Topic
Home / Konsultasi / Konsultasi Agama / Berinteraksi Dengan Orang Fajir Merusak Citra Dakwahkah?

Berinteraksi Dengan Orang Fajir Merusak Citra Dakwahkah?

Interaksi (aussiesarasvati.blogspot.com)Assalamu’alaikum wr. wb.

Ustadz, alhamdulillah saya salah seorang yang masih aktif dalam derap langkah dakwah di negeri ini. Bahkan, saya dipercayakan untuk memegang amanah di lingkup daerah tempat saya tinggal. Tapi, ada sedikit masalah berkenaan dengan rekruitmen obyek dakwah.

Beberapa kali saya dikunjungi beberapa objek dakwah. Mereka menyatakan siap mendukung perjuangan dakwah saya. Tapi, penampilan mereka lumayan memprihatinkan: masih berkalung, gelang, merokok, sebagian ada yang berpotongan berambut seperti rocker. Saya tidak tahu apakah di antara mereka masih ada yang mabuk-mabukan.

Nah, inilah yang membingungkan saya. Saya berharap dengan interaksi dengan saya dan teman-teman sesama aktivis, mereka bisa berubah. Tapi, sudah hampir satu tahun, mereka masih tetap seperti sebelumnya. Tidak berubah, berpenampilan seperti yang saya sebutkan. Pertanyaan saya, apakah saya mesti menghentikan hubungan dengan mereka karena khawatir merusak citra dakwah? Terus terang, selain bingung, saya agak kikuk menghadapi mereka.

Atas jawaban Ustadz, saya ucapkan jazakumullah khairan.

Khairuddin di Jawa Timur.

Jawab:

Saudara Khairudin di Jawa Timur dan pengunjung dakwatuna.com di mana pun Anda berada: Assalamu’alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.

Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberikan kekuatan kepada kita semua untuk tetap istiqamah dalam meniti jalan dakwah ini, walaupun banyak godaan, rintangan dan tantangan menghadang di tengah jalan ini.

Saudara Khairudin, untuk memberikan gambaran yang agak jelas tentang masalah yang Anda hadapi, saya akan membahasnya dalam tiga point, yaitu:

1. tentang pendapat yang rajih (kuat) dalam hal ‘uzlah (menyendiri, membangun komunitas khusus dan tidak mau bergaul dengan umumnya masyarakat) atau ikhthilath (bercampur baur dan bergaul di tengah-tengah masyarakat);

2. beberapa nash yang menjelaskan masalah seperti yang Anda hadapi;

3. pengalaman seorang aktivis dakwah dan pergerakan dalam hal ini.

Masalah Pertama

Dalam kitab Riyadhush-Shalihin, Imam Nawawi rahmatullah ‘alaih mengatakan demikian, “Bab keutamaan ikhthilath (bercampur baur dan bergaul di tengah-tengah masyarakat), menghadiri shalat Jum’at bersama mereka, berjama’ah bersama mereka, menghadiri berbagai momentum kebaikan bersama mereka, menghadiri majelis dzikir mereka, menjenguk orang sakit, menghadiri penyelenggaraan jenazah, membantu yang membutuhkan, membimbing yang tidak tahu, dan kebaikan-kebaikan atau kemaslahatan-kemaslahatan lainnya, bagi yang memiliki kemampuan untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar, menahan diri untuk tidak menyakiti dan bersabar atas rasa sakit yang mungkin ia dapatkan dari mereka.”

Dari pendapat ini kita mengetahui beberapa hal yaitu:

  1. Bergaul di tengah masyarakat lebih utama dari pada ‘uzlah.
  2. Bentuknya diantaranya adalah menghadiri shalat Jum’at bersama mereka, berjama’ah bersama mereka, menghadiri berbagai momentum kebaikan bersama mereka, menghadiri majlis dzikir mereka, menjenguk orang sakit, menghadiri penyelenggaraan jenazah, membantu yang membutuhkan, membimbing yang tidak tahu, dan kebaikan-kebaikan atau kemaslahatan-kemaslahatan lainnya.
  3. Keutamaan ini berlaku bagi yang memiliki kemampuan untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar, menahan diri untuk tidak menyakiti dan bersabar atas rasa sakit yang mungkin ia dapatkan dari mereka.

Oleh karena itu, wahai Saudara Khairudin di Jawa Timur dan pengunjung dakwatuna.com di manapun Anda berada, bergaullah bersama mereka dan lakukanlah amar ma’ruf nahi munkar sedikit demi sedikit, serta bersabarlah dalam hal ini. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberikan kekuatan, taufiq dan hidayah kepada kita semua. Amin.

Masalah Kedua

Ada beberapa nash dan cerita yang menggambarkan beberapa sisi persamaan dengan kondisi yang Anda hadapi, di antaranya adalah:

  1. Tersebut dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “La yadkhulul jannata illa mukminin wa innallaha layuayyidu hadzad-diina birrajulil faajiri, tidak akan masuk surga selain orang beriman, dan sungguh, Allah subhanahu wa ta’ala memberikan dukungan atau pertolongan kepada agama ini (Islam) dengan seorang yang fajir (tidak adil, tidak taat).”
  2. Tersebut juga dalam hadits lain demikian: Dari Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Ada seorang lelaki bernama Abdullah. Ia digelari Himar (keledai). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditertawakan olehnya dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mencambuknya karena ia meminum khamar (miras). Berkali-kali ia dibawa kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk dicambuk karena kasus yang sama, maka ada seorang sahabat yang mengatakan, ‘Ya Allah, laknatilah dia. Betapa seringnya ia terkena kasus hukum ini!’ Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Janganlah kalian melaknatinya. Demi Allah, saya tidak mengetahui darinya selain bahwa ia mencintai Allah dan Rasul-Nya.’ (hadits shahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari)
  3. Saat terjadi Perang Qadisiyah ada seorang yang bernama Abu Dujanah. Ia berkali-kali dicambuk oleh Sa’ad bin Abi Waqqash (komandan kaum muslimin saat itu) karena menenggak minuman keras, sampai akhirnya ia dikurung dalam penjara. Namun, setelah ia berhasil melobi istri Sa’ad agar dikeluarkan dari kurungan untuk berjihad fii sabilillah, ia menunjukkan prestasi berjihad yang luar biasa, yang membuat kagum banyak kaum muslimin, termasuk Sa’ad bin Abi Waqqash sendiri.

Dari nash-nash dan cerita itu, ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil, di antaranya adalah:

1. Mereka, para simpatisan dakwah yang Anda gambarkan itu, insya Allah bersimpati kepada kebaikan yang Anda bawa, walaupun bisa jadi, wallahu a’lam, sampai sekarang mereka belum bisa lebih baik dari yang Anda ceritakan itu. Insya Allah, ke depan bisa lebih baik.

2. Sangat mungkin juga dari tangan dan melalui mereka, Allah subhanahu wa ta’ala memberikan dukungan dan kemenangan untuk dakwah ini.

Masalah Ketiga

Ada seorang dai berpesan kepada seorang dai lainnya seperti ini, “Jadikanlah jama’ah atau organisasi dakwah Anda seperti rumah sakit, di mana semua orang memasukinya: ada yang paling sehat dan ada pula yang paling sakit. Namun dengan memasuki rumah sakit ini, mereka akan keluar sebagai orang yang sehat. Dan jangan kamu jadikan organisasi dakwah atau jama’ah Anda kumpulan orang-orang yang sehat saja, akantetapi tidak mampu menjaga kesehatannya atau malah tidak mampu menyehatkan orang lain.”

Semoga Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan kita semua orang-orang yang istiqamah dalam meniti jalan dakwah ini. Amin.

Redaktur: Ardne

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (26 votes, average: 9.38 out of 5)
Loading...
Bapak kelahiran Demak. Memiliki hobi yang sangat menarik, yaitu seputar Islamic dan Arabic Program. Saat ini bekerja sebagai dosen. Memiliki pengalaman di beberapa organisasi, antara lain di Ikatan Pelajar Nahdhatul Ulama (IPNU).

Lihat Juga

Ada Dakwah di Dalam Film End Game?

Figure
Organization