Mereka Memilih Islam
Banyak cerita dari Ustadz Syamsi Ali mengenai orang-orang yang masuk Islam. Kadang setelah shalat Jum’at ia mengumumkan: “siapa yang mau masuk Islam masuk ke dalam masjid”. Tiba-tiba datang beberapa orang, lalu mereka menyatakan dengan tulus mengucapkan dua kalimat syahadat.
Memang biasanya setiap hari Jum’at banyak orang-orang non muslim yang datang ke masjid menyaksikan orang Islam shalat Jum’at di masjid. Mereka datang dengan niat yang bermacam-macam: ada yang hanya ingin tahu, sebagian datang karena memang coba-coba dan sebagian yang lain datang karena memang telah terpukau dengan Islam.
Elisabeth, salah seorang muallaf yang kini menjadi salah seorang musyris Ustadz Syamsi Ali, pernah menceritakan pengalamannya kepadaku. Malam itu kami sedang bersama menuju Islamic Cultural Center of New York. Kain jilbab yang menghiasinya telah membuat wajahnya yang cantik benar-benar semakin anggun. Elisabeth berkata: “Bahwa kota New York adalah kota yang sangat terbuka. Buku-buku tentang Islam bisa didapat di mana-mana. Kegiatan keagamaan di kota ini sangat dihormati dan mendapat haknya. Tidak ada orang Islam yang sembunyi-sembunyi. Pemandangan tersebut telah membuat banyak non muslim tanpa terasa tiba-tiba hanyut dalam suasana. Mereka lalu memilih Islam sebagai jalan hidupnya”.
“Mengapa mereka memilih Islam? Bukankah dengan Islam mereka semakin tidak bebas?” tanyaku.
“Islam adalah kebutuhan fitrah” jawabnya. “Mereka telah merasa bahwa hidup dengan segala kesenangan materi belum menjawab apa yang mereka inginkan. Benar mereka senang, tetapi itu hanya kesenangan sesaat. Setelah itu mereka bertanya apakah hanya untuk ini aku hidup? Apakah hanya untuk uang aku diciptakan? Mereka kini sudah jenuh dengan kebebasan nafsu. Mereka sedang mencari hal yang baru dalam diri mereka. Sebagian ada yang langsung menemukan Islam. Tetapi sebagain yang lain masih ada yang meronta-ronta dalam kegelisahan”.
“Apa yang kau rasakan setelah kau masuk Islam?” tanyaku lebih lanjut.
“Aku merasakan ketenangan. Bahwa ini yang memang selama ini aku cari. Bahwa dengan Islam aku benar-benar menemukan hidupku bermakna. Bahwa ternyata hidup ini ada tujuannya. Bahwa aku diciptakan untuk tujuan yang sangat mulia, yaitu mengagungkan Allah. Bahwa ternyata dunia ini bukan tujuan hidup. Bahwa nanti akan ada alam akhirat, setelah dunia ini berakhir”.
Pengalaman ini, kata Elisabeth nanti akan ditulis dalam bentuk buku. Kita doakan semoga buku tersebut segera terbit. Sehingga bisa dibaca oleh banyak orang. Bahwa Islam benar-benar kebutuhan fitrah manusia. Bahwa orang-orang yang tidak ikut Islam cepat atau lambat ia pasti akan menderita.Ternyata pengalaman seperti ini hampir dirasakan oleh para muallaf yang lain. Ustadz Syamsi Ali dalam suatu kesempatan pernah menceritakan bahwa ada seorang pengusaha sukses masuk Islam, Ketika ditanya mengapa ia masuk Islam, jawabannya adalah karena ia merasakan tidak logis kalau ternyata hidup ini tujuannya hanya untuk minum-minuman, mabuk-mabukan, pindah dari wanita ke wanita lain dan sebagainya. Tidak mungkin? “Masak Allah mengurus alam ini dengan sangat rapi dan sungguh-sungguh lalu kita main-main? –katanya lebih lanjut. “Allah menyediakan segala kebutuhan: air, buah-buhan dan seterusnya, lalu kita menggunakannya untuk hal-hal yang tidak ada artinya. Sungguh tidak bisa diterima oleh akal jika hidup ini hanya untuk foya-foya. Pasti ada tujuan mulia dari hidup ini. Nah tujuan mulia ini aku temukan setelah aku masuk Islam”.
Perhatikan pemandangan ini. Pemandangan yang sangat mengharukan. Ustadz Syamsi menceritakan bahwa pemandangan seperti ini hampir setiap hari kita saksikan di Amerika. Sayangnya mengapa orang-orang muslim sendiri tidak mau bersungguh-sungguh mengamalkan Islam. Di satu pihak banyak orang yang masuk Islam, sementara di pihak lain orang-orang Islam banyak yang tidak mau mengamalkan Islam dengan sungguh-sungguh. Bahkan yang lebih menyedihkan lagi banyak sarjana dan para akademisi muslim yang berusaha merusak Islam, seperti menanamkan keraguan terhadap Al Qur’an dan hadits-hadits Nabi. Dan bahkan ada yang sampai menginjak-injak Al Qur’an. Dalam benakku bertanya, apa yang mereka inginkan? Kalau memang tidak mau Islam, keluar saja dari Islam, tidak usah bikin-bikin sesuatu yang melemahkan iman orang Islam. Toh, masih banyak orang lain yang membutuhkan Islam.
Islam pasti benar karena ia memang ajaran Allah. Allah tidak pernah main-main dalam ciptaanNya dan dalam ajaranNya. Orang-orang yang ikut ajaran Allah pasti selamat. Dan orang-orang yang menentangNya pasti celaka. Sejarah terlah membuktikan semua itu. Allah menceritakan dalam surat Al fajr bagaimana umat-umat terdahulu yang mempermainkan ajaranNya dihancurkan. Bagaimana kaum Aad, Tsamud dan Fir’un Allah binasakan. Masihkan kita akan mengulang kegagalan mereka? Allah bercerita tentang sejarah supaya kita mengambil hikmah dibaliknya, bukan untuk mengulangi kegagalan yang sama. Cerita-cerita di atas adalah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa kita memang harus mengikuti apa kata Allah dan RasulNya dengan sungguh-sungguh. Dengan kata lain, bahwa kita memang harus kembali kepada jalan Islam. Islam yang benar-benar kita amalkan tidak saja secara ritual melainkan juga secara praktikal. Wallahu a’lam bish shawab.
Redaktur:
Beri Nilai: