Palestina di luar Jalur Gaza. Pintu ini menghubungkan antara Jalur Gaza dengan Mesir.

2. Pintu Minthar (Karni). Pintu ini digunakan untuk gerakan perdagangan. Terletak sebelah timur kota Gaza, tepat di perbatasan yang memisahkan Jalur Gaza Gaza dan Israel. Khusus digunakan untuk gerakan perdagangan keluar-masuk Jalur Gaza. Juga untuk mengirim sayur-sayuran ke Tepi Barat.

3. Pintu Bait Hanun (Iriz). Terletak di sebelah utara Jalur Gaza. Khusus digunakan untuk keluar masuk buruh, pedagang, bisnisman, dan tokoh-tokoh penting Negara.

4. Pintu masuk Shufa. Terletak di sebelah tenggara Khan Yunus. Menghubungkan antara Jalur Gaza dan Israel. Digunakan untuk keluar masuk buruh dan material pembangunan ke Jalur Gaza.

5. Pintu Karam Abu Salim (Kiram Shaloom). Terletak di sebelah selatan Jalur Gaza. Digunakan khusus untuk jalur impor dari Mesir melewati Israel. Juga digunakan oleh Israel untuk mengimpor secara terbatas barang-barang yang bernilai kemanusiaan.

6. Pintu Nahil Auz. Pintu ini tertutup dan tidak digunakan lagi. Bahkan sudah dialih-fungsikan menjadi pos militer. Dulunya biasa digunakan untuk keluar masuk buruh dan barang dagangan.

Kesepakatan Berkaitan dengan Pintu Perbatasan (2005)

Setelah berunding selama dua bulan, diumumkan bahwa telah tercapai sebuah kesepakatan antara dua belah pihak berkaitan dengan kebebasan berpindah-pindah, keluar masuk Jalur Gaza, dan pembukaan kembali pintu masuk Rafah. Kesepakatan itu menyatakan bahwa pintu Rafah akan kembali dibuka pada tanggal 25 November 2005. Pintu ini akan berada di bawah kendali dualisme Palestina-Mesir, dan akan diawasi oleh Uni Eropa sebagai pihak ketiga. Penggunaan pintu ini adalah untuk keluar masuk penduduk Otoritas Palestina.

Salah satu butir kesepakatan itu juga menyatakan bahwa pemerintah Otoritas Palestina berkewajiban melaporkan jika ada diplomat, investor, dan orang non-Palestina yang akan menyeberang. Dan menjadi hak Israel untuk memberikan izin atau tidak bagi mereka yang akan menyeberang. Namun keputusan terakhir berada di tangan pemerintah Otoritas Palestina.

Kesepakatan yang dipelopori oleh menteri luar negeri AS, Condolezza Rice ini, disepakati akan berlaku untuk setahun.

Pihak ketiga, Uni Eropa, juga mempunyai kewenangan untuk melakukan pemerikasaan tambahan terhadap penduduk Palestina yang menyeberang dan penggeladahan barang bawaan mereka.

Pada tahap pertama, belum dibolehkan keluar masuknya kendaraan melewati pintu Rafah. Kendaraan hanya dibolehkan keluar masuk melalui Pintu Karam Abu Salim, sampai pembanguan infra struktur Rafah rampung. Dan perlu diketahui bahwa pembangunan itu belum selesai hingga tulisan ini dibuat.

Adapun di pintu Karam Abu Salim, kendaraan pengangkut barang dari dataran Sinai diperbolehkan masuk. Sementara ini, mereka masuk lewat jalan baru yang mereka buat di pintu Karam Abu Salim hingga penertiban berkenaan bea cukai selesai dan kembali seperti dulu lagi. Di pintu ini juga akan ada pemeriksaan barang-barang Palestina yang akan dilakukan oleh Israel. Demikian hal-hal yang berkaitan dengan pintu ini, dan setelah berjalan selama setahun Uni Eropa dapat memberikan laporan hasil penilaian mereka. Laporan inilah yang akan menentukan apakah peraturan ini tepat ataukah harus ada perubahan.

Adapun pintu Minthar, adalah digunakan untuk mengumpulkan barang-barang dagangan, yang nantinya akan dimasukkan melalui pintu Bait Hanun dan pintu-pintu yang lain. Jumlah maksimal yang boleh masuk setiap harinya adalah 150 truk. Jumlah ini adalah batas minimal bagi kebutuhan rakyat Palestina sehingga ekonomi dapat bergerak. Yang menentukan hal ini adalah Bank Dunia.

Berkaitan dengan perhubungan antara Jalur Gaza dan Tepi Barat, kesepatan menyatakan bahwa Israel harus menaati rekomendasi utusan Eropa untuk perdamaian. Rekomendasi itu menyatakan bahwa pembolehan konvoi orang-orang Palestina yang akan berpindah dengan penjagaan ketat hingga 15 Desember 2005. Khusus untuk barang dagangan, batasnya adalah 15 Januari 2006. Hal ini dilakasanakan oleh panitia dari kedua belah pihak.

Berkaitan dengan bandara dan pelabuhan, kesepakatan itu menyatakan bahwa Palestina dibolehkan untuk meneruskan pembangunan pelabuhan Gaza dengan pengawasan dari Uni Eropa, seperti yang dilakukan di pintu Rafah. Dan renovasi bandara pun sesegara mungkin bisa dimulai.

Kemudian juga tercapai sebuah kesepakatan antara Palestina dan Mesir untuk sama-sama memudahkan keluar masuknya penduduk Palestina yang melewati pintu Rafah. Hal itu dicapai dalam pertemuan-pertemuan intensif yang dilakukan oleh Muhammad Dahlan yang menjabat sebagai menteri urusan sipil, bersama perwakilan-perwakilan dari berbagai departeman dari pemerintah Mesir. Kesepakatan ini didasarkan pada ketentuan yang sudah disepakati bersama, yaitu:

1. Membiarkan masuk tanpa visa bagi beberapa kategori orang, yaitu: orang yang berumur di bawah 18 tahun dan di atas 40 tahun, wanita yang akan belajar di berbagai perguruan tinggi Mesir dengan syarat mereka membawa surat tanda diterima sebagai mahasiswa dari perguruan tinggi tersebut, orang yang membawa paspor diplomat, rombongan tamu pemerintah, anak-anak yang datang dibawa oleh orang tua mereka, dan para pedagang Palestina. Semua ini dilakukan dengan berkordinasi dengan pemerintah Otoritas Palestina dan berdasarkan peraturan yang berlaku yang berbunyi bahwa para penduduk Palestina harus membawa paspor Palestina yang masih berlaku, berisi ijin dan keluar.

2. Membuka pintu Rafah untuk penyebarangan sepanjang 24 jam sehari.

3. Memanfaatkan bandara Arisy untuk pergerakan perdagangan keluar masuk Jalur Gaza

4. Penyelesaian birokrasi barang dagangan di pintu Rafah dilakukan oleh pihak Mesir.

5. Mengefektifkan kesepakatan Mesir-Palestina yang berkaitan dengan masalah bea cukai antara dua belah pihak. Mengevaluasi pelaksanaan langkah-langkah yang disepakati kedua belah pihak dalam hal pemudahan urusan perdagangan dan birokrasi.

6. Saling tukar informasi bea cukai yang berkenaan dengan barang-barang yang dilarang untuk dibawa oleh para penyeberang. Kordinasi antar kedua belah pihak yang berkaitan dengan masalah penyelundupan.

7. Mendirikan kantor-kantor untuk kordinasi antara kedua belah pihak dalam hal keamanan dan sipil guna menghadapi permasalah yang bisa timbul saat pelaksanaan, apalagi yang berkaitan dengan masalah penyelundupan.

Blokade Jalur Gaza

Kalau kita cermati tahun pertama penerapan kesepakatan ini, kita dapati sudah tercipta stabilitas keamanan dan politik. Terutama pada paruh pertama tahun pertama. Seharusnya fase itu menjadi fase yang penuh dengan kesejahteraan dan peningkatan taraf ekonomi. Namun yang terjadi adalah sebaliknya. Seperti diungkapkan sebuah laporan Biro Kordinasi Masalah Kemanusiaan yang merupakan bagian dari PBB pada tanggal 30 November 2006, Israel tercatat telah melanggar semua butir kesepakatan yang berkaitan dengan pintu-pintu masuk Palestina.

Disebutkan bahwa jumlah penduduk Palestina yang berhasil keluar dari Jalur Gaza menuju Tepi Barat dan wilayah lain masih sangat terbatas. Terdapat juga sikap acuh terhadap mengalirnya barang-barang dagangan. Dan terakhir, semakin banyak persyaratan yang tambah menyempitkan ruang gerak para penduduk di Tepi Barat. Belum ada sama sekali perkembangan ekonomi yang tercipta dalam masa damai ini seperti yang diharapkan sebelumnya. Bahkan sebaliknya, yang terjadi adalah semakin parahnya kondisi kemanusiaan dan semakin kuatnya penindasan. Penutupan pintu Rafah menyebabkan semakin parahnya kondisi ekonomi pada tanggal 15 November 2005 hingga 2006.

Seperti yang kita lihat bersama, Israel sama sekali menyepelekan butir-butir hasil kesepakatan sewaktu Hamas berkuasa di Jalur Gaza pada pertengahan Juni 2007. Mereka beralasan, berkuasanya Hamas adalah sebab ditutupnya pintu-pintu masuk Palestina pada tanggal 15 Juni 2007. Hal itu membuat Israel semakin kuat dalam memblokade Jalur Gaza. Dan untuk menunjukkan rasa kemanusiaannya, Israel membuka pintu Minthar dan Shufa untuk jalan masuk barang-barang dagangan dan bantuan kemanusiaan menuju Jalur Gaza.

Pada tanggal 19 September 2007 menaikkan permusuhannya terhadap Jalur Gaza dengan mengumumkan bahwa di Jalur Gaza ada pemerintah musuh yang siap menyerang. Pengumuman itu disusul dengan menerapkan banyak sekali kebijakan yang semakin beratnya kehidupan di Jalur Gaza. Ada sebuah laporan yang dibuat oleh Bank Dunia tentang kondisi ekonomi di Jalur Gaza dan Tepi Barat pada bulan November 2007 bahwa ketidak-jelasan pembukaan pintu-pintu masuk wilayah itu menyebabkan tidak mampunya perusahan-perusahan untuk melakukan ekspor import secara terprogram dan menguntungkan. Hal itu juga menyebabkan terbengkalainya proyek-proyek ekonomi dan larinya modal investasi dan SDM keluar negeri.

Pada tanggal 18 Januari 2008, permusuhan yang dilakukan oleh Israel semakin menguat. Saat itu, perdana menteri Ehud Barak memutuskan untuk segera menutup semua pintu masuk ke Jalur Gaza. Selain itu, Israel juga memutus jalur masuknya bantuan bahan bakar secara total. Hal terakhir ini menyebabkan Jalur Gaza hidup dalam kegelapan karena tidak ada generator pembangkit listrik yang bisa beroperasi pada tanggal 20 Januari 2008.

LAPORAN KOMISI PERLAWANAN BLOKADE

· Kerugian material yang diakibatkan penerapan blokade hingga pertengahan bulan Oktober adalah 640 juta Dollar.

· Kerugian sektor industri setiap bulannya sebesar 16 juta Dollar

· Kerugian sektor pertanian setiap bulannya sebesar 10 juta Dollar.

· Kerugian sektor-sektor lainnya seperti perdagangan, pembangunan dan jasa setiap bulannya sebesar 22 juta Dollar.

Sampai pertengahan bulan Oktober 2008, blokade yang sangat berat atas Jalur Gaza sudah berlangsung selama 16 bulan. Karena blokade itu dimulai pada tanggal 12 Juni 2007. Blokade ini diberlakukan bersamaan dengan semakin kuat dan gencarnya serangan yang dilakukan Israel yang bertujuan mematikan segala potensi kehidupan di Jalur Gaza. Hal ini membuat kehidupan 1.5 juta penduduk Palestina layaknya siksaan neraka Jahannam yang sangat berat.

Saat ini kerugian-kerugian yang dialami oleh beberapa sektor di atas telah membuat Jalur Gaza layaknya kota mati. Blokade telah melumpuhkan gerak penduduk dan barang-barang dagangan dari dan ke Jalur Gaza. Selain itu, segala bentuk transaksi perdagangan pun mati, sangat berbeda dengan pernyataan-pernyataan Israel kepada PBB bahwa Israel akan mempermudah segala gerakan manusia dan barang-barang dagangan di dalam dan luar wilayah Palestina sesuai dengan isi kesepakatan yang akhirnya terjadi pada bulan November 2005. Padahal pihak Palestina sendiri sangat menghormati kesepakatan itu dengan terus meredam gejolak perlawanan rakyat Palestina.

Kebijakan-kebijakan Israel ini bisa dikatakan telah membuat sirna segala harapan untuk menyegarkan kembali kondisi perekonomian di Jalur Gaza. Bahkan juga menghabiskan sama sekali dasar-dasar perekonomian Jalur Gaza yang memang lemah.

Hampir bisa dikatakan, Jalur Gaza mengandalkan secara penuh kepada barang-barang dagangan Israel atau yang datang melewati Israel. Sehingga bisa dibayangkan bagaimana jadinya ketika Israel menutup pintu-pintu masuk Jalur Gaza. Tidak akan ada barang masuk dan tidak ada juga barang keluar. Hal ini menyebabkan naiknya jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan yang akhirnya mencapai 80% seperti dikatakan berbagai sumber.

Adapun perkiraan yang dikeluarkan Bank Dunia adalah angka kemiskinan yang semula sebesar 35% pada tahun 2006 naik menjadi 66% pada tahun 2007. Ditambah lagi pertambahan yang sangat mencolok dalam jumlah angka pengangguran hingga mencapai 65%. Hal ini jelas menyebabkan lemahnya kemampuan penduduk Jalur Gaza untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup mereka. Pendapatan perkapita penduduk Jalur Gaza turun menjadi kurang dari 650 Dollar pertahun.

Sektor Khusus

Di Palestina secara umum, dan Jalur Gaza secara khusus, sektor khusus adalah penggerak utama bagi pembangunan ekonomi. Karena sektor ini telah melahirkan 53% lapangan pekerjaan. Sepanjang masa penjajahan, sektor inilah yang menjadi sasaran utama serangan Israel sehingga menyebabkan melemahnya kemampuan sektor ini untuk berkembang dan survival.

Kemampuan produksi sektor ini turun dari 76% sebelum meletusnya Intifadhah Aqsha, menjadi 31.1% pada perempat pertama tahun 2001. Kemudian sektor ini bisa kembali mengembalikan momentumnya hingga 46% antara tahun 2006 hingga Juni 2007.

Namun sejak diterapkannya isolasi total terhadap Jalur Gaza pada pertengahan Juni 2007, kemampuan produksi turun 11%. Sebab utama penurunan ini adalah karena Israel menghentikan pemberlakuan kode bea cukai khusus untuk Jalur Gaza. Hal ini tentu akan menyebabkan sangat kurangnya pemenuhan kebutuhan akan bahan mentah. Semua industri di Palestina hanya mendapat 10% dari yang mereka butuhkan untuk produksi.

Di sini perlu disebutkan bahwa keberhasilan menutupi kebutuhan yang hanya 10% ini menghabiskan dana yang sangat besar. Ditambah lagi, kesulitan yang dihadapi kemudian untuk memasarkan hasil produksi mereka disebabkan penutupan pintu-pintu tersebut.

Sensus menyebutkan bahwa lebih dari 43% perusahaan menghentikan produksi mereka secara total. Di waktu yang sama, lebih dari 55% perusahan tersebut menurunkan jumlah produksi mereka hingga mencapai 75%.

Sektor Industri

Sektor industri hampir sepenuhnya mengandalkan bahan mentah yang diimpor dari luar. Lebih dari 80% alat berat produksi dan suku cadang diimpor dari luar. Kemudian sebagian besar hasil industri diekspor ke luar. Pada waktu puncak produksi, kemampuan ekspor bisa mencapai 748 kontainer yang mengangkut hasil industri untuk satu bulan. Sebagian besar berupa perabot rumah tangga, produk makanan, garmen, dan produk pertanian.

Sejak dimulainya blokade, Israel menghapuskan penggunaan kode bea cukai untuk Jalur Gaza. Israel juga menghalangi masuknya bahan mentah ke dalam Jalur Gaza. Hal ini menyebabkan sektor industri macet total, karena sektor ini mengandalkan lebih dari 85% bahan mentah dari atau lewat Israel.

Sensus menyatakan bahwa lebih dari 97% perusahan industri ditutup. Jumlahnya kira-kira 3900 perusahaan. Selain itu, produk industri yang sudah siap pun tidak bisa dipasarkan ke luar. Hal ini menyebabkan bertambahnya jumlah penganggur menjadi 35.500 orang. Sebelumnya memang jumlah pekerja pada sektor industri mencapai 35.500 orang sebelum Israel menutup pintu-pintu masuk. Dan setelah penutupan, jumlah pekerjanya hanya 1500 orang.

Hasil penghitungan yang dikeluarkan organisasi persatuan industri Palestina menunjukkan bahwa kerugian yang ditimbulkan dari blokade terhadap Jalur Gaza itun mencapai 15 juta Dollar, karena pendapatan bersih sektor industri di Jalur Gaza pada tahun 2006 mencapau 500.000 Dollar per hari. Jadi jumlahnya hingga pertengahan Oktober 2008 mencapai 97.5 juta Dollar.

Keterangan yang dikeluarkan oleh sektor-sektor ekonomi menyebutkan bahwa kerugian langsung mencapai 320 juta Dollar. Oleh karena itu, sektor-sektor yang mengalami kerugian itu sama sekali belum pernah mengekspor produk mereka.

Jumlah perusahaan industri pun mengalami penurunan. Dari yang tadinya berjumlah 600 perusahaan, berkurang menjadi 30 perusahaan. Sehingga kerugiannya pun bisa mencapai 120 juta Dollar. Selain itu, lebih dari 6500 pekerja kehilangan pekerjaannya.

Adapun khusus berkenaan dengan produksi tekstil dan garmen, keterangan tersebut menyatakan bahwa hampir keseluruhan perusahaan, yang jumlahnya lebih dari 960 perusahaan. Perusahaan sebanyak itu setiap tahunnya bisa memproduksi sekitar 5 juta helai pakaian, yang 95% dari jumlah itu diekspor ke Israel.

Selain itu, lebih dari 2500 orang kehilangan pekerjaannya. Dan secara keseluruhan, kerugian yang ditanggung sebesar 40 juta Dollar. Perlu diketahui, jumlah kendaraan yang dibutuhkan untuk mengangkut hasil produksi itu sebanyak 245 kendaraan.

Keterangan juga menunjukkan bahwa seluruh perusahaan konstruksi ditutup. Perinciannya adalah 13 perusahaan keramik, 30 perusahan semen, dan 145 perusahaan marmer. Keseluruhan, pekerja yang kehilangan pekerjaan dalam bidang ini sejumlah 3500 orang.

Sektor Pertanian

Jalur Gaza memiliki lebih dari 70.000.000 meter persegi lahan pertanian. Lahan seluas itu bisa memproduksi 280.000 hingga 300.000 ton produk pertanian setiap tahunnya. Sepertiga produk tersebut diekspor.

Sektor pertanian ini membuka lapangan pekerjaan lebih dari 40.000 orang. Baik pekerja tetap ataupun sementara. Jumlah ini adalah 12.7% dari tenaga kerja yang tersedia. Selain itu, jumlah ini juga mampu mencukupi kebutuhan makanan bagi seperempat jumlah penduduk.

Sejak pemberlakuan blokade total, Israel menghalangi ekspor produksi Jalur Gaza, termasuk di dalamnya produk pertanian. Selain itu, Israel juga menghalangi masuknya bahan-bahan seperti benih, pupuk, dan berbagai kebutuhan pertanian lainnya. Semua ini menyebabkan sektor pertanian mengalami kerugian yang sangat besar. Jumlah kerugian tersebut diperkirakan 135 juta Dollar untuk waktu antara pertengahan bulan Juni hingga pertengahan bulan Oktober 2008.

Keterangan Departemen Pertanian menyebutkan bahwa kerugian per hari yang disebabkan terhalangnya kemungkinan ekspor sebesar 150.000. Kalau dijumlah, maka kerugian selama masa blokade sebesar 67 juta Dollar. Selain itu, karena mengonggok, ada ribuan ton kentang membusuk tanpa bisa dimanfaatkan, dan lebih dari 10.000 ton produk pertanian lainnya terpaksa dijual di pasar local dengan harga jauh di bawah standar. Perlu dikatahui, harga local hanya 10%-15% dari harga ekspor.

Sebagian petani mengalami kerugian lantara produknya terpaksa dijual di pasar local, sebagian petani yang lain mengalami kerugian karena pasar local mereka dipenuhi dengan produk ekspor.

Diperkirakan penurunan jumlah produksi musim tanam ini mencapai 20%-30% dari produksi musim tanam yang lalu. Kerugian perbulan diperkirakan mencapai 10 juta Dollar.

Bisa dikatakan, blokade telah menghancurkan musim produksi pertanian, mulai dari tanggal 15 November sampai bulan Mei 2008.

Diperkirakan jumlah petani pada musim ini berjumlah 7500 orang. Keberhasilan produksi mereka yang berjumlah 14 juta Dollar mengandalkan sepenuhnya kepada ekspor. Untuk jumlah ini, lahan yang ditanami seluas 3.130.000 meter persegi. Mereka menanaminya dengan strawberry, kentang, dan lain-lain.

Di sektor perikanan, Israel juga melakukan penekanan. Sehingga diperkirakan ada sekitar 3.000 nelayan kehilangan mata pencaharian mereka. Dan kerugian mereka diperkirakan 3 juta Dollar per bulan.

Sektor Kesehatan

Sektor kesehatan mengalami hal yang sama. Blokade Israel telah demikian menghancurkannya, sehingga dinas kesehatan tidak mampu lagi memberikan pelayanan kesehatan kepada penduduk, walaupun hanya pelayanan yang sangat sederhana. Hal ini menyebabkan terjadinya musibah kemanusiaan. Rumah-rumah sakit kini lumpuh dan tidak bisa memberikan pelayanan kesehatan yang layak untuk penduduk.

Laporan dari departemen kesehatan menunjukkan bahwa sebagian besar obat pokok telah habis. Sampai tanggal tulisan ini dibuat, jenis obat yang habis itu diperkirakan berjumlah 160 jenis. Sedangkan keperluan kedokteran yang lain berjumlah 130 macam. Kemudian obat yang masih ada, 120 jenis di antaranya juga diperkirakan akan habis dalam waktu dekat, dan sekitar 90 alat kedokteran sudah tidak bisa dipakai lagi karena tidak adanya suku cadang yang diperlukan untuk memperbaikinya.

Yang membuat keadaan lebih parah, para penduduk juga tidak bisa meninggalkan Jalur Gaza untuk sekadar mendapatkan pengobatan yang layak. Catatan yang dikeluarkan WHO, ada ratusan kasus penyakit kronis yang membutuhkan operasi spesialis terutama yang berkenaan dengan otak, syaraf, dan tulang, kanker, ginjal, dan jantung, tidak bisa mendapatkan pengobatan karena jalan ke luar Jalur Gaza ditutup.

Catatan WHO menambahkan bahwa ada lebih dari 1150 orang sakit yang tidak bisa meninggalkan Jalur Gaza untuk mendapatkan pengobatan mulai dari tanggal diberlakukannya blokade hingga akhir bulan Februari. Sedangkan Departemen Kesehatan menyebutkan ada sekitar 1300 orang sakit yang membutuhkan pengobatan di luar Jalur Gaza, 210 di antaranya dalam kondisi kritis.

Departemen Kesehatan mencatat ada puluhan kasus meninggal dunia karena tidak bisa keluar dari Jalur Gaza untuk mendapatkan pengobatan. Hingga akhir bulan Oktober ada 252 orang yang meninggal disebabkan blokade.

Sektor Konstruksi dan Infrastruktur

Sejak Israel mengumumkan berhentinya penggunaan kode bea cukai untuk Jalur Gaza, dan melarang masuknya bahan mentah ke Jalur Gaza, yang di antaranya adalah bahan-bahan bangunan seperti semen, besi, dan baja, maka sektor konstruksi pun menjadi lumpuh. Dan banyak pabrik bahan bangunan tutup, di antaranya 13 pabrik keramik, 30 pabrik semen, 145 pabrik marmer, 250 pabrik batu bata. Hal ini menyebabkan sejumlah 3.500 orang kehilangan pekerjaannya.

Selain berhentinya proyek-proyek pembangunan yang diperkirakan bernilai 350 juta Dollar, karena PBB menghentikan proyek-proyek pembangunan infrastruktur seperti pembuatan jalan, saluran air, saluran pembuangan air, yang semuanya diperkirakan berjumlah 60 juta Dollar. International Relief Agency juga menghentikan program penciptaan lapangan pekerjaan yang bernilai 93 juta Dollar, yang dimanfaatkan oleh lebih dari 16.000 orang. Selain itu semua proyek pembangunan gedung-gedung perguruan tinggi, rumah sakit, lembaga-lembaga pemerintah, dan sektor investasi khusus, juga dihentikan.

Bahan Makanan

Israel masih membolehkan masuknya supply bahan makanan, hanya untuk bahan pokok dan dilakukan secara terputus-putus. Namun setelah mengumumkan bahwa Jalur Gaza adalah pemerintah yang menjadi musuh, Israel membatasi jenis bahan makanan pokok yang diperbolehkan masuk dengan batas 20 jenis. Hal ini menyebabkan sangat kurangnya bahan makanan, hilangnya beberapa jenis makanan dari pasar, dan meroketnya harga barang.

Menurut catatan yang diambil dari pintu Rafah, bahan makanan yang bisa masuk hanyalah 15% dari jumlah kebutuhan penduduk Jalur Gaza. Naiknya harga bahan makanan dimulai pada bulan Juli 2007 disebabkan sangat minimnya bahan makanan yang ada karena pintu masuk yang ditutup dan produksi yang terhenti.

Sebagian besar penduduk tidak mempunyai daya beli kebutuhan pokok. Dari 62% keluarga yang ditanya, 93,5% dari mereka mengatakan telah menurunkan anggaran belanja. Hal itu bisa dilihat akibatnya, yaitu berkurangnya konsumsi daging hingga 98%, dan konsumsi produk susu hingga 86%.

Sektor Perairan Dan Saluran Pembuangan

Setelah peristiwa bulan Juni 2007 di Jalur Gaza, Israel mengeluarkan berbagai kebijakan dan birokrasi, di antaranya:

1. Menurunkan suply bahan bakar yang biasa digunakan untuk mengoperasikan stasiun pembangkit listrik. Hal ini menyebabkan terputusnya aliran listrik dan lemahnya tegangan.

2. Menurunkan supply bahan bakar yang biasa digunakan untuk mengoperasikan generator pengganti pembangkit listrik.

3. Menutup pintu-pintu masuk, dan menghalangi masuknya berbagai bahan, peralatan, dan suku cadang, yang biasa digunakan untuk mengoperasikan dan memperbaiki saluran perairan dan saluran pembuangan. Hal ini menyebabkan berkurangnya kemampuan Dinas Perairan untuk terus menyediakan kebutuhan minimah akan air.

Sektor Pembuangan Sampah

1. Permasalahan juga dihadapi oleh sektor yang bertugas mengumpulkan sampah dan membuangnya ke tempat pembuangan sampah yang berjumlah tiga tempat, yaitu Gaza, Dier Balah, dan Rafah. Sampah rumah tangga yang dihasilkan Jalur Gaza diperkirakan berjumlah 400.000 ton pertahun

2. Proses pembuangan sampah juga sering macet untuk waktu yang panjang. Sebab utama hal ini adalah tidak tersedianya bahan bakar dan suku cadang kendaraan pengangkut sampah tersebut.

3. Sekitar 50% kendaraan milik pemerintah kota Gaza tidak bisa dioperasikan. Selebihnya terancam rusak beberapa hari ke depan dikarenakan blokade, penutupan pintu masuk, dan kekurangan bahan bakar. Ditambah lagi, kenyataan bahwa sebenarnya daya kemampuan kendaraan yang tersedia hanya 40%.

Penutup

Hasil dan kesimpulan:

1. Blokade yang dilakukan Israel terhadap Jalur Gaza bertentangan dengan semua konvensi internasional dan HAM. Kemudian, bertentangan juga dengan semua kesepakatan yang dicapai dalam perundingan antara Israel dan pemerintah Otoritas Palestina.

2. Blokade yang dilakukan Israel tidak lain adalah hukuman yang dijatuhkan kepada semua penduduk Palestina. Ini merupakan pelanggaran yang sangat nyata terhadap HAM, karena akibatnya demikian parah dan menyentuh semua sektor kehidupan. Dan semua itu diderita oleh hampir semua lapisan masyarakat.

3. Blokade ini adalah sebab utama hancurnya ekonomi Palestina di segala sektor; pertanian, industri, perdagangan dan sebagainya

4. Blokade telah menaikkan angka kemiskinan pada tingkat yang belum pernah terjadi

5. Blokade telah menyebabkan terjadinya musibah kemanusiaan, kesehatan, dan lingkungan yang sangat berbahaya.

Rekomendasi:

  1. Mendesaknya kerja sama antara berbagai lembaga masyarakat dunia untuk mengungkap politik penjajahan yang sangat kejam. Terutama blokade yang dilakukan terhadap Palestina, yang merupakan pelanggaran terhadap semua konvensi internasional dan HAM.
  2. Mendesaknya upaya optimalisasi komunikasi dengan berbagai lembaga HAM dan khususnya para aktifis di Eropa, agar perhatian terhadap blokade meningkat dan ada tekanan internasional kepada pemerintah Israel untuk segera menghentikan blokade
  3. Mendesaknya penciptaan suasan yang mendukung keberhasilan dialog Palestina-Palestina sehingga perpecahan di antara mereka berakhir, dan dapat bersatu dalam menghadapi penjajah Israel
  4. Mengajak masyarakat dunia untuk mengkritisi pemerintah Israel yang telah melakukan banyak sekali kejahatan terhadap penduduk sipil Palestina. Setelah itu, mengajak mereka untuk memboikot Israel dalam even-even internasional. Allahu A’lam

Redaktur:

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (2 votes, average: 8.00 out of 5)
Loading...

Tentang

Tim dakwatuna adalah tim redaksi yang mengelola dakwatuna.com. Mereka terdiri dari dewan redaksi dan redaktur pelaksana dakwatuna.com

Lihat Juga

Opick: Jangan Berhenti Bantu Rakyat Palestina!

Figure
Organization