Topic
Home / Narasi Islam / Artikel Lepas / Ketika Dakwah Bermuhasabah: Saat Binaan Ingin Menikah, Bijaklah Wahai Murabbi

Ketika Dakwah Bermuhasabah: Saat Binaan Ingin Menikah, Bijaklah Wahai Murabbi

Konten ini adalah kiriman dari pembaca dakwatuna.com. Kirimkan informasi, gagasan, pemikiran, atau pendapat dari Anda dalam bentuk tulisan kepada kami, klik di sini.
Ilustrasi. (Foto: itrademarket.com)
Ilustrasi. (Foto: itrademarket.com)

dakwatuna.com – Saya punya dua kelompok binaan, satu kelompok usia 26, kini semua anggotanya sudah menikah, dan kelompok lain berusia 23 tahun, satu di antaranya baru saja genapkan separuh agama.

Ada hal menarik ketika mendengar curhat mereka, terutama tentang menikah. Biasanya anggota lain hanya senyum-senyum, mungkin curhat itu dianggap mewakili dirinya juga.

Tipikal orang itu memang beragam macam, tidak bisa satu karakter binaan, kita paksakan untuk sama dengan yang lain. Kisah shahabat Nabi mengajarkan kita bahwa karakter para sahabat juga beragam-ragam, tapi semuanya tetap bisa berselaras dengan Islam. Demikian pula semestinya kita memahami karakter binaan. Misalnya, satu binaan menyerahkan sepenuhnya keinginan untuk menikah kepada murabbi (guru pengajian), tapi yang lain “minta diupayakan dengan ‘akhwat yang itu”, sementara binaan lainnya ingin “mandiri” alias cari sendiri.

Bagi saya tidak masalah, ta’aruf melalui murabbi hanyalah satu cara, dan aneka cara lain selama halal adalah boleh. Dalam konteks ta’aruf, murabbi hanya berperan untuk membantu, dengan harapan kiranya sang binaan berserius untuk membentuk sebuah keluarga dakwah. Saya tidak pernah berfikir bahwa otoritas menikahkan ada di tangan murabbi. Murid terbina saya punya otoritas untuk menentukan pilihannya sendiri. Sedangkan untuk akhwat, otoritas untuk bersetuju atau tidak tentu berada di tangan walinya, bukan murabbi. Guru, pembina hanya fasilitator, mentor, motivator, atau mediator.

Menikah adalah keputusan besar. Dan itu adalah pilihanmu. Dan itu adalah hidupmu. Bisa jadi binaan punya pandangan tersendiri yang berbeda dengan murabbinya. Dan saya hormati itu. Jangan samakan generasi dakwah era 2000-an ke sini dengan kader dakwah era 80-90-an. Tidak sebanding karena konteksnya berbeda. Saat ini tantangan dakwah bukan lagi pada represivitas pemerintah melainkan pada tantangan media yang semakin terbuka, itu tak kalah beratnya.

Mari lihat seranai interaksi mereka di media sosial, berapa banyak kemudian kita mengetahui apa yang ada dalam hati mereka meluap-luap tumpah di sana. Merasa generasi 90-an lebih baik ketimbang yang sekarang adalah perbandingan yang tidak aple to aple. Mereka yang menjaga dirinya di era ini memang lebih baik, tapi tak elok membanding-bandingkan.

Alhamdulillah sejauh ini tidak ada binaan saya yang memposting hal-hal berbau galau tentang akhwat di akun sosial media mereka, memang lebih indah dibicarakan dalam halaqah, atau berdua ketika ia bertamu sendiri, “mau konsultasi” katanya.

Tapi saya ingin memahami, meski tidak membenarkan, keinginan sebagian binaan untuk menikah namun merasa terganjal oleh murabbi yang “over protected.Murabbi memang lebih banyak pengalaman, tapi ia bukan manusia super yang bisa memahami kedalaman isi hati setiap binaannya. Murabbi dituntut bijak untuk memahami, bahwa rasa cinta kepada seseorang bukan hal yang bisa dipaksakan, bukan pula hal yang mudah dinafikan. Jika ia ingin menikah dengan seorang akhwat yang diincarnya, selama akhwat itu memang baik, bantulah semoga ia mendapatkan kebahagiaannya. Bersyukur ia tidak pacaran. Jangan biarkan ia berlama-lama memendam rasa dalam kesunyian. Kasihan. Karena rasa semacam itu adalah fitrah yang telah Allah benamkan pada hati-hati manusia. Bukankah Fatimah juga memendam rasa kepada Ali sebelum ia dinikahinya? Demikian pula Ali. Ah, cinta sememangnya merupakan fitrah, bersyukur kita bisa merasakan gelisahnya.

Murabbi, bijaklah! Berhati-hati dalam memilihkan karena cinta kepada binaan tentu perlu, tapi terlalu menyulitkan tentu tidak bijak juga. Jika ada yang ingin menikah, mari permudah! (usb/dakwatuna)

Redaktur: Samin Barkah

Beri Nilai:
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Tentang

Kontributor di Sejumlah Media Islam Online @mistersigit blog: www.mistersigit.blogspot.com

Lihat Juga

Bukan Mau tapi Siap, Inilah 4 Hal yang Wajib Dilakukan Muslimah Sebelum Menikah

Figure
Organization