Topic
Home / Suara Redaksi / Editorial / Astaghfirullaahal Azhiim

Astaghfirullaahal Azhiim

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.

Ya Allah, lengkap sudah derita bangsa ini! Musibah seakan ‘kecanduan’ untuk terus menggerus kita. Dari dasar laut terjadi tsunami, di daratan terjadi gempa, gunung meletus, angin puting beliung, banjir, tanah longsor. Merebaknya wabah penyakit, demam berdarah, cikungunya, listofirosis, diare sampai kekurangan pangan alias busung lapar.

Belum hilang duka dari rentetan musibah tersebut, kini bencana dari alat-alat ‘rekayasa’ manusia, kapal tenggelam, pesawat meledak, kereta api terjungkal, tabrakan beruntun. Termasuk luapan “lumpur panas” Lapindo yang tak jelas tanggung jawabnya, dan selusin musibah lainnya.

Berbagai bencana, bentuk dan proses timbulnya sebenarnya ‘diundang’ oleh manusia dengan ragam dosa-dosa yang dilakukannya sendiri, Al-Quran membuktikannya. Walaupun sebagian orang menghindar dari cara pandang seperti ini. Tapi inilah duduk persoalan yang kini tengah kita hadapi sesungguhnya.

Kaum Nabi Hud as. mendustakan Nabinya, maka mereka dibinasakan oleh Allah, seperti disebutkan dalam surat As-Syu’ara’: 139.

Kaum Nabi Shaleh as. angkuh, kafir, dan menyembelih unta mukjizat yang tidak boleh diganggu, maka dilanda dahsyatnya bermacam-macam azab, seperti disebutkan dalam surat Al-A’raaf: 77-79.

Kaum Nabi Nuh as. diazab, ditenggelamkan dengan banjir bandang karena kekafiran mereka, hingga salah seorang anak Nabi Nuh sendiri (bernama Kan’an) pun turut tenggelam karena keinkarannya, seperti disebutkan dalam surat Huud : 41-44.

Kaum Nabi Luth as. terlibat praktek penyimpangan seksual –hubungan sejenis– sehingga diazab Allah dengan hujan batu panas dan buminya dibalik, seperti disebutkan dalam surat Huud: 82-84.

Kaum Nabi Syu’aib as. di Madyan penduduknya menjadi mayat-mayat yang bergelimpangan akibat dihantam gempa karena telah meluasnya tindak kecurangan dalam menakar dan menimbang, seperti disebutkan dalam surat Al-A’raaf: 85-94.

Kaum “Tsamud” dihancurkan dengan petir, dan kaum ‘Ad dihancurkan dengan angin dingin yang sangat kencang, seperti disebutkan dalam surat Al-Haaqqah: 4-7.

Begitu pun Fir’aun dan kroni-kroninya dihujani bencana beruntun dengan angin topan, belalang, kutu, kodok, dan darah. Bahkan sempat meminta kepada Nabi Musa as. untuk didoakan agar dilepaskan dari azab itu. Namun setelah bencana berlalu, mereka kembali kafir. Bahkan sang Firaun memproklamirkan dirinya sebagai ‘Tuhan’. Maka Allah tenggelamkan mereka di dasar laut Merah, seperti disebutkan dalam surat Al-A’raaf: 133-136.

Kejadian di atas, hanya sebagian ‘dokumen bencana’ yang terdapat di dalam Al-Qur’an, masih banyak contoh lainnya. Belum cukupkah peristiwa masa lalu itu sebagai pijakan introspeksi keimanan kita? Bukankah kemaksiatan dan berbagai bentuk bencana yang menimpa kaum terdahulu itu juga terjadi dan melanda bangsa kita, meski dalam bentuk yang berbeda. Bukankah kita juga diselimuti ragam kemaksiatan itu? Dari hari ke hari intensitasnya terus bertambah, menjalar ke segenap sendi kehidupan.

Astaghfirullahal Azhim!

Astaghfirullahal Azhim!

Astaghfirullahal Azhim!

Alangkah indahnya jika kita bersama-sama memohon ampun kepada Allah.

Seharusnya kita mendekatkan diri kepada-Nya dengan melaksanakan semua ajarannya, karena kita menyadari akan arti penghambaan kepada-Nya.

Redaktur:

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (31 votes, average: 9.42 out of 5)
Loading...

Tentang

Lihat Juga

Musibah Pasti Membawa Hikmah

Figure
Organization